Mengapa manusia kekeringan walau
sudah sering berdoa/sumeleh terhadap Gusti? Bagaimana mempunyai pikiran/sikap
positif yang stabil? Kadang pikiran/sikap positif datangnya terlambat.
Saat sesuatu yang tidak di inginkan
(teguran, amarah, celaan) atau hal yang negatif terjadi pada diriku secara
tidak terduga dan itu mengganggu atau membuatku tidak nyaman akibat perilaku
orang lain, reaksi spontan yang terjadi adalah marah atau emosi.
Mengapa
marah atau emosi ini terjadi, secara sederhana ini merupakan tanda bahwa kita tidak memahami orang lain, karena
peranan ego yang tinggi dalam diri, orang bertindak tentu ada
alasannya. Cobalah untuk menjadi orang lain.
Kita
tidak siap menerima itu, kurang persiapan.
Dari
sisi lain marah atau emosi terjadi karena kita bereaksi/bersikap negatif,
tidak
sabar, merasa lebih mengerti, menganggap orang lain sampah, tidak ada
gunanya. Mari kita tinjau sifat umum manusia, tidak ada manusia yang mau
diremehkan, ingin dirinya dihargai, manusia tidak mau dianggap dirinya
bodoh,jelek, dll.
Faktor
yang menyebabkan adanya reaksi/sikap positif adalah kawruh atau pengertian. Belajar melihat tujuh langkah ke samping,
depan, belakang, dst. Melihat segala kejadian secara lebih luas. Untuk
mengurangi ego dengan cara rilonarimo,
rela/iklas dalam memberi tanpa adanya tuntutan, menerima apa pun yang terjadi
pada diriku dengan senang hati/ menerima apa adanya dengan syukur.
Umumnya
manusia ada ditengah-tengah, belum menguasai nafsu-nafsu, menjadi liar. Ada
empat nafsu, yaitu nafsu kekuatan, nafsu semangat, nafsu kecerdikan, dan nafsu
kesucin. Dalam Injil disebutkan, “Belum bisa menyangkal diri”.
Langkah-langkah
untuk bersikap atau bereaksi positif :
1. Membutuhkan
ketenangan, kuat
2. Ketenangan
akan ada bila memiliki ketentraman
bathin
3. Ketentraman
bathin terwujud apabila dapat mengendalikan
hawa nafsu
4. Terkendalinya
hawa nafsu dalam diri saat adanya sikap rilonarimo
5. Sikap
rilonarimo hanya akan terjadi jika kita tansa
eling (selalu ingat) lan waspada,
Eling Kersaning Allah, ingat pada
Kehendak Allah.
Apa
yang Allah Kehendaki? Dalam bahasa Kristiani ehendak Allah adalah Damai dan Sejahtera.
Terlambatnya
bersikap atau bereaksi positif itu menandakan bahwa kita belum Eling. Bagaimana
agar tetap eling? Caranya tetap eling (dihubungkan dengan sikap yang harus
dijalani seorang murid untuk cepat maju atau menjadi murid tauladan) yaitu :
A. Cepat
Koreksi Diri, secepat mungkin agar kesalahan tidak tambah parah.
B. Cepat
Tidak Mengulang Kesalahan Lagi, jika kesalahannya telah menjadi kebiasaan sulit
untuk di perbaiki.
C. Cepat
Mengampuni atau meredakan amarah, umumnya manusia berat mengampuni.
D. Cepat
Bersyukur kepada Allah atas berkat yang diberikan, dan berterimakasih kepada
sesama dalam keadaan apapun.
E. Cepat
Berjanji untuk menjadi Murah Hati, Janji Pengorbanan..
Inilah
yang sepantasnya dilakukan oleh pribadi manusia hidup di dunia ini.
Pengertian sudah berpola pikir
positif tapi marah atau emosi masih ada, kenapa?
Ini terjadi karena pengertian hanya
berhenti pada sebagai pengertian, belum ada pelaksanaan atau menjadi
keberadaan. Banyak kita atau manusia mencampur-adukakan antara pengertian dan
keberadaan. Keberadaan terserah kita, tergantung kita karena laku urusan masing-masing,
Ganthawa fokusnya hanya pengertian.
Pengertian
tanpa laku hanya awang-awang atau mimpi, laku tanpa dibarengi dengan pengertian
itu ngawur atau sesat. Biar tidak menemui kekecewaan
pengertian harus menjadi keberadaanku, kawruh bisanya nyata kanti laku,
atau ngelmu
iku kelakone kanti laku, antara pengertian dan keberadaan mesti satu,
jangan terpisah. Pribadi seperti ini sulit berbuat jahat karena sudah menjadi
kebiasaan berada dalam pengertian.
Bagaimana pancer menguasai empat
saudara?
Sedulur papat jika diperas menjadi pikiran, komandannya pikiran. Pancernya
roh atau suara hati, konsultannya Sri Krsna, Yesus.
Umumnya
manusia mengikuti kuda, sementara hal itu menyenangkan dan memusuhi roh.
Belajar mistik tujuannya, keberhasilan
memenangkan roh dari pikiran, isi dari pikiran adalah informasi dan
pengalaman.
Bagaimana
memenangkan roh :
1. Mengandalkan
diri, banyak macamnya.
2. Diawali
dengan pembebasan keterikatan (sementara) roh dari fisik, berhasil
kembalikan kesemula atau Ngerogo Sukmo,
baru bisa menguasai empat kuda, raga tunduk pada roh. Daging lemah dan
justru roh terikat pada daging, menjadi lemah.
3. Pikiran
ibarat kaset, merekam sedulur papat,
pikiran-pikiran manusia lain, dunia, lingkungan dengan kebiasaannya. Dengan
isi rekaman itu kita bersikap, berkebeeradaan, bereaksi. Tujuan ingin
kembali ke Verdus (tidak ada yang bisa mematikan), return to eden.
Bagaimana
menghapus rekaman untuk diisi yang
baru?
“anggur
yang baru tempatnya pun baru”, mempersiapkan diri menjadi manusia yang
baru.
Penghapusan
seperti proses metamorfosa : untuk menjadi kupu-kupu ulat melewati
proses menjadi kepompong. Ulat (:apa adanya saat ini), kepompong
(:pengosongan, memisahkan diri dari lingkungan), kupu-kupu (:keberhasilan
pancer menguasai empat kuda)
Kaset
di ‘program sendiri’ yang baru. Segalanya bagaimana aku! Aku yang
berperanan utama. “Kamu terang atau garam dunia”.
Gantharwa
mengajak meloncat menjadi ‘programer’,
orang percaya pada Tuhan dan memprogram diri. Bagaimana aku mensikapi sesuatu
itu.
4. “gentur tapa bratane” dalam kehidupan
sehari-hari. Keberhasilan menepati janji pada diri sendiri dengan semangat
lebih.
Keberhasilan
menempati janji akan membuat kita ‘dipercaya’,
dengan dpercaya maka akan menjadi “berkuasa
atau berwibawa”.
Jaminan
makin tinggi kepercayaan sesuai penempatan janji.
Maka
dengan ini,
…..Roh
memerintahkan…….Hai raga kuatlah…….Raga menjadi kuat…..
Mengapa manusia ‘kering’ walau
sudah sering berdoa atau sumeleh?
“aja rumangsa bisa ning bisa
ngrumangsani”, dilihat dari sisi
negatifnya. Mari kita tinjau dari sisi positifnya, Yesus dari kecil melakukan penginjilan
dan penyembuhan
di Bait Allah, sat-saat kritis menjelang kematian di kayu salib merindukan
kehariran Allah dan Allah cuek (:kekeringan). Antara hidup dan mati Yesus
kekeringan, berteriak-teriak : “eli, eli lama sabaktani”, ya Allah,
ya Allah mengapa kau tinggalkan aku, menggerutu, jadi selama ini apa artinya?!
Mengapa?
Tanpa sadar kita di adu domba, ditabrakkan dua hal yang berbeda. Dengan doa
atau sumeleh tentu tidak kering, kita salah pengertian atau pengertian tidak
utuh. Disini ada dua makna, bisa kering ternyata basah atau kering yang
sebenarnya. Sebenarnya kekeringan dalam sumeleh itu tidak mungkin.
Figur
Yesus, Yesus tidak kering! Karena Yesus tidak pernah menggerutu, dalam hal ini Yesus memerankan diri sebagai umat manusia.
Secara sederhana, pada zamanya orang benar dipermandikan, maka Yesus
dipermandikan, ini tanda Yesus mengikuti tradisi manusia agar diterima oleh
manusia sebagai pribadi yang benar, sebenarnya Yesus tidak perlu dipermandikan.
Pada
situasi ‘main drama kekeringan’ ini
Yesus mengingatkan, bahwa manusia akan mengalami hal seperti ini, saat kritis
antara hidup dan mati manusia akan berteriak-teriak seakan-akan Allah
meninggalkan atau tidak memperhatikan. Inilah Penginjilan Yesus, digenapi, bahwa Allah Bapa tidak cuek
buktinya Yesus dibangkitkan tiga hari setelah kematiannya di kayu salib.
Hal
yang harus di ingat :
Jangan menerima Ajaran Yesus hanya
dalam kata-kata, tapi diperlukan sikap,
perbuatan, dan mentauladani.
Jangan
kawatir Tuhan akan selalu beserta kita dalam kebenaran, tetaplah dalam
pengharapan.
Dalam
hal membutuhkan jawaban atas pertanyaan, sering kali terjadi bahwa pribadi
manusia membuat pertanyaan benar tapi jawabannya ingin seperti jawabannya
sendiri atau sudah punya jawaban sendiri.
Dimana atau bagaimana batas antara
Kebebasan dan Kekuasaan?
(Guru
sharing, dimana Guru paling sulit
menjawab kondisi ini)
“Apa gunanya Kekuasaan kalau hanya
untuk menghargai Kebebasan? Apa artinya Kebebasan jika mengakui Kekuasaan?”
(dua hal yang bertentangan)
Sejarah
: Dunia diciptakan untuk kebahagian manusia, terjadi serah terima. Terjadinya
perang, dunia menjadi rusak, pandangan masyarakat umum, Tuhan cuek, diam saja,
terus bagaimana? Apakah manusia juga harus diam?!
Ini
adalah urusan manusia sendiri, kekuasaan telah diberikan kepada manusia, apakah
dunia mau dirusak atau dipelihara!
Allah memberikan kebebasan pada
manusia dan Allah selalu siap menolong pada yang minta, secara total dunia
diserahkan kepada manusia.
Peranan
kita yang telah diberi kuasa, kebebasan pada ‘kemauan’ manusia tidak
bisa diganggu-gugat, kuasa pada action atau tindakan, maksimal yang pantas
dimana kita menggunakan kuasa.
Bumerang
pada yang menyalahgunakannya, “ngunduh
wohing penggawe”.
Penggunaan
kuasa maksimal, dalam mempertahankan atau melindungi atau perlindungan (:fisik,
kecerdikan, mengelak), termasuk yang minta perlindungan itu dilakukan
pemagaran.
Bagaimana jika melakukan action atau ngebuki?
Hanya boleh dalam batas memberi
pelajaran, biar kapok/sadar/bertobat, ‘boleh membuat sakit tapi jangan sampai
merusak’.
Kapan membuat ketegasan!
Secara fisik : Jika itu ambang
antara Hidup dan Mati.
Secara roh : Jika itu ambang antara
Kebenaran dan Kesesatan
Sebenarnya
antara Kekuasaan dan Kebebasan tidak bertentangan, Kekuasan itu untuk membebaskan, karena kebebasan yang dimiliki
manusia liar dengan kekuasaan menjadi kebebasan dalam kebenaran, dengan
kuasalah kita membebaskan. Allah Mahakuasa justru membebaskan manusia.
“Bebaskan
manusia dari belenggu roh jahat dan niat jahat manusia”.
Sekian
wejangan dari Kyai Ganjel.
Rahayu,
Berkah Dalem
Gusti.