![Ebook Gratis: Ebook Muhammad Prophet for Our Time Karen Armstrong](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8-rNmjlsnTliR0k027Oy6IEUWqHb0sHSd70c5G4Gai_-UcTDJyb69BLJPZdl_8xrt4Ra7Fq8LCD0__lZdToP5WFs_1RLNeJnvPFOfcEzIIkVwxqoQE9dLvsKJzSAUWjeCXGImQ1meER4/s640/Muhammad+Prophet+for+Our+Time.jpg)
Sejarah
sebuah tradisi agama merupakan dialog berkelanjutan antara realitas transenden
dan peristiwa terkini di ranah duniawi. Orang yang beriman menyelidik masa lalu
yang disucikan, mencari-cari pelajaran yang dapat berbicara secara langsung
kepada kondisi kehidupan mereka. Sebagian besar agama memiliki figur utama,
seorang individu yang menjelmakan ideal-ideal iman tersebut dalam sosok
manusia.
Dalam
merenungkan kesunyian Buddha, kaum Buddhis melihat realitas tertinggi Nirwana
yang ingin diraih oleh masing-masing mereka; dalam Yesus, orang Kristen
mendedah kehadiran ilahi sebagai kekuatan kebaikan dan kasih sayang di dunia.
Sosok-sosok paradigmatik ini menerangi kondisi yang sering kali suram dalam
dunia penuh cacat tempat kita mencari penyelamatan ini. Mereka menunjukkan
kepada kita apa yang dapat diraih oleh manusia.
Kaum
Muslim telah senantiasa memahami ini. Kitab suci mereka, Al-Quran, memberi
mereka sebuah misi: untuk menegakkan masyarakat yang adil dan layak, yang di
dalamnya segenap anggotanya diperlakukan dengan hormat. Kesejahteraan politik
komunitas Muslim dulu, dan juga kini, merupakan hal yang sangat penting. Layaknya
setiap cita-cita agama, hal itu nyaris mustahil untuk dipenuhi, namun setelah
setiap kegagalan, kaum Muslim mencoba untuk bangkit dan memulai kembali. Banyak
ritual, filosofi, doktrin, teks suci, dan tempat suci Islam merupakan hasil dan
kontemplasi atas peristiwa politik dalam masyarakat Islam yang sering kali menyakitkan
dan kritis terhadap diri sendiri.
Kehidupan
Nabi Muhammad (570-632 M) sama pentingnya dengan upaya perwujudan cita-cita
Islam itu di zaman sekarang.
Perjalanan
hidupnya menyingkapkan kerja Tuhan yang misterius di dunia, dan
mengilustrasikan ketundukan sempurna (dalam bahasa Arab, kata untuk "tunduk"
adalah islam) yang harus dilakukan setiap manusia kepada yang ilahi. Sejak masa
hidup Nabi, kaum Muslim telah berupaya untuk memaknai kehidupan beliau dan
menerapkannya kepada kehidupan mereka sendiri. Kurang lebih seratus tahun
semenjak wafatnya Muhammad, ketika Islam terus menyebar ke wilayah-wilayah baru
dan mendapatkan pemeluk baru, para sarjana Muslim mulai mengompilasi kumpulan besar
ucapan (hadis) dan kebiasaan (Sunnah) Nabi, yang kelak akan menjadi landasan
bagi hukum Islam. Sunnah mengajarkan kaum Muslim untuk meneladani cara Muhammad
berbicara, makan, mencintai, bersuci, dan beribadah, agar dalam detail-detail
terkecil kehidupan sehari-hari mereka, mereka mereproduksi kehidupan beliau di
muka bumi dengan harapan mereka akan meraih kecenderungan batin Nabi untuk
tunduk sepenuhnya kepada Tuhan.
Muhammad
secara paradoks menjadi sosok pribadi yang tak lekang oleh waktu justru karena
beliau begitu berakar di dalam periodenya sendiri. Kita hanya bisa memahami
pencapaian ini jika kita mau mengerti apa yang dihadapinya pada saat itu. Untuk
dapat melihat kontribusi apa yang bisa diberikannya kepada kesulitan yang
sedang menimpa kita sendiri saat ini.kita mesti
memasuki
dunia tragis yang menjadikannya seorang nabi hampir seribu empat ratus tahun
silam, di puncak sebuah gunung yang sepi tak jauh dan pinggiran kota suci
Makkah.
Silakan baca bukunya : Muhammad Prophet for Our Time.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar