(Sumber: https://id.pinterest.com/pin/1266706140342724/)
Tiba-tiba aku terjaga dipagi hari, sekitar pukul 2 atau 3 dini hari, aku merasa ketakutan. Reaksi pertama dari tubuhku ia makin mendekap erat bantal dan makin menenggelamkan tubuh ke kasur seolah ingin mengusir rasa takut yang tiba-tiba muncul. Pikiran sadaarku menolak rasa itu dan berusaha menghindarinya dan aku terlelap lagi. Hari berikutnya aku tidak terlalu memperhatikannya. Ketika malam tiba aku terjaga lagi dalam rasa takut yang aneh dgn reaksi tubuhku masih sama, tapi pikiran sadarku bereaksi lain untuk menghilangkan rasa itu aku berdoa dan aku kemudian terlelap.
Hari berikutnya aku baru mulai merenungkan apa sesungguhnya yang terjadi? Dari manakah rasa takut itu datang? Mungkinkah rasa takut datang tanpa sebab apapun? Aku mulai menyelam ke dalamnya, ketika seseorang berbuat suatu kesalahan, misalnya seorang anak dimarahi oleh orang tuanya karena ia di ketahui sering ngutang di kantin sekolah, atau bekal yang sebagian untuk ditabung tapi ia memilih untuk membeli kartu kwartet. Kemarahan dari orang tua akan tersimpan di dalam dirinya. Ini baru satu kesalahan.
Dalam kehidupan selanjutnya seiring bertambahnya usia anak ini membuat banyak kesalahan, mungkin ia berbuat kebaikan tapi masih kalah dengan kekeliruan yang ia perbuat, dan reaksi yang tersimpan di dalam dirinya makin banyak dan beragam, ada ketakutan, kemarahan, kekesalan, kebosanan, kebencian, iri hati, dendam, dan masih banyak yang lain. Dari sedemikian banyak akumulasi yang tersimpan tingkahnya jadi makin aneh, tubuhnya satu tapi ia dapat berperilaku sebagai dua orang yang berbeda dan bahkan lebih.
Jika suatu saat ketika ia berumur empatpuluhan tahun dan tiba-tiba terbangun dalam keadaan ketakutan maka ia harus melihat kedalam gudang penyimpanan di dalam dirinya kira-kira mana yang menyebabkan itu terjadi. Ia harus mulai jalan-jalan ke dalam dirinya untuk menemukan asalnya. Kecuali jika ia menemukan asalnya, ketakutan akan menjadi sarana untuk melangkah lebih jauh dalam pemekaran dirinya kalau tidak ia akan terus dihantui oleh ketakutan.
Lebih jauh, setiap perasaan yang datang kepadamu dalam waktu khusus tertentu ia akan menjadi petunjuk dalam pemecahan masalah yang hadir dalam saat itu. Perasaan bagaikan sebuah buku informasi yang menyediakan berbagai macam informasi tapi ini terbatas pada perasaan-perasaan yang tersimpan di dalam diri kita, kalau mau informasi yang lebih luas, informasi seluruh umat manusia, ya tinggal hubungkan diri dengan jaringa rasa seluruh umat manusia atau bahkan informasi alam semesta, rasajati, rasa terdalam dari alam semesta.
Tulisan ini ku buat tanggal 11 Januari 2005 dan entah karena apa, aku menghapusnya dan tetap sebagai draf dan sekarang baru ku posting. Ternyata rasa ketakutan yang kuat itu adalah pesan buatku yang nanti akan mengguncang pikiran, perasaan dan mempengaruhi kehidupanku.
Perasaan yang kuat itu merupakan by-product, hasil sampingan dari informasi yang akan diterima. Perasaan yang kuat itu bisa berupa apa saja, bisa ketakutan, kawatir, sedih, senang, bahagia dan sebagainya. Jika itu datang maka sekarang kita tahu, ia membawa pesan tertentu untukku. Kita bisa teliti pesan ini untuk siapa, untukku secara pribadi, orang lain, masyarakat, atau bahkan bangsa tertentu.
Perasaan yang kuat dan mendalam yang datang padaku kali ini berisikan beberapa informasi. Pertama, untukku secara pribdi, Kedua untuk orang lain, tujuh hari kemuadian anak saya mengalami kecelakaan dan mengalami patah tulang kaki. Dan 26 hari kemudian (dari artikel ini dibuat), tanggal 6 Pebruari Guruku Hyang Terkasih, Guruji Anand Krishna memasuki alam Maha Samadhi. Ketiga, untuk masyarakat secara luas, umat manusia, secara umum kita akan memasuki masa Tamasik, masa kegelapan yang panjang. Kegelapan yang akan menenggelamkan batin manusia. Pikiran dan perasaan kita tenggelam dalam buaian ilusi.
Tips untuk masa-masa kegelapan ini, Para Luhur memberikan nasehat, dengan kesungguhan dan ketulusan, "Masuklah kedalam Diri", temukan dirimu yang sebenarnya, yang sejati, temukan pelita hati di dalam dirimu. Pelita itu yang akan menerangi jejak langkahmu kemudian.
Berkah Shakti Om,
Selasa Umanis, 18 Pebruari 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar