Mengapa harus diam….
Diawal perjalanan
spiritual, perjalanan kedalam diri, kita dinasehati oleh pemandu spiritual kita
untuk diam.
Lebih jauh
dijelaskan, diam dalam pengertian sederhana adalah diam secara pisik, “Usahakan agar tubuh tetap diam”. Kemudian
pelatihan pun dimulai, kita mulai melatih pisik untuk diam dalam postur khusus
kita pribadi - terdapat berbagai macam postur - secara tetap dan teratur dalam
jangka waktu tertentu. Dalam keadaan diam dengan suatu postur tertentu terjadi
perubahan-perubahan kimia khusus dalam tubuh yang pada gilirannya membuat tubuh
makin sehat.
Dalam perjalanan
untuk tetap diam, kita mulai menyadari pikiran-piiran dan perasaan-perasaan
kita menjadi lebih perlahan atau kurang aktif. Makin mendalam kita dalam keadaan
diam, pikiran dan perasaan kita menjadi makin pelan atau lebih tepatnya jarak
antara pikiran satu dengan yang lainnya makin jauh. Semakin lama kita berada
dalam keadaan itu pikiran dan perasaan seolah diam.
Terjadinya transformasi….
Ada sebuah
kisah yang menarik tentang seorang mistikus luar biasa, dimana dalam masa
mudanya ia sangat sering menatap sebuah pohon dalam waktu yang lama. Bagaimana pohon
itu benar-benar diam, dan dalam kediamannya itu ia tumbuh dan berkembang. Dari luar
kita pernah melihat ranting dan daunnya bergerak padahal gerak itu terjadi karena
tiupan angin, dan pohon beserta ranting dan daunnya tetaplah diam. Diamnya pohon
seolah ia mendengarkan sesuatu dengan penuh perhatian. Kediamannya itu membuat
ia tumbuh.
Dalam kediaman
yang mendalam, dalam ketenangan dan keheningan itu transformasi terjadi,
kesadaran dirinya pun mulai meluas, menembus batas pikiran dan perasaan yang
selama ini memenjarakannya. Kesadarannya bersentuhan langsung dengan keadaan
sekitar, langit biru yang indah nan cemerlang, hembusan angin yang harum dan
segar diiringi kicauan burung yang merdu terangkai dalam bingkai kehidupan yang
indah dan penuh kebahagiaan, sungguh luar biasa. Kebahagiaan berada dimana-mana
bersatu dan terjalin dengan kebinekaan yang ada. Inilah surga, kemana lagi kita
mencarinya?
Apa hubungannya dengan pengendalian
diri…
Saat kita
tidak bisa diam kendali tubuh dan kesadaran kita sepenuhnya berada dibawah
kendali pikiran dan perasaan kita. Kita lahir, menjalani kehidupan dengan
banyak penderitaan, sakit dan kemudian kematian menghampiri, kita sepenuhnya
dalam belenggu pikiran dan perasaan kita. Lahir, mati dan lahir lagi kemudian
mati lagi, dalam lingkaran penderitaan ini kita hidup.
Kecuali sentuhan
seorang master menghampiri kehidupanmu maka tidak ada kemungkinan bagi kita untuk
keluar dari lingkaran penderitaan ini. kehadiran seorang master, seorang guru
dalam kehidupan kita itu bukan karena ketekunanmu, bukan karena akumulasi karma
kita tapi kehadiran seorang master benar-benar karena berkah keberadaan, karunia
dan kasih dari Bunda Alam Semesta.
Kehadiran sang
master untuk menunjukan kepada kita jalan menuju kesempurnaan, “Temukanlah guru
sejati di dalam dirimu.” Karena guru sejati adalah sumber pengetahuan dan
kebenaran, diatas segalanya ia adalah penuntun, pemandu untuk menggapai
kesejatian diri. Apa yang harus dilakukan, bagaimana menjalani hidup biarlah
guru sejati yang menuntunmu. Serahkan kendali hidupmu kepada sang guru sejati.
Apakah ketika kesadaran sudah meluas
kita bertemu dengan guru sejati…
Tetaplah dalam
keadaan diam, buatlah dirimu sangat terbuka untuk menerima segala kemungkinan, bersabar
dan yakinlah akan kasih dan kurniaNya.
Sembah bhaktiku kepadaMu, Oh Bunda
Semesta yang menghadirkan sadhguru, guru sejati dalam hidupku.
Berkah Shakti
Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar