“Hanya pribadi yang tidak terperangkap di
dalam masyarakatlah
yang bisa mempengaruhi masyarakat secara
fundamental.....”
Ini
bukan penyelidikan egois¹
Secara psikologis Anda adalah
dunia, dan dunia adalah Anda; dimana manakala Anda memahami diri Anda sendiri maka Andapun mengerti seluruh struktur
dan sifat dari seluruh umat manusia. Ini bukan sekedar penyelidikan egois,
karena manakala Anda memahami diri Anda sendiri, Andapun beranjak melampaui diri sendiri, dimana suatu dimensi lain datang
mengejawantah.
Apa yang akan membuat kita
berubah? Lebih banyak lagi kejutan-kejutankah? Lebih banyak lagi bencanakah?
Bentuk pemerintahan yang berbedakah? Citra-citra berbedakah? Ideal-ideal yang
berbedakah? Anda telah mengalami beraneka-rupa yang seperti ini, namun sampai
kinipun Anda belum berubah juga. Semakin canggih tingkat pendidikan kita,
semakin beradablah kita jadinya — beradab disini berarti menjadi lebih
tersingkir dari alam— semakin tak
manusiawi kita jadinya.
Lalu, apa yang harus kita
perbuat? Sejauh tak satupun dari hal-hal yang di luar saya ini akan membantu,
termasuk semua dewa-dewa, dan sejauh menjadi semakin tampak nyata kalau hanya sayalah yang harus memahami diri saya
sendiri. Saya harus mengerti apa adanya diri saya dan merubah
diri secara radikal.
Adakah
terjadi Evolusi secara psikologis?²
Memang terjadi sebentuk evolusi
dari primata menuju apa yang disebut dengan manusia. Terjadi evolusi dari tidak
tahu menjadi tahu. Evolusi mengimplikasikan waktu; akan tetapi secara
psikologikal, ke dalam, terjadikah evolusi? Apakah Anda mengikuti pertanyaan
ini?
Keluar, orang bisa melihat betapa
arsitektur telah jauh lebih maju dari hanya gubuk primitif menuju gedung
modern; dan dalam dunia mekanika dari gerobak roda-dua menuju kendaraan
bermotor, pesawat jet, pergi ke bulan, dan lain sebagainya —itu memang terjadi,
senyatanya tak ada keraguan akan apakah hal itu mengalami evolusi atau tidak.
Namun, adakah terjadi evolusi ke dalam? Anda percaya itu terjadi, Anda sangka
itu terjadi, bukankah begitu?
Jangan katakan “ada” atau “tidak
ada”. Hanya sekedar memberi pernyataan tegas adalah hal yang paling bodoh,
namun mencari-tahu adalah awal dari
kebijaksanaan.
Baiklah, sekarang ini, adakah
evolusi secara psikologis? Yaitu, saya berkata “Saya akan menjadi sesuatu”,
atau “Saya tidak akan menjadi sesuatu”; menjadi ataupun tidak menjadi
melibatkan waktu — ya tidak? “Saya akan kurang pemarah dua hari lagi”, “Saya
akan lebih baik-hati dan kurang agresif, lebih penolong, tidak sedemikian
mementingkan diri sendiri, egois”; semua itu mengimplikasikan waktu —”Saya
begini” dan “Saya akan begitu”.
Saya berkata bahwa saya akan
berevolusi secara psikologis —akan tetapi adakah evolusi seperti itu benar-benar
terjadi? Akankah saya berbeda dalam setahun? Sementara menyakiti sekarang, dimana
sekarang seluruh sifat saya keras dan menyakiti, seluruh pembawaan saya,
pendidikan saya, pengaruh-pengaruh sosial dan tekanan-tekanan budaya telah
mengembang-biakkan kekerasan pada diri saya; disamping mewarisi kekerasan dari
binatang, dari hak-hak teritorial dan hak-hak seksual dan sebagainya —akankah
kekerasan ini berevolusi menuju tanpa-kekerasan? Bisakah kekerasan menjadi
kasih?
Bisakah
Pikiran Menghadirkan Perubahan?³
Bisakah pikiran menghadirkan
suatu perubahan vital? Hingga kini,
kita bergantung pada si pikiran bukan? Revolusi politik, apakah itu ekstrim
kanan ataupun kiri, merupakan hasil dari pemikiran. Namun, bisakah pikiran
merubah manusia secara fundamental, merubah Anda dan saya?
Bila Anda mengatakan bisa, maka
Anda harus mengetahui semua implikasi-implikasinya —bahwasanya manusia merupakan
produk dari waktu, bahwasanya tak ada apapun yang melampaui waktu, dan
seterusnya dan seterusnya.
Makanya, jika saya hendak melakukan sebentuk perubahan fundamental
pada diri saya, bisakah saya menghandalkan pikiran sebagai alat yang mampu
menghadirkan transformasi itu? Atau, bisakah terjadi suatu perubahan
fundamental hanya manakala pikiran berakhir?
Maka, masalah saya adalah
melakukan eksperimen guna mencari-tahu, dan saya hanya bisa mencari-tahu
melalui pemahaman-diri, melalui memahami
diri saya sendiri, dengan memperhatikannya, dengan tetap waspada terhadap
momen-momen padamana (biasanya) saya lengah. Hanya manakala saya mulai mengerti proses pemikiran saya sendiri,
disanalah saya bisa mengetahui apakah ada atau tidak suatu kemungkinan
terjadinya perubahan fundamental; sebelum itu terjadi, hanya sekedar penegasan,
bahwa saya bisa atau tidak bisa berubah, kecil signifikansinya.
Bagaimana
Anda berubah?⁴
Apakah Anda melihat diri Anda
sendiri seperti apa adanya? Pernahkah Anda dengan sadar melakukan kritik-diri?
Sudahkah Anda mengetahui apa adanya Anda —berikut kemarahannya, kecemburuannya,
ambisinya, kebenciannya, dan lain sebagainya itu?
Sekarang, apa yang dapat Anda
harapkan akan merubah Anda? Mari kita mulai disini. Bagaimana Anda berubah? Apa
yang membuat Anda berubah? Adakah Anda berubah karena itu akan membantu Anda?
Ataukah, Anda (ingin) berubah karena ia menyenangkan untuk dilakukan? Apakah Anda
(ingin) berubah karena adanya campur-tangan ketakutan disini? Atau karena Anda
sangka bahwa, dengan berubah, Anda akan menjadi manusia yang lebih baik? Atau
bilamana Anda manut-manut saja, Anda akan mendapatkan lebih banyak uang, Anda
lebih dihormati dan seterusnya, dan seterusnya? Atas alasan itukah Anda berubah,
kalau memang benar-benar Anda telah berubah? Dan apakah Anda memang telah
berubah dalam hal apapun?
Mohon pertanyakanlah
pertanyaan-pertanyaan ini sendiri. Jangan biarkan saya yang menanyakannya
kepada Anda; Andalah yang sepatutnya menayakannya sendiri. Sudahkah Anda
berubah dalam hal apapun? Dan bilamana sudah, (pertanyakanlah) apa yang membuat
Anda berubah?
Itu bukan Transformasi⁵
Bagi kebanyakan dari kita,
perubahan mengimplikasikan kesinambungan
diri kita dalam suatu bentuk termodifikasi. Bilamana kita merasa tidak puas
terhadap sebentuk gagasan tertentu, ritual tertentu, pengkondisi tertentu, kita
akan menyingkirkannya untuk kemudian mengambil pola yang tetap sama, namun
dengan suatu lingkungan pergaulan yang berbeda, suatu warna berbeda, ritual
berbeda, istilah-istilah berbeda. Yang tadinya dalam bahasa latin Latin,
sekarang Sanskrit, atau bahasa lainnya, namun tetap saja pola lama
diulang-ulang kembali; dan konyolnya, berada dalam pola ini, kita sangka kalau
kita telah bergerak, telah berubah.
Karena kita merasa tidak puas
terhadap apa adanya kita; kita pergi
dari satu guru ke guru lainnya. Sementara itu, melihat kebingungan tentang diri
kita dan di dalam diri kita sendiri, menyaksikan peperangan-peperangan yang
tiada henti-hentinya, menyaksikan pengerusakan yang terus-menerus meningkat, menyaksikan
penghancuran dan penderitaan, kitapun mengidan-idamkan sebentuk sorga, sebentuk
kedamaian; serta mencari-cari suatu perlindungan yang (kita sangka) bisa
memberi kita sebentuk rasa aman, sebentuk keajegan, dengan apa kita terpuaskan.
Maka, manakala pikiran
memproyeksikan sebentuk gagasan dan terikat kepadanya, berjuang menujunya, sesungguhnya itu bukanlah perubahan, itu
bukanlah transformasi, itu bukanlah revolusi, oleh karena itu masih di dalam
wilayah pikiran, wilayah waktu. Guna membersihkan semua itu, kita mesti sadar akan apa yang kita perbuat,
kita mesti waspada terhadapnya.
Persepsi tentang pentingnya
Perubahan⁶
Pertanyaan: Mungkinkah
di antara kita, yang hidup di dalam masyarakat ini khususnya, menghadirkan
perubahan seperti yang Anda bicarakan?
Krishnamurti: Jika kita sebagai individu tidak
menghadirkan perubahan ini, bagaimana ia bisa terjadi? Bila Anda dan saya, yang
hidup dalam masyarakat ini, tidak melakukannya, lantas siapa yang akan
melakukannya? Pihak penguasa, para milioner, mereka yang dengan rasa kemilikan
yang tinggi tidak akan melakukannya. Ia memang harus dikerjakan oleh
orang-orang biasa seperti Anda dan saya ini —dan saya tidak mengatakan ini
secara retorikal dengan bodoh.
Bilamana Anda dan saya melihat
pentingnya arti perubahan ini, maka bukanlah
semangat yang akan menghadirkannya, melainkan persepsi akan pentingnya perubahan itulah yang akan
mengantarkannya.
Seorang anak manusia boleh jadi
punya semangat untuk berdiri tegak berhadapan dengan apa-apa yang didiktekan
oleh masyarakat, akan tetapi orang itulah yang mengerti problema pelik dari
perubahan itu, yang mengerti seluruh struktur masyarakatnya —yang adalah
dirinya— dia sendirilah yang yang menjadi sosok pribadi, dan bukan hanya
sekedar seorang wakil dari yang kolektif itu. Hanya pribadi yang tidak
terperangkap di dalam masyarakatlah yang bisa mempengaruhi masyarakat secara
fundamental.....
Dihimpun dan diterjemahkan oleh
Gung Dé.
______________________________
¹Dari: “This Light in Oneself”,
hal. 14-15.
²Dari: “Talks with American
Students”, hal. 177-178.
³Dari: “The Collected Works vol
VII”, hal. 15.
⁴Dari: “The
Collected Works vol XII”, hal. 291.
⁵Dari: “The
Collected Works vol VII”, hal. 7-8.
⁶Dari: “The Collected Works vol X”, hal. 13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar