1999
ECKHART
TOLLE
Kata-kata Bijak :
Ubahlah
hidup Anda dengan menyadari bahwa satu-satunya waktu yang pernah Anda miliki
adalah sekarang.
THE POWER OF
NOW
“Jangan mencari keadaan lain selain keadaan yang Anda alami
sekarang; jika tidak, Anda akan membangkitkan konflik dan penolakan bawah sadar
dalam diri Anda. Ampuni diri Anda karena tidak merasa damai. Saat Anda
sepenuhnya menerima kegelisahan Anda, kegelisahan Anda akan berubah menjadi
kedamaian. Segala sesuatu yang And terima sepenuhnya akan membawa Anda ke sana,
akan membawa Anda ke dalam kedamaian. Inilah keajaiban penyerahan.”
“Tidak menolak hidup berarti berada dalam keadaan tentram, rileks,
dan ringan. Untuk mencapai keadaan ini tidak lagi harus tergantung dengan
berada di jalan tertentu, baik atau jahat. Tampaknya bertentangan, tetapi jika
ketergantungan jiwa Anda pada suatu hal lenyap, kondisi umum kehidupan Anda,
hal-hal eksternal, cendrung meningkat tajam.”
S
|
ebuah
tulisan spiritual modern yang luar biasa. The
Power of Now: A Guide to Spiritual Enlighment pertama kali diterbitkan di
Kanada. Ketika diluncurkan di Amerika Serikat, tak terduga buku ini menjadi hit dan membuat Eckhart Tolle menjadi
seorang guru yang banyak di cari.
Meski
mayoritas tulisan spiritual dan New Age berisi konsep surgawi untuk “mencapai
sesuatu yang transenden”, The Power of
Now secara intens berfokus pada masalah yang kita hadapi hari ini dan sosok
diri kita sekarang ini. Ini mungkin buku yang paling praktis dari semua
buku panduan praktis, kesuksesan, atau
spiritual, karena buku ini menolak kecendrungan umum kita untuk membayangkan
suatu masa depan yang gemerlap tanpa sungguh-sungguh menggenggam waktu
sekarang.
Buku ini
juga merupakan sintesis pemikiran Buddhisme, Kristen, Taoisme dan tradisi
lainnya, memuaskan kerinduan abad ke-21 kita untuk berpikir melampaui
batas-batas agama konvensional, dan mengakui pada dasarnya semua agama
mengutarakan hal yang sama.
Tolle baru
mendalami buku-buku spiritual setelah ia melihat kebenaran buku-buku itu dalam
suatu kilasan pencerahan ketika ia berusia 29 tahun. Kisah tentang kejadian ini
yang di tulis di beberpa halaman pertama, kenangan akan sejumlah autobiografi
spiritual terkenal, membawa kita masuk ke dalam buku ini, yang ditulis dalam
bentuk tanya jawab. Transformasi dirinya yang terjadi tiba-tiba dari membenci
dirinya sendiri hingga merasakan kedamaian dan kegembiraan batin awalnya
mungkin sulit dipercaya, tetapi buku ini penting untuk dibaca.
Anda Bukan
Pikiran Anda
Peradaban
kita dibangun berdasarkan pencapaian pikiran, tulis Tolle, dan banyak di
antaranya yang luar biasa. Kita biasanya keliru memandang pikiran kita, yang berada
dalam keadaan terus-menerus berpikir, sebagai kita. Tetapi ada “makhluk” di balik pikiran kita yang merupakan
“Aku” yang sesungguhnya. Menyelaraskan diri denganNya membuat kita bisa
mengendalikan pikiran kita dan menempatkan emosi ke dalam sudut pandang yang
tepat.
Sebelum kita
bisa memiliki kendali atas pikiran kita, pikiran itu yang mengendalikan kita.
Pikiran terus bercakap-cakap dengan dirinya sendiri dan ini sulit untuk
dihentikan. Pikiran punya banyak pendapat, tetap semua pendapat itu didasari pada
apa yang telah terjadi di masa lalu. Akibatnya kita jadi sulit merasakan
hal-hal yang ada di waktu sekarang sebagai suatu yang baru. Hari ini tidak
pernah sebagus saat hebat yang akan datang atau yang pernah ada.
Anda mungkin
yakin bahwa suara yang terus-menerus berpikir ini adalah “Anda”, padahal
nyatanya ia hanyalah bagian dari siapa diri Anda. Kita ketagihan berpikir, kata
Tolle, karena dengan berpikir sepanjang waktu, ego memberi kita semacam
identitas. Tetapi terus-menerus berpikir membuat kita tidak bisa menikmati
waktu sekarang.
Bagaimana
cara membebaskan diri kita dari tindakan berpikir yang kompulsif? Kita mulai
dengan menempatkan pikiran kita ke sudut pandang yang tepat, yaitu dengan mengamati apa yang ia katakan dan
pikirkan, menjadi saksi lautan
pikiran dan emosi yang bergulung-gulung yang kita rasakan setiap hari. Anda
tentu saja akan terus menggunakan pikiran Anda untuk memecahkan masalah dan
bertahan hidup, tetapi dengan mengamatinya secara objektif dan merengkuh diri
Anda sesungguhnya yang ada di balik pikiran tersebut, kata Tolle, Anda sedang
mengambil satu langkah terpenting menuju tercapainya pencerahan. Jika Anda bisa
diam dan menghentikan benak Anda dari berpikir, meski hanya sejenak, Anda tidak
akan masuk ke keadaan melamun atau koma. Hal yang berlawanan akan terjadi: Anda
akan mendapat pemhaman tiba-tiba tentang waktu sekarang dan tentang segala
sesuatu yang ada di sekitar Anda, dan
tiba-tiba saja Anda merasa lebih menyatu.
Kehidupan
Baru Waktu Sekarang.
Mengingat pikiran
kita biasanya bekerja, untuk mencapai keadaan “sekarang” sepertinya sangat
sulit. Tetapi dengan mengakui bahwa
keadaa “sekarang” itu eksis, akan membantu kita meningkatkan jumlah waktu di
mana kita sepenuhnya “terjaga”. Kita bisa mengakui kepada diri kita sendiri
bahwa, misalnya, dalam satu jam terakhir kita sama sekali hanyut dalam emosi
atau pikiran tentang kecemasan atau penyesalan. Kita bisa mengakui bahwa kita
tidak bisa menghentikan pikiran kita. Setiap kali menyadari bahwa kita tidak
hidup di waktu sekarang, kemungkinan kita melakukan hal itu di masa depan akan
semain besar.
Tolle
berpendapat bahwa kita bisa semakin masuk ke dalam “sekarang” melalui rutinitas
kehidupan sehari-hari: mencuci tangan, duduk di mobil, melangkah,
bernapas—menyadari semua gerakan ini. Jika gerakan itu dilakukan secara mekanis
dan otomatis, berarti kita tidak sepenuhnya merasakan waktu sekarang.
Hukum dasar
Tolle adalah bahwa semakin kita menolak situasi kita sekarang ini, semakin
menyakitkan rasanya. Sudah tentu, jika kita berpikir “ini tidak mungkin
terjadi”, kenyataan bahwa hal ini memang terjadi membuat peristiwa tersebut
jadi tak tertahankan. Menungu dan menanti-nanti hari dimana kita akan bahagia
atau kaya, misalnya, hanya akan membuat penolakan terhadap situasi sekarang ini
jadi semakin kuat. Pikiran bahwa kita bisa berada di tempat lain, dengan
seseorang yang lain, melakukan sesuatu yang lai, bisa mengubah kehidupan kita
menjadi sebuah neraka. Apakah ada jalan keluar? penulis memberikan solusi yang
justru bertentangan: kita harus memaafkan
situasi ini dan menerimanya: bahkan
sekalipun kita membenci situasi tersebut, tetapi jangan terus-menerus berkata
kepada diri kita sendiri, “Ini tidak terjadi, tidak mungkin.”
Tolle juga
berbicara tentang kebencian orang terhadap waktu sekarang. Ia mendeskripsikan
keadaan normal pikiran sebagai “suatu
tingkat kegelisahan, ketidakpuasan, kejenuhan, atau kegugupan yang nyaris tiada
henti—semacam gangguan yang melatarbelakangi”. Kita selalu berusaha menghindar
dari kerasnya momen sekarang, baik dengan membuatnya menjadi sesuatu
membosankan atau sebaliknya, menjadi menarik melalui minuman dan narkoba, atau
melamunkan impian masa depan atau mengenang masa lalu. Perasaan menyesal atau
menginginkan sesuatu tercipta jika kita gagal mengapresiasi waktu sekarang,
satu-satunya waktu yang pernah kita miliki. Tetapi dengan menerima sepenuhnya
apa yang sedang terjadi, kita akan menemukan cara untuk mengatasinya. Kita bisa
mulai melihat bahwa kehidupan kita, keberadaan kita, tidak sama dengan situasi
hidup kita.
Tolle menantang kita untuk memikirkan waktu
sekarang, yang sebenarnya bebas dari masalah. Masalah hanya eksis ketika
saatnya tiba, maka semakin kita hidup di waktu sekarang, semakin sedikit
kehidupan yang kita berikan untuk masalah tersebut. Ia meminta kita untuk tidak
memberi penilaian tentang berbagai situasi, sehingga situasi tersebut bukan
lagi situasi baik atau buruk melainkan hanya situasi. Tahanlah rasa takut Anda
dan jangan berlama-lama membenci situasi tersebut, maka kita akan menemukan
bahwa ada solusi yang muncul.
Bila kita
bertindak dari sosok diri kita yang terdalam, bukan diri kita yang
terus-menerus berjuang menjadi sesuatu, kita akan bebas dari rasa takut.
Ironisnya, keadaan rileks ini membuat kita jadi lebih mudah meraih keberhasilan
dalam berbagai situasi kehidupan kita. Kita menerima berbagai hal yang muncul dan
cepat beradaptasi dengan mereka, tidak remuk ketika hal-hal tidak terjadi
seperti yang kita rencanakan.
Relasi Masa
Kini.
Dalam sebuah
bab yang mengulas tentang relasi yang tercerahkan, Tolle berkata bahwa
“sebagian besar ‘relasi cinta’ segera menjadi relasi cinta/benci”. Adalah
sesuatu yang dianggap normal jika kita tiba-tiba berubah dari cinta dan sayang
menjadi pertentangan, dan kembali lagi ke cinta; seperti kata pepatah, tidak
tahan hidup dengan seseorang, tidak tahan hidup tanpa mereka. Kita percaya
bahwa jika kita bisa melenyapkan keadaan negatif, semuanya akan baik-baik saja.
Tetapi Tolle berkata bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi. Baik cinta maupun
benci saling bergantung satu sama lain, dan merupakan “aspek yang berbeda dari
disfungsi yang sama”.
Ketika kita
jatuh cinta, orang yang kita cintai membuat kita merasa utuh, tetapi
kelemahannya adalah tumbuh ketergantungan terhadap orang tersebut dan takut
pada segala kemungkinan kehilangan dirinya. Ego memiliki kebutuhan akan
keutuhan, tetapi relasi romantis bukan tempat yang tepat untuk mencari keutuhan
karena akan membuat kita merasa tergantung pada sesuatu atau seseorang di luar
diri kita. Kita semua memiliki kepedihan
dalam diri kita yang tampaknya jadi sembuh saat kita jatuh cinta, padahal
kepedihan itu masih ada di sana dan terasa kembali ketika bulan madu sudah
selesai.
Tujuan relasi
jangka panjang yang sejati, kata Tolle, bukan bukan untuk membuat kita merasa
bahagia atau lengkap, melainkan untuk mengeluarkan kepedihan yang ada dalam
diri kita sehingga kepedihan tersebut bisa diubah; untuk membuat kita menjadi
lebih sadar. Dan jika kita menerima hal ini kita akan pindah ke level lain, dan
relasi tersebut akan berkembang dengan wajar, bebas dari pengharapan kita yang
tidak riil.
Jika relasi
Anda saat ini tampak seperti “drama gila”, alih-alih berusaha lari dari relasi
ini, Anda justru harus masuk lebih dalam lagi dan menerima kenyataan ini. Tolle
menyatakan bahwa relasi intim tidak pernah lebih sulit dari yang sekarang ada,
tetapi relasi tersebut mungkin juga menawarkan peluang terbesar untuk
memperoleh kemajuan spiritual.
Kata Penutup.
Alih-alih
menampilkan rencana besar untuk meraih sukses, The Power of Now meminta kita untuk lebih hadir dalam rutinitas
kehidupan sehari-hari, untuk melihat apakah kita bisa memberi arti pada setiap
momen. Apakah ada yang perlu disesalkan kecuali bahwa kita tidak lebih hadir
dalam situasi, atau lebih “ada” dalam relasi yang sekarang sudah jilang?
Sebagian penyakit
mental disebabkan karena tidak mampu menghentikan percakapan internal. Sebaliknya,
orang yang memiliki kesehatan mental yang sangat baik akan mampu mendiamkan
pikiran mereka, dan dari keheningan ini, ia mengakses diri yang sesungguhnya
yang menawarkan solusi sempurna untuk masalah kita.
Meski buku
ini memiliki gaya pengungkapan personal yang umum terdapat pada buku-buku
spiritual, The Power of Now tampak
baru, bahkan revolusioner, dan buku ini merupakan salah satu buku yang paliing
praktis untuk mengubah kehidupan Anda dengan cara yang bisa dipergunakan
terus-menerus.
Pastikan Anda
membaca buku ini. Jika Anda memang membutuhkannya, bacalah lebih dari sekali. Gaya
penulisannya sangat jelas sehingga ketika pertama kali membaca Anda akan
berpikir bahwa Anda sudah “memahami pesannya”. Tetapi karya ini baru akan
dipahami sepenuhnya jika ajarannya dipraktekkan.
Eckhart Tolle.
Lahir di Jerman, Tolle lulus dari University
of London dan Cambridge University, tempat dimana ia enjadi peneliti dan
penyelia.
Selama satu dekade terakhir ia menjadi guru
spiritual bagi kelompok dan individual di Eropa dan Amerika Utara, serta
bermukim di Vancouver, British Columbia.
The Power of
Now telah diterjemahkan ke dalam 17
bahasa. Buku-buku Tolle lainnya yaitu Practicing the Power of Now dan Stilness Speaks.
(Sumber:
1. Buku 50
Spiritual Classics – Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin
melalui 50 Buku Legendaris Dunia, karya Tom Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT
BHUANA ILMU POPULER KELOMPOK GRAMEDIA.
2. Gambar:
https://www.penguinrandomhouse.com/authors/67665/eckhart-tolle)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar