Sabtu, 18 Januari 2025

Membuka Tabir Nginang yang Membawa Berkah

 

(sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Menginang#/media/Berkas:Nenek_menginang.jpg)


Nginang

Budaya mengunyah sirih yang sering disebut dalam banyak bahasa daerah, antara lain, "nyirih", "bersugi", "bersisik", "menyepah", atau "nyusur", setidaknya hingga kini masih terlihat lazim dilakukan oleh generasi tua, baik laki-laki maupun perempuan, sejumlah daerah di Nusantara. Kata Nginang berasal dari Bahasa Jawa dalam suku kata pekinangan yang berarti wadah.

Manfaat Nginang…

Mengunyah sirih yang di gabung dengan ramuan lainnya seperti kapur, gambir, buah pinang, kemudian terakhir tembakau untuk ngemil - tembakau tetap dalam mulut dan ketika air liur muncul itu di keluarkan.

Masyarakat penginang beranggapan jika dengan mengunyah sirih maka akan terasa kesejukan hati dan dapat menahan rasa lapar dan haus. Selain itu, nginang dapat memberikan keharuman nafas dan dapat menenangkan perasaan serta dapat menyembuhkan penyakit.

Lebih jauh…

Konon katanya dengan Nginang dapat menjaga kelestarian alam dan keselarasan diri  kita dengan alam. Saat ngemil tembakau di mulut, muncul sensasi tertentu di dalam diri, bukan halusinasi tetapi  tetap dalam keadaan sadar, seolah terjadi sebuah koneksi dengan sesuatu yang lebih dalam dan memang tak seinten keadaan ketika kita memasuki alam meditasi.

Bagaimana itu dapat terjadi?

Ketika Nginang, pertama, perpaduan zat-zat yang terkandung dalam daun sirih, buah kinang, kapur dan gambir menutupi semua permukaan mulut, lidah dan pangkal tenggorokan. Kedua, saat ngemil tembakau, kadar nikotin disaring oleh lapisan yang terbentuk tadi dan dalam jumlah tertentu dapat mempengaruhi kelenjar pineal untuk aktif dan terjadi koneksi dengan ‘medan bersama’ yang menyatukan segala hal.

Berikutnya ketika terjadi koneksi dibarengi dengan afirmasi maka ‘medan bersama’ akan merespon sesuai dengan afirmasi yang diberikan. Apakah afirmasi itu untuk kelestarian alam, keselarasan dengan alam atau kebalikannya. INGAT: ngunduh wohing penggawe, apa yang kau tanam itu juga yang kau tuai.

Makna tersirat…

Budaya nginang mengingatkan kita untuk kembali ke dalam diri, ada harta rahasia yang luar biasa di dalam diri kita. Harta rahasia yang akan menghantarkan kita pada asal-mula sejati kita. Harta yang tidak akan pernah habis dan tidak akan tertinggal jika badan tertinggal di kemudian hari. Demikian kemuliaan para leluhur kita menyimpan kawruh - pengertian spiritual di dalam budaya nginang yang sederhana, alami dan mudah di dapat.

 

Berkah Shakti Om,

Sabtu Kajeng Kliwon, 18 Januari 2025


 Vija Kesawur - Benih-benih Kesadaran yang Bertebaran