1964
J.
KRISHNAMURTI
Kata-kata
Bijak
Jadilah
orang yang revolusioner dengan mempelajari cara berpikir yang melampaui
batas-batas budaya.
THINK ON
THESE THINGS
“Hujan di
tanah yang tandus adalah sesuatu yang istimewa, bukan? Ia mencuci daun-daun hingga
bersih, bumi pun tersegarkan. Dan saya pikir kita semua seharusnya mencuci
pikiran kita seluruhnya hingga bersih, seperti pohon dicuci oleh hujan, karena
mereka dibebani debu berabad-abad, debu yang kita sebut pengetahuan,
pengalaman. Jika Anda dan saya mau mencuci pikiran kita setiap hari,
membersihknnya dari kenangan hari kemarin, kita akan memiliki pkiran yang
segar, pikiran yang mampu mengatasi berbagai masalah kehidupan.”
A
|
pakah kehidupan Anda sama dengan perjuangan
besar meraih sukses? Apakah Anda takut menjadi sosok yang biasa-biasa saja?
Jika peertanyaan ini mencerminkan diri Anda, berliburlah sejenak dari
perjuangan Anda dan bacalah Think on
These Things. Mungkin merupakan karya filsuf J. Krishnamurti yang paling
praktis, buku ini muncul dari sesi tanya-jawab dengan murid-murid sekolah di
India, tetapi mampu menyentuh hati dan pikiran secara universal.
Krishnamurti
mengajari murid-murid ini bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah bukan
untuk mempersiapkan kita mendapatkan pekerjaan, tetapi untuk “membantu kita
memahami seluruh proses hidup”. Pendidikan adalah tentang cara mencintai, cara
hidup sederhana, cara membebaskan pikiran kita dari prasangka, takhyul, dan rasa
takut. Tanpa pengetahuan ini kita akan menjalani hidup dengan cara yang hampir
mekanis, alih-alih menjadi orang yang sungguh-sungguh kreatif. “Jika pikiran
tidak bisa menembus penghalangnya sendiri,” kata Krishnamurti, “terdapat
kesedihan.”
Dengan logikanya yang tak bisa
dibantah, Think on These Things
menghancurkan keyakinan kita tentang keselamatan berupa nama baik, uang, dan
kesuksesan, menunjukkan bahwa menginginkan hal-hal tersebut hanya akan membawa
kesedihan. Setiap orang ingin menjadi “seseorang”, tetapi Krishnamurti
menunjukkan bagaimana keinginan ini justru membuat kita menjadi orang yang
biasa-biasa saja.
Ambisi dan kesuksesan
Buku
ini menjelaskan secara terperinci tentang kesuksesan duniawi. Budaya kita mengagungkan ambisi dan prestasi,
dan konsekuensinya kita merasa harus selalu berjuang meraih sejumlah prestasi.
Tetapi Krishnamurti menunjukkan bahwa keinginan untuk menjadi sesuatu selalu
berakhir dalam kekecewaan dan kekosongan. Ini bukan cara yang cerdas untuk
menjalani hidup karena artinya Anda selalu merasa tidak bahagia dengan keadaan
sekarang ini, dikuasai rasa iri dan keinginan yang tak pernah terpuaskan.
Pernyataan Krishnamurti “Kita semua ingin menjadi orang yang terkenal - dan di
saat kita ingin menjadi sesuatu, kita tidak lagi bebas” adalah kebalikan dari apa
yang Anda lihat dalam buku-buku motivasi. Walau demikian, pernyataan ini
tampaknya benar.
Bisa
dimengerti bahwa tidak banyak menginginkan sesuatu akan membuat Anda merasa
lebih puas dengan apa yang Anda miliki, tetapi siapa yang mau mengorbankan
pemenuhan potensi mereka? Krishnamurti memberitahukan sebuah jalan alternatif
yang tidak akan mengarah pada depresi atau kegilaan. Ia berpendapat bahwa
tujuan pendidikan sesungguhnya adalah membantu orang mengidentifikasi pekerjaan
apa yang mereka cintai. Melakukan apa yang Anda cintai memberi manfaat ganda:
Anda tidak hanya akan menemukan tingkat kepuasan yang tidak biasa dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi antusiasme Anda terhadap pekerjaan itu akan
menjamin “kesuksesan”.
Ambisi
menuntut kita untuk terus-menerus hidup di masa depan, masa depan yang, jika
akhirnya datang, mungkin tetap meninggalkan perasaan hampa pada kita. Tetapi
profesi berarti kita bisa menikmati pekerjaan kita tanpa perasaan gelisah
karena ingin mencapai hasil tertentu. Lagi pula, tidak ada yang abadi, jadi
dunia ini akan menjadi jauh lebih baik bila dihuni oleh orang yang bekerja
tanpa dipengarui buruknya hasrat memperoleh sesuatu. Kompetisi hanya diperlukan
jika menginginkan satu hadiah, tetapi
setiap orang harus menyadari bahwa harta itu bukan ada “di luar sana” melainkan
ada di dalam kecakapan dan minat kita sendiri. Itulah kecerdasan.
Mitos tentang rasa aman
Kita ingin membuat hidup ini jadi permanen,
tetapi dengan melakukan hal itu kita menentang alam, dan disanalah terbaring
kepedihan kita. Hanya pikiran yang selalu bergerak, tanpa tempat istirahat dan gagasan tetap, yang bisa selaras dengan
kehidupan, dan karenanya penuh kegembiraan. Manusia, kata Krishnamurti, “mengali
kolam kecil untuk diri mereka sendiri jauh dari derasnya arus kehidupan, dan di
kolam kecil itulah mereka stagnan, mati; dan stagnasi inilah, kematian inilah
yang kita sebut kehidupan”.
Kalimat
yang keras, tetapi apakah benar bahwa kehidupan yang kita ciptakan bagi diri
kita sendiri, kolam kecil berupa keluarga, pekerjaan, ketakutan, ambisi, agama
dan sebagainya, adalah upaya untuk tidak merasakan realitas yang lebih besar?
Semakin kita meyakini bahwa tempat yang berada di sisi sungai kehidupan ini
adalah tempat yang aman, kita semakin tidak menyadari hakikat kehidupan yang
sesungguhnya – perubahan yang terus-menerus. Kita bergantung pada hal-hal yang
telah kita ketahui, tetapi ketergantungan ini membuat kita menjadi orang yang
penuh ketakutan.
Tetapi
semua ini tidak lantas berarti kita harus menangalkan lingkungan eksternal
kehidupan kita, melainkan kita perlu menyadari bahwa kita hanya menciptakan
representasi kehidupan yang kita sukai. Tujuan menjalani hidup adalah untuk
menemukan kebenaran, dan jika kita tidak secara aktif berusaha agar bisa lebih
dekat lagi dengan inti berbagai hal, kita akan segara mati.
Memecahkan masalah
Pikiran tidak akan pernah bisa memecahkan
masalah jika pikiran itu dikuasai oleh masalah tersebut. “Hanya pikran yang
tidak dikuasai masalah sajalah yang bisa merasa segar untuk memahami masalah”,
kata Krishnamurti. Jika Anda bisa menciptakan suatu ruang di antara
pikiran-pikiran Anda, Anda akan kembali memperleh kesegaran dan kreatifitas
yang tidak pernah bisa dirasakan oleh pikiran normal yang dibebani oleh masalah
dan kecemasan yang datang silih
berganti.
Jika
pikiran yang membuat kita terjerumus ke dalam kekacauan dipekerjakan untuk
untuk menyelesaikan kekacauan tersebut, solusi yang dihasilkan tidak akan
benar-benar bagus. Tetapi dengan menutup pikiran tersebut, solusi elegan akan
muncul. Kita beranggapan bahwa pikiran adalah segalanya, padahal tidak. Kita
bisa memperkaya hidup kita dengan melangkah masuk ke dalam kecerdasan luas alam
semesta yang eksis dalam otak kita. Ironosnya, dengan menghentikan ocehan tiada
henti dari pikiran, kita juga akan memperoleh pemahaman diri. Dengan demikian,
tidak berpikir, jika dilakukan dengan sengaja, bisa menjadi merupakan bentuk
kecerdasan yang tertinggi.
Orang yang kreatif
Banyak orang yang hidup hanya sebagai
teknisi, tulis Krishnamurti. Kita belajar secara otomatis dan melewati ujian,
mendapat pekerjaan; kita mempelajari teknik untuk meraih sukses dalam
masyarakat ini. Tetapi jika kita tidak memperhatikan hal-hal yang susungguhnya
– keindahan, cinta, kedamaian – maka kita akan hidup di dunia yang kelihatannya
berat dan terpisah-pisah. Dengan demikian kita punya pilihan: hanya menjadi
seorang teknisi atau seorang pencipta, menjadi kurang menyerupai manusia atau
lebih menyerupai manusia. Krishnamurti berkata:
“Engkau bisa menjadi orang yang kreatif hanya ketika ada
penyerahan – artinya, sungguh, ketika tidak ada rasa terpaksa, tidak ada rasa
takut tidak bisa menjadi sosok yang diinginkan, tidak bisa memperoleh sesuatu,
tidak bisa mencapai tujuan.”
Seseorang yang telah belajar bagaimana
masyarakat bisa berhasil dan “melakukannya dengan baik” mempeoleh semacam rasa
percaya diri yang bersifat teknis. Rasa percaya ini akan menimbulkan arogansi.
Tetapi ada rasa percaya diri jenis lain yang datang dari berpikir di luar
sistem. Rasa percaya diri ini lebih tidak merusak. Jika kita tidak memilikinya,
kata Krishnamurti, kita “akan diserap oleh masyarakat dan tersesat dalam
keadaan yang biasa-biasa saja”. Jika kita berusaha sekuat tenaga untuk tetap
menjadi diri kita sendir, kita akan mengetahui kreativitas sejati yang tidak
dibentuk oleh apa yang secara sosial diterima atau sesuai. Seorang teknisi bisa
memberi “hasil”, tetapi seorang pencipta, dengan sifat dan fokus merek pada
hal-hal yang penting, akan meningkatkan dunia sekitar mereka.
Krishnamurti
berbicara tentang perlunya memiliki jiwa pemberontak. Maksudnya bukan mengubah
masyarakat dari dalam, tetapi memberontak melawan cara pikir dan cara pandang yang ada. Jika
Anda memberontak melawan “sistem”, jika Anda melobi agar terjadi perbaikan,
bukankah hal ini sama saja dengan seorang narapidana yang memberontak di dalam
penjara menuntut kondisi yang lebih baik? Revolusi yang sesungguhnya bukanlah
mengeluh tentang kondisi penjara, melainkan memandang melalui jeruji-jerujinya
agar bisa melihat institusi tersebut dalam konteks yang lebih besar.
Kita
perlu memandang pikiran kita dengan cara seperti ini, mengamati proses kerjanya
dan memahami mengapa pikiran kita mengambil kesimpulan seperti itu. Misalnya,
kita tidak bisa menghentikan ketamakan dan rasa iri hati kita dengan berusaha
mengeliminasinya; perasaan itu hanya akan hilang jika kita bisa mengamati
pikiran kita secara keselruhan. Ketika kita
mengakui bahwa pikiran kita penuh dengan ketamakan, rasa, kebencian, dan
ambisi, kita menciptakan ruang dimana kita bukan
hal-hal ini. Itulah awal dari seorang bebas yang mampu menggunakan mata air
kreativitas, yang terdapat di luar pikiran yang berpikir.
Kebahagiaan dan cinta
Karena kita adalah orang yang berjuang untuk
meraih sesuatu, kita juga percaya bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa
kita cari. Tetapi seperti yang dengan tepat ditunjukkan oleh Krishnamurti,
kebahagiaan tidak bisa “ditemukan”, kebahagiaan adalah produk sampingan dari
memaknai dan menjalani hidup tanpa rasa takut. Kebahagiaan tidak dihasilkan
dari prestasi dan ambisi; hidup adalah saat-saat dimana kita tidak
memikirkanhal-hal tersebut, saat kita hanyut dalam suatu tugas atau merasa
menjadi bagian dari lingkungan sekitar kita. Bahkan sekadar berpikir atau
berbicara tentang kebahagiaan sudah mengindikasikan bahwa kita tidak menyatu
dengan sumber kebahagiaan.
Pada
dasarnya, ketidakbahagiaan terjadi karena tidak adanya cinta, atau karena ada
jarak antara diri kita dan orang lain. Jarak ini diciptakan oleh penilaian dan
kecaman kita. Sulit untuk sungguh-sungguh mencintai jika kita sedang memikirkan
diri kita sendiri dan keinginan kita; bagi orang lain, hal ini tampak dangkal. Orang
yang berjuang keras akan berkata, cinta memang baik, tetapi itu hanya mimpi
indah – aku harus sukses di dunia ini. Krishnamurti membantah, “Cinta adalah
hal yang paling praktis di dunia.” Orang yang ambisius mencari kekuatan, dan
dalam pencariannya mereka tidak bisa melihat fakta bahwa cinta adalah kekuatan
terbesar yang kita ketahui. Cinta yang hebat adalah kecerdasan yang yang hebat,
karena kecerdasan mampu mengenali bahwa pada akhirnya cinta adalah satu-satunya
hal yang penting.
Kata penutup
Buku Krishnamurti ditulis bertahun-tahun
sebelum pandangan tentang melakukan apa yang ingin dilakukan, alih-alih
melakukan pekerjaan demi kepastian hidup, menjadi tren. Ia juga memahami budaya
selebriti kita di mana setiap orang ingin menjadi seseorang yang lain, ingin
terkenal, serta kesengsaraan yang ditimbulkannya.
Think on These Things bukanlah tentang
spiritualitas yang kita pahami secara konvensional, melainkan tentang membuka
pikiran. Buku ini berbicara tentang kecerdasan, meski bukan kecerdasan seperti
yang biasa kita pikirkan. Setiap orang beranggapan bahwa mereka adalah individu
yang bersemangat dan berpikir bebas, padahal sering kali tidak ada yang bisa
mendekati kebenaran.
Buku
ini membuat Anda bertanya kepada diri Anda sendiri: Apakah saya hanya seorang
teknisi dalam hidup ini, atau seorang pencipta?
Jiddu Krishnamurti
Krishnamurti
dilahirkan di Madras (Chennai) pada tahun 1895, putra dari sebuah keluarga
Brahmana. Ayahnya bekerja di pusat Komunitas Teosofi di Adyar. Pada usia 15
tahun Krishnamurti dibimbing oleh pemimpin teosofi Annie Besant dan rekannya
C.W. Leadbeater karena sepertinya memiliki “aura” yang luar biasa. Mereka secara
resmi mengadopsi anak itu dan ia dibawa ke inggris untuk disekolahkan. Dinobatkan
sebagai “Guru Dunia”, pada tahun 1911 dibentuklah organisasi seputar dirinya,
Order of the Star in the East.
Pada tahun 1929, Krishnamurti
mengumumkan bahwa ia bukan mesias, atau bahkan seorang guru, lalu berpisah
dengan para pelindungnya san gerakan Teosofi. Ia mulai hidup berkelana dan
berceramah, serta dikenal dengan filosofi pikirannya yang mandiri dan
kewaspadaan terhadap seperangkat keyakinan. Ia meninggal pada tahun 1985, dan
Krishnamurti Foundation terus menerbitkan karya-karyanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar