Sumber: Pinterest
Penghantar Teknik Berikutnya…
ENTERING
THE INNER CENTERING
MENUJU KESEJATIAN DI DALAM DIRI YANG
TAK TERSENTUH
Salah satu tantrik agung di zaman ini, George
Gurdjieff, berkata bahwa identifikasi adalah satu-satunya dosa. Sutra berikut
ini, sutra ke sepuluh tentang pemusatan - yang kita akan dalami malam ini berhubungan dengan identifikasi. Jadi
pertama-tama jadilah mengerti sejelas-jelasnya apa artinya identifikasi.
Engkau pernah sebagai anak kecil; sekarang
engkau tidak lagi anak kecil. Seseorang menjadi muda, seseorang menjadi tua,
dan masa kecil menjadi masa lalu. Masa muda telah pergi, tetapi engkau masih
teridentifikasi dengan masa kecilmu. Engkau tidak bisa melihatnya seperti itu
terjadi pada orang lain; engkau tidak bisa menjadi saksi untuk itu. Setiap kali
engkau melihat masa kecilmu, engkau tidak terpisah darinya, engkau menyatu dengannya.
Setiap kali seseorang mengingat masa mudanya, dia menyatu dengannya.
Sungguh, sekarang itu hanyalah mimpi. Dan jika
engkau dapat melihat masa kecilmu sebagai satu mimpi, sebagai sebuah film yang
diputar di depanmu dan engkau tidak teridentifikasi dengannya, engkau hanya
seorang saksi, engkau akan mendapatkan pengertian yang sangat halus tentang
dirimu sendiri. Jika engkau melihat masa lalumu sebagai sebuah film, sebagai
satu mimpi - engkau bukan bagian dari itu, engkau ada diluar dari itu ... dan
sesungguhnya engkau di luar - maka banyak hal akan terjadi. Jika engkau berpikir
tentang masa kecilmu, engkau tidak berada di dalamnya - engkau tidak bisa. Masa
kecil ini hanya kenangan, hanya kenangan masa lalu. Engkau tetap menjauh dan melihatnya.
Engkau berbeda: engkau adalah seorang saksi. Jika engkau dapat merasakan penyaksian
ini dan kemudian melihat masa kecilmu sebagai satu film di layar, banyak hal yang
akan terjadi.
Satu: jika masa kecil telah menjadi satu mimpi
yang dapat engkau lihat, maka apapun engkau sekarang akan menjadi mimpi di hari
berikutnya. Jika engkau masih muda, maka masa mudamu akan menjadi mimpi. Jika
engkau tua, maka masa tuamu juga akan menjadi mimpi. Suatu hari engkau seorang
anak kecil; sekarang masa kecilmu telah menjadi satu impian dan engkau dapat
mengamati hal itu.
Ini baik untuk memulai dengan masa lalu.
Amatilah masa lalu dan lepaskan dirimu darinya; jadilah saksi. Kemudian amatilah
masa depan, apapun yang engkau bayangkan tentang masa depan, dan jadilah saksi
juga tentang hal itu. Kemudian engkau dapat mengamati saat ini dengan sangat
mudah, karena engkau pun tahu bahwa apapun yang ada sekarang adalah masa depan
di hari kemarin, dan besok ia akan menjadi masa lalu. Tetapi penyaksianmu tidak
pernah masa lalu, tidak pernah masa depan. Kesadaran penyaksianmu adalah kekal;
ia bukan bagian dari waktu. Itulah mengapa semuanya yang terjadi dalam waktu
menjadi sebuah mimpi.
Ingatlah ini juga: setiap kali engkau bermimpi
sesuatu di malam hari engkau menjadi teridentifikasi dengannya, dan engkau
tidak pernah bisa mengingat dalam mimpimu bahwa ini adalah mimpi. Hanya di pagi
hari, ketika engkau telah terbangun dari mimpi, engkau mengingat bahwa itu
adalah mimpi dan bukan kenyataan. Mengapa? Karena engkau menjauh, tidak ada
lagi di dalamnya. Maka ada jarak. Ada jarak disana dan engkau dapat melihat
bahwa itu adalah mimpi.
Tapi apakah seluruh masa lalumu? Jarak itu
ada, celah itu ada. Cobalah untuk melihatnya sebagai mimpi. Sekarang itu adalah
satu mimpi; sekarang itu tidak lebih dari sebuah mimpi, karena sama seperti
mimpi menjadi kenangan, masa lalumu telah menjadi hanya kenangan. Engkau tidak
dapat membuktikan benar-benar bahwa apapun yang engkau pikirkan sebagai masa
kecilmu adalah nyata atau hanya mimpi. Hal ini sulit untuk dibuktikan. Mungkin
itu hanya mimpi, mungkin itu nyata. Ingatan tidak bisa mengatakan apakah itu
nyata atau mimpi. Psikolog mengatakan bahwa orang-orang tua kadang-kadang
bingung antara apa yang mereka telah mimpikan dan apa yang nyata.
Anak-anak selalu bingung. Di pagi hari,
anak-anak kecil tidak bisa membedakan. Apapun yang telah mereka lihat dalam
mimpi itu tidak nyata, tetapi mereka mungkin menangis karena mainannya hancur
di dalam mimpi. Dan engkau juga, untuk beberapa saat setelah tidur terhenti,
masih dipengaruhi oleh impianmu. Jika seseorang telah membunuhmu dalam mimpi,
meskipun tidurmu terhenti dan engkau terjaga, jantungmu masih berdenyut cepat, sirkulasi
darahmu sangat cepat. Engkau mungkin masih berkeringat, dan rasa takut yang halus
masih melayang di sekitarmu. Sekarang engkau terjaga dan mimpimu telah berlalu,
tetapi engkau akan memerlukan beberapa menit untuk merasa bahwa itu hanya mimpi
dan tak ada yang lain. Ketika engkau bisa merasakan bahwa itu adalah mimpi,
maka engkau keluar darinya dan tidak ada lagi rasa takut.
Jika engkau dapat merasakan bahwa masa lalu
itu hanyalah mimpi - engkau tidak menyorotinya dan memaksakan pendapat bahwa
masa lalu itu hanya mimpi, itu adalah akibatnya - jika engkau dapat mengamati
ini; jika engkau dapat menyadari hal itu tanpa terlibat di dalamnya, tanpa
teridentifikasi dengannya; jika engkau dapat berdiri menjauh dan melihatnya, ia
akan menjadi mimpi. Apa pun yang dapat engkau lihat sebagai saksi adalah mimpi.
Itulah mengapa Shankara dan Nagarjuna bisa
mengatakan bahwa dunia ini hanyalah mimpi. Bukan berarti itu adalah sebuah
mimpi; mereka bukan orang dungu, bukan orang tolol yang mengatakan bahwa dunia
ini sebenarnya adalah mimpi. Yang mereka maksudkan dengan mengatakan ini adalah
bahwa mereka telah menjadi saksi. Bahkan ke dunia ini yang begitu nyata, mereka
telah menjadi saksi. Dan begitu engkau menjadi saksi dari apapun, itu menjadi
mimpi. Itu adalah alasan mengapa dunia ini disebut MAYA, atau ilusi. Ini tidak
berarti bahwa ia tidak nyata, tapi bahwa orang dapat menjadi saksi terhadapnya.
Dan setelah engkau menjadi saksi - sadar, menyadari sepenuhnya - semuanya jatuh
seperti sebuah mimpi untukmu, karena ruang itu ada dan engkau tidak teridentifikasi
dengannya. Tetapi kita terus teridentifikasi.
Hanya beberapa hari sebelumnya saya membaca
“PENGAKUAN” (CONFESSIONS) karangan Jean Jacques Rousseau. Ini adalah buku yang
langka. Ini benar-benar buku pertama dalam sastra dunia di mana seseorang
menelanjangi dirinya, benar-benar telanjang. Apapun dosa yang telah dia
lakukan, apapun pelanggaran susilanya, ia membuka dirinya sendiri, benar-benar
telanjang. Tapi jika engkau membaca PENGAKUAN dari Rousseau engkau terikat
untuk merasa bahwa ia menikmatinya; ia merasa sangat gembira. Berbicara tentang
dosa-dosanya, berbicara tentang perilaku asusilanya, ia merasa gembira.
Sepertinya ia menikmatinya dengan suka cita. Pada awalnya, dalam bab pendahuluan,
Rousseau mengatakan, "Ketika hari penghakiman terakhir akan datang, saya
akan berkata kepada Tuhan, kepada yang Mahakuasa, 'Engkau tidak perlu memikirkanku.
Baca buku ini dan engkau akan tahu segalanya.
Tidak ada seorangpun sebelumnya pernah mengaku
begitu jujurnya. Dan di akhir buku ini ia berkata, "Tuhan Maha Kuasa,
Tuhan yang kekal, penuhilah satu-satunya keinginan saya. Saya telah mengakui
segalanya; sekarang biarkan satu kerumunan besar berkumpul untuk mendengarkan
pengakuan saya. "
Jadi wajar saja jika orang mengira bahwa ia
mungkin telah mengakui beberapa dosa juga yang tidak pernah dilakukannya. Dia
terasa begitu gembira dan dia menikmati semuanya. Dia telah menjadi
teridentifikasi. Dan hanya ada satu dosa yang belum ia akui – dosa karena
teridentifikasi. Dengan apapun dosa yang ia lakukan atau tidak lakukan ia teridentifikasi,
dan itu adalah satu-satunya dosa bagi mereka yang benar-benar tahu bagaimana
pikiran manusia berfungsi.
Ketika untuk pertama kalinya ia membacakan
pengakuannya di tengah sekelompok kecil cendekiawan, ia berpikir bahwa sesuatu
yang dashyat akan terjadi, karena ia adalah orang pertama yang mengaku begitu
jujurnya, seperti yang dikatakannya. Para cendekiawan mendengarkan, dan mereka
menjadi semakin lama semakin bosan. Rousseau merasa sangat gelisah karena ia
pikir sesuatu yang ajaib akan terjadi. Ketika dia selesai, mereka semua merasa
lega, tapi tidak ada yang mengatakan apa-apa. Ada keheningan selama beberapa
saat. Hati Rousseau hancur. Ia berpikir bahwa ia telah menciptakan hal yang sangat
revolusioner, dashyat, bersejarah, dan yang ada hanya keheningan. Semua orang hanya
berpikir tentang bagaimana untuk menjauh dari situ.
Siapa yang tertarik akan dosamu kecuali dirimu
sendiri? Tidak ada yang tertarik akan kebaikanmu, tidak ada yang tertarik akan
dosamu. Manusia itu demikian sehingga ia menjadi gembira, ia menjadi diperkuat
egonya, oleh kebajikan dan oleh dosa-dosanya juga. Setelah menulis PENGAKUAN,
Rousseau mulai berpikir dirinya adalah seorang bijak, seorang suci, karena ia
telah mengaku. Tetapi dosa dasarnya tetap. Dosa dasarnya adalah teridentifikasi
dengan kejadian yang terjadi di dalam waktu. Apapun yang terjadi di dalam waktu
itu seperti mimpi, dan kecuali engkau melepaskan diri darinya, tidak
teridentifikasi dengannya, engkau tidak akan pernah tahu apakah kebahagiaan
itu.
Identifikasi adalah penderitaan; tidak
teridentifikasi adalah kebahagiaan. Teknik berikutnya berkaitan dengan
identifikasi…
Berkah
Shakti Om,
Sabtu Wage, 28 Desenber 2024
(Sumber: www.OshoIndonesia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar