Nginang…
Budaya mengunyah sirih yang sering
disebut dalam banyak bahasa daerah, antara lain, "nyirih", "bersugi",
"bersisik", "menyepah", atau "nyusur",
setidaknya hingga kini masih terlihat lazim dilakukan oleh generasi tua, baik
laki-laki maupun perempuan, sejumlah daerah di Nusantara. Kata Nginang berasal dari Bahasa Jawa dalam suku
kata pekinangan yang berarti wadah.
Manfaat Nginang…
Mengunyah sirih yang di gabung dengan
ramuan lainnya seperti kapur, gambir, buah pinang, kemudian terakhir tembakau
untuk ngemil - tembakau tetap dalam
mulut dan ketika air liur muncul itu di keluarkan.
Masyarakat penginang beranggapan jika dengan mengunyah sirih maka akan terasa
kesejukan hati dan dapat menahan rasa lapar dan haus. Selain itu, nginang dapat
memberikan keharuman nafas dan dapat menenangkan perasaan serta dapat
menyembuhkan penyakit.
Lebih jauh…
Konon katanya dengan Nginang dapat menjaga kelestarian alam
dan keselarasan diri kita dengan alam. Saat
ngemil tembakau di mulut, muncul
sensasi tertentu di dalam diri, bukan halusinasi tetapi tetap dalam keadaan sadar, seolah terjadi sebuah
koneksi dengan sesuatu yang lebih dalam dan memang tak seinten keadaan ketika
kita memasuki alam meditasi.
Bagaimana itu dapat terjadi?
Ketika Nginang, pertama, perpaduan zat-zat yang terkandung dalam daun sirih, buah
kinang, kapur dan gambir menutupi semua permukaan mulut, lidah dan pangkal
tenggorokan. Kedua, saat ngemil tembakau, kadar nikotin disaring oleh
lapisan yang terbentuk tadi dan dalam jumlah tertentu dapat mempengaruhi
kelenjar pineal untuk aktif dan terjadi koneksi dengan ‘medan bersama’ yang
menyatukan segala hal.
Berikutnya ketika terjadi koneksi
dibarengi dengan afirmasi maka ‘medan bersama’ akan merespon sesuai dengan afirmasi
yang diberikan. Apakah afirmasi itu untuk kelestarian alam, keselarasan dengan
alam atau kebalikannya. INGAT: ngunduh
wohing penggawe, apa yang kau tanam itu juga yang kau tuai.
Makna tersirat…
Budaya nginang mengingatkan kita
untuk kembali ke dalam diri, ada harta rahasia yang luar biasa di dalam diri
kita. Harta rahasia yang akan menghantarkan kita pada asal-mula sejati kita. Harta
yang tidak akan pernah habis dan tidak akan tertinggal jika badan tertinggal di
kemudian hari. Demikian kemuliaan para leluhur kita menyimpan kawruh - pengertian spiritual di dalam
budaya nginang yang sederhana, alami
dan mudah di dapat.
Berkah Shakti Om,
Sabtu Kajeng Kliwon, 18 Januari 2025