Apa arti 50 tahun dalam sejarah umat manusia? Apalagi, jika ditambah prasejarah yang tidak tercatat? Namun, dalam satu episode kehidupan manusia - yang bagi Manusia Indonesia rata-ratanya adalah 70-an tahun – 50 tahun sungguh sangat berarti, lebih dari dua pertiga ekspektasi hidupnya!
Tahun 2022 ini, penulis merayakan kebersamaannya dengan seorang Guru Sejati selama setengah abad. Baginya, ini adalah Perayaan Besar, Golden Jubilee, pengalaman Jatuh, Bangun, Jatuh Lagi dan Bangun Kembali selama 50 tahun. Namun, di saat yang sama setiap pengalaman itu mengajarkan sesuatu yang sangat berharga.
Seorang saudara seperguruan penulis mengaku, “Pengalaman bersama Guru di depan umum bagaikan sinar matahari yang diperuntukkan bagi semua. Pengalaman-pengalaman pribadi di dalam kompilasi ini bagaikan cahaya pelita yang menerangi rumah jiwa dan hati kita terdalam. Terima kasih telah berbagi pengalaman-pengalaman yang bersifat sangat personal sekaligus mencerahkan, menjelaskan sisi lain dari seorang Guru yang senantiasa mengikuti perkembangan jiwa setiap siswanya.”
Setiap kisah dalam buku ini ibarat permata yang tak terhingga nilainya. Kita butuh sepasang mata Jauhari-Batin untuk mengapresiasinya. Semoga kita semua dianugerahi dengan sepasang mata seperti itu.
Mari kita lihat sekilas kilau di dalamnya,
Bersama
Sang Guru Sejati, seorang sadhguru..
Mata batin yang tertutup selama berabad-abad, selama sekian
masa kehidupan – terbuka dalam sekejap!
Hubungan saya dengan orang tua, pasangan, anak, saudara,
sahabat - apakah hubungan secara Fisik, hubungan darah, emosi - semuanya
berubah-ubah. Yang pernah menjad pasangan bisa menjadi orang tua dan
sebaliknya. Kecuali peran seorang Guru, hubungan antara seorang Sadhguru atau Guru Sejati dan seorang shishya, seorang siswa yang adalah
hubungan atma, hubungan jiwa – tak
ada satupun peran lain yang tidak berubah. Adalah hubungan atma yang kekal dan abdi,
sebab atma itu sendiri kekal dan abadi adanya.
Persahabatan Sejati antara Guru dan Siswa tidak mengandung
sedikitpun kepentingan diri, atau kepentingan lain yang terselubung. Seorang
siswa yang berjalan bersama Sang Guru Sejati tengah mengalami lompatan kuantum
di setiap langkah. Lompatan-lompatan itulah yang membuat seorang siswa
menyadari ke-Guru-an di dalam dirinya. Lompatan-lompatan itulah yang membuatnya
sadar akan kehadiran Sang Sadhguru di dalam dirinya.
Sebagai Brahma atau Pencipta untuk menciptakan samskar atau kualitas-kualitas, sifat
baik di dalam diri kita.
Seorang Guru adalah Pemberi, dia tidak pernah meminta, bahkan
mengharapkan sesuatu dari kita. Kedatangan dia, kehadiran dia dalam hidup kita
adalah untuk memberi. Ia memberi kita kesempatan untuk melayani sesama. Ia menganugerahi
kita dengan Pelita Pengetahuan Sejati untuk mengenal diri. Atau, lebih
tepatnya, ia menunjukkan adanya pelita itu di dalam diri kita, walau cahayanya
sudah mulai meredup.
Kemudian, sebagai Visnu atau Pemelihara, ia mengajar kita untuk
mempertahankan cahaya pelita Pengetahuan Sejati – pengetahuan tentang Jati
Diri, pengetahuan tentang kemampuan serta keterbatasan kita, sekaligus tentang
cara-cara untuk menembus batas.
Terakhir, sebagai Maheshvara atau Hyang Maha Mendaur Ulang, ia
pun selalu sibuk mengubah sifat-sifat dan kecendrungan-kecendrungan kita yang
tidak baik, dalam arti kata, yang tidak menunjang peran kita dalam hidup ini.
Demikian, banyak pembelajaran yang dapat kita petik dari pengalaman jatuh-bangun seorang murid bersama Sang Guru Sejati dalam kumpulan kisah-kisah dalam buku ini, sehingga kita tidak perlu lagi mengulangi kesalahan yang sama.
Berkah Shakti Om,
Sabtu Wage, 06 Juli 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar