1970
RICHARD
BACH
Kata-kata
Bijak
Tujuan hidup bukan hanya untuk bertahan,
melainkan untuk mencari kesempurnaan dalam diri Anda sendiri.
JONATHAN LIVINGSTON SEAGULL
“Ia berbicara tentang hal-hal yang sangat
sederhana-bahwa seekor burung camar memang harus terbang, bahwa kebebasan
adalah dunianya, bahwa apa pun yang mengekang kebebasan itu harus disingkirkan,
baik itu ritual, atau takhyul ataupun pembatasan dalam segala bentuk.”
“Jonathan Seagull menemukan bahwa kejemuan,
ketakutan, dan amarah merupakan sebab mengapa kehidupan seekor burung camar
sangat singkat, dan dengan lenyapnya ketiga hal tersebut, ia akan menikmati
kehidupan yang panjang dan menenangkan.”
Seperti
halnya Starsky and Hutch, Jaws, dan jin cutbrai, Jonathan Livingston Seagull adalah ikon
tahun 1970-an. Bahkan dibuat filmnya. Tetapi bagaimana tepatnya buku ini, dan
apakah buku ini masih perlu untuk dibaca?
Buku laris Bach ini adalah fabel
tentang seekor camar, Jonathan, yang
berketetapan bahwa ia lebih dari sekadar seekor camar dan menginginkan sesuatu
yang lain dari hidup ini. Buku ini tebalnya tidak sampai 100 halaman, termasuk
foto-foto camar.
Buku ini sekarang menjadi simbol
dari spiritualitas alternatif atau New Age yang muncul sekarang ini-walau
demikian, seperti yang telah dikatakan oleh banyak orang-pengalaman Jonathan
dalam kisah ini merupakan alegori kehidupan Yesus.
Terbang memasuki daerah tak dikenal
Jonathan berbeda
dengan burung-burung lain dalam kawanannya: “Bagi sebagian besar camar, yang
utama bukanlah terbang, melainkan makan. Tetapi bagi camar yang satu ini, yang
utama bukanlah makan, melainkan terbang.” Ayahnya berkata kepadanya bahwa
“alasan kamu terbang adalah untuk makan” dan kamu tidak terbang demi terbang
itu sendiri.
Tetap saja Jonathan menghabiskan
hari-harinya untuk mencoba menukik dengan kecepatan tinggi dan terbang sangat
rendah di atas air. Ia ingin mempertinggi batas kemampuanya, untuk mengetahui
apa yang mungkin. Sering kali usahanya berakhir dengan kegagalan yang
menyedihkan.
Suatu kali ia terbang menuju air
lebih cepat dari yang pernah ia lakukan tetapi tidak bisa berhenti tepat
waktunya. Ia menabrak air seperti menabrak dinding dengan kecepatan 145 km per
jam. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Aku seekor camar. Aku dibatasi oleh
kondisiku.... jika aku ditakdirkan untuk terbang dengan cepat, aku pasti sudah
memiliki sayap pendek elang, dan makan tikus, bukan ikan.”
Ia menerima nasib dirinya sebagai
bagian dari kawanannya, melakukan hal-hal dengan cara mereka selama ini.
Kemudian datanglah: Andaikan ia bisa terbang dengan sayap ditarik lebih rapat
ke tubuhnya, ia akan memiliki sayap sebagus elang, tidak banyak mengubah arah
ketika terbang dengan kecepatan hingga 225 km per jam, laksana “bola meriam
abu-abu dibawah cahaya Bulan”. Hari berikutnya ia bahkan terbang melampaui kecepatan
sebelumnya, lebih dari 322 km per jam, penerbangan tercepat yang pernah
dilakukan oleh seekor camar.
Dalam kegembiraannya Jonathan
terbang ke bawah dari ketinggian dan tepat melewati kawanannya sendiri,
untungnya tidak melukai siapapun. Ia menyadari bahwa ia telah membawa
spesiesnya naik ke tingkatan baru. Begitu ia mengajarkan kepada mereka apa yang
ia ketahui, pikirannya, mereka tidak lagi harus hidup melelahkan, pergi dari
satu kapal penangkap ikan yang satu ke kapal yang lain, mengambil kepala-kepala
ikan hanya untuk bertahan hidup. Ia akan menunjukan kepada mereka sebuah
tingkat kehidupan yang lebih tinggi.
Si genius diusir
Tetapi esok
harinya, Jonathan dipanggil menghadap majelis camar. Karena “sikap tidak bertanggung jawab yang
gegabah”, ia dipermalukan dan diusir dari kawanannya. Ia diberitahu bahwa ia
tidak memahami tujuan hidup camar: makan agar bisa hidup selama mungkin.
Di luar tebing curam, Jonathan melewati hari-harinya
sendirian, meratap Bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk peluang yang
telah ditolak oleh kawanannya itu. Sepanjang waktu ia menemukan cara baru untuk
melakukan berbagai hal. Dari pengalaman terbangnya ia menemukan bahwa tukikan
terkontrol ke dalam air dengan kecepatan tinggi membuatnya bisa mendapatkan
ikan yang rasanya lebih enak yang berenang agak jauh dari permukaan air. Secara
ironis, kecintaan Jonathan terhadap terbang telah memberinya makanan yang
berlimpah.
Jonathan kemudian bertemu dengan sekawanan camar yang
lebih maju, camar yang terbang demi terbang itu sendiri. Mereka membawanya
masuk ke dimensi yang lain, semacam surga bagi para camar. Dan ia dibritahu
bahwa ia adalah camar satu-dari-sejuta karena ia telah menguasai pelajaran
kahidupan, yaitu bukan sekedar menjalani melainkan mencari kesempurnaan lewat
sejumlah cara. Sebagian besar camar harus melewati 1.000 kehidupan sebelum
mereka menyadari hal ini. Ia diberi tahu, "Kita memilih dunia kita yang
berikutnya dengan apa yang kita pelajari di dunia yang sekarang ini. Tidak
mempelajari apa-apa, maka dunia yang berikutnya pun akan sama seperti yang
sekrang, dengan keterbatasan dan beban yang sama yang harus diatasi." Kita
harus mencari kesempurnaan kita sendiri-inilah tujuan kehidupan.
Camar Tuhan
Jonathan
bertemu dengan seekor camar yang lebih tua yang telah meraih kesempurnaan
sedemikian rupa sehingga ia bisa bepergian tanpa harus bergerak. Ia cukup memikirkan suatu tempat dan ia pun
langsung ada di sana. Jonathan merasa kagum.
Jonathan sendiri tiba disuatu titik dimana ia
mengetahui bahwa ia bukan sekadar "tulang dan bulu" melainkan
"gagasan sempurna tentang kebebasan dan terbang, tidak dibatasi oleh apa
pun". Burung yang luar biasa bukanlah burung yang melakukan berbagai hal
dengan cara yang berbeda, tetapi burung yang memandang dirinya sendiri dengan
cara yang berbeda. Cara untuk terbang dengan lebih baik selalu ada disana,
hanya menunggu untuk ditemukan. Jika Anda tidak pernah bertolak dari bagaimana
Anda memandang diri Anda sendiri, Anda tidak akan pernah melihat bahwa Anda
punya peluang lain. Belajar cara terbang dengan sangat baik, Jonthan menyadari,
merupakan langkah untuk mengekspresikan hakikat sesungguhnya seekor
camar-sebagai cerminan dari Tuhan.
Ketika Bach berbicara tentang "Camar yang Luar
Biasa", alegorinya dengan Yesus terlihat jelas. Jonathan menjadi guru dan
berkata kepada seekor camar yang bercita-cita tinggi bahwa ia tidak boleh
mengeluh jika kawanannya mengucilkan dirinya. Ia seharusnya memaafkan mereka,
dan suatu hari nanti mereka akan menghargai jalan yang ia ambil dan belajar
darinya. Jika kamu berbeda, kamu akan dikategorikan sebagai seseorang yang baik
atau yang jahat, kata Jonathan kepada murid-muridnya, tetapi apapun
kategorinya, kamu tahu bahwa memilih cinta dan pengampunan adalah pelajaran
tertinggi yang harus dipelajari.
Kata Penutup
Itulah
garis besar isi buku ini, tetapi jika Anda ingin terinspirasi, Anda harus
membaca kisah lengkapnya. Mungkin hanya butuh waktu 40 menit, tetapi buku ini
dapat menjernihkan pikiran dan memperluas pandangan Anda, seperti kegiatan
berjalan-jalan di pantai.
Mudah saja sekarang, setelah lebih dari 30 tahun,
mengabaikan orisinalitas konsep buku ini. Meski sebagian orang menganggapnya
naif, sesungguhnya bukui ini mengungkapkan gagasan abadi tentang potensi
manusia.
Saat Anda pergi ke tepi laut, Anda mungkin akan
melihat camar bertengkar memperebutkan sepotong keripik pedas atau sepotong
kulit roti, menganggap mereka sedang mempertengkarkan sesuatu yang tidak perlu.
Tetapi buku ini menunjukan kepada kita bahwa sebagian besar orang sama seperti
camar dalam kawanan Jonathan: Andaikan mereka bisa lepas dari pola pikir mereka
yang sempit, mereka akan menyadari kelimpahan yang sedang menunggu mereka. Jika
Anda sedang memikirkan perubahan besar dalam hidup Anda, buku ini mungkin bisa
memberikan rasa percaya diri yang Anda butuhkan.
Richard Bach
Lahir di Illinois pada tahun 1936, Richard Bach memperoleh
pendidikan di Long Beach State College. Ia menjadi pilot maskapai penerbangan
dan juga bertugas sebagai pilot pesawat tempur angkatan udara AS, pilot
pengganti dalam pembuatan film, instruktur penerbangan, serta penulis teknik
penerbangan. Dari istri pertamanya ia mempunyai enam anak, dan ia bertemu
dengan istri keduanya, Leslie, sehubungan dengan film Jonathan Livingston
Seagull (1973).
Buku-buku
Bach lainnya adalah Illusionis,
Bridge Across Forever, One, Flying, dan seri The Ferret Chronicles.
(50 Spiritual Classics – Meraih Kebijaksanaan
dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 Buku Legendaris Dunia, karya Tom
Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT BHUANA
ILMU POPULER KELOMPOK GRAMEDIA)
buku yang menarik
BalasHapus