Kyai Ganjel dan Pak Bagyo
[Wejangan
diwedar oleh Kyai Ganjel, Kadang Sampurna Raja]
Sarasehan
: Penyatuan pengertian
Bagaimana bisa serasi dengan sesama dan
Allah? Serasi dengan Allah dulu baru sesama atau bagaimana?
Keserasian
secara luas yaitu, keserasian dengan
kalimasada (Allah, malaikat, manusia, binatang, dan alam).
Harusnya
serasi mulai dari Allah (umumnya manusia sulit), secara manusiawi umumnya mulai
dari alam/materi. Secara umum keserasian
itu bersama-sama, berjalan nyatu dan kompak, tidak bisa salah satu.
Mulaipun harus bersama-sama.
Marah terhadap hal yang menjengkelkan,
suatu kewajaran atau harus dihilangkan?
(…berusaha
membahas/meneliti sesuatu dari awal, berpangkal lebih dalam…)
Sederhana:
semangat yang negatif menjadi marah (:awal dari pembunuhan) ini sudah salah.
Marah
tanda-tanda orang egois (:pribadi),
orang miskin (:menuntut)/melarat (:materi), orang bodoh (:pengertian), orang yang sakwasangka negatif (:sikap), reaktor negatif, orang gagal (:cita-cita), suatu penderitaan, kerusakan/merusak (:barang).
Marah
dalah wajar bagi yang tidak wajar, ini benar-benar salah, bicara pada
lingkungan yang sudah rusak.
Cinta itu kaku,
Tegas. Ketegasan Allah ada tiga:
1.
Secara biologis/eksyen/konkrit : marah
2.
Secara rohani : “menghujat roh kudus tiada
ampun”
3.
Secara universal : kiamat.
Mengapa?
Tanpa ketegasan dunia makin rusak.
Apakah
Allah yang Maha Kasih, marah! “Jangan menyebut Nama Allah dengan tidak hormat”.
Menghajar
dengan dasar Cinta, tanpa merusak/ketegasan tidak merusak (batasan konkrit
tidak mudah: dosisnya bagaimana?!)
Dapatkah kita membuat Tuhan kagum dari
diri kita yang apa adanya (:tanpa pertobatan)?
(pertanyaan
ini mirip dengan, dapatkah Tuhan menciptakan batu yang Tuhan sendiri tidak bisa
mengangkatnya? Tuhan selalu dapat, tapi masalahnya mau nggak. Bukan berarti
kalau Tuhan tidak bisa mengangkat Tuan tidak berkuasa)
Tidak,
kalau iya berarti Tuhan menyetujui yang negatif!
Secara
mendalam bertobat (:sikap) adalah titik
tolak menjadi baik, secara sikap roh sudah suci. Kerusakan diperbaiki
menjadi pulih dan kita akan dikagumi Tuhan. Dimana disaat manusia mulai
bertobat disitu Allah mulai mengagumi, setelah itu apakah dipertahankan atau
turun.
Saat
Yesus disalib disebelah kanan ada Paulus, orang berdosa yang bertobat juga
disalib, ia berkata,”Yesus jangan lupakan aku”, Yesus berkata, “Hari ini juga
kamu bersama dengan Ku”. Inilah bukti
betapa besar kasih Allah (hal ini jangan membuat kita menjadi iri atau
berpikiran negatif). Perkembangan yang salah, Allah lebih mencintai
orang yang berdosa (kita tidak harus sakit dulu baru ketemu dokter tapi saat
sehat pun ketemu dokter). Kehangatan/kerinduan bertemu Allah, sindiran bagi
yang merasa tidak berdosa kehangatan/kerinduan kurang.
Hubungan
manusia dengan Allah :
1. Secara
Hukum/Aturan
(:masuk surga syaratnya ini…), Formal. Kena Hukum Karma (:Hindu, Buddha)
2. Secara
Pribadi/Keakraban,
Allah itu pribadi membutuhkan kehangatan/kerinduan Kasih (:Kristen, Jawa)
“Yang
merindukanKu akan masuk Surga”
Mengenal Yesus sebagai pribadi dan
mengenal Yesus sebagai aturan/jalan.
Jangan
yang terdahulu menjadi yang terkemudian dan yang terkemudian menjadi yang
terdahulu, mengingatkan kepada kita yang dekat/hangat dengan Allah menjadi lupa
apa yang harus dilakukan.
Menghargai ‘sesuatu’ sesuai dengan
tingkat kesulitan atau karena ini kita menjadi gagal?! Bagaimana agar
menghargai obyektif, murni?
(Perumpamaan : emas dan oksigen)
Menghargai
sesuatu sesuai tingkat kesulitan, ini umumnya manusia (:kesalahan
mental/rohani).
Diberi
gratis, maka meremehkan dan akhirnya menemui kegagalan. Dengan bayaran,
pengorbanan maka akan mempertahankan dan menganggap ini benar bermanfaat.
Sangat
dipengaruhi kawruhnya
untuk bisa menghargai secara objektif. Sharing Guru : Guru menerima
Lisensi/Paten setelah 18 tahun dan Guru menggap kurang bisa menghargai yang
selamanya dirindukan.
…Dengan
fasilitas Lisensi…mau menerima…dengan
tanda lahiriah..
Banyak
diantara kita yang belum bisa menghargai kehebatan Lisensi, meminta tanpa proses. Allah kaya
bahkan Maha kaya minta dikasi ini wajar, logis.
“Tan daya tan upaya”,
Jawa memberi start mulai dari sini.
Mbah
Guru kepasrahannya tinggi,…jalan diatas air, gantung di daun…
Yang
menutupi secara objektif adalah pikiran, “…mana mungkin…”.
“Tiada yang mustahil bagi iman, iman
sekecil biji sesawi dapat mengangkat gunung”.
…..kepasrahan…, inti pengertian Lisensi
dan kita harus berada disini. Fanatik perlu dalam hal yang positif, karena
mengerti (:makna bendera dan Jawa) dan disiplin/pelaksanaannya.
Langkah
memantapi : awal perlu kepercayaan –
praktek. Mulai dari dimana kita mengerti dan saya praktekkan.
Penerimaan
murid ada dua metode :
1.
Menerima dengan seleksi / kemampuan,
duniawi : nama terkenal, sukses, bangga.
2.
Menerima dengan apa adanya / kasih,
duniawi : nama merosot
Kerajaan
Allah menerima murid yang paling bodo,
yang paling dikasihani, memberi kesempatan bangun lagi.
Cinta yang baik tanpa syarat, cinta
mengalahkan segalanya, maka jangan kalah sama dosa.
Suasana yang membosankan,
menjemukan bukan ditinggalkan tapi diperbaiki.
Rahayu,
Berkah Dalem Gusti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar