VIGYANA BHAIRAVA TANTRA OSHO
BAB 1. DUNIA TANTRA
(Pengantar Penterjemah: Vigyana Bhairava Tantra adalah percakapan
mengenai 112 metode meditasi antara Siwa dan Dewi Parwati. Vigyana Bhairava
Tantra ini dibahas, dijelaskan dan diberikan komentar oleh OSHO kepada
murid-murid beliau yang disebut juga Sanyasin dan dibukukan dengan judul The Book of Secret (Kitab Ajaran
Rahasia). Bab ini merupakan terjemahan dari Chapter
1. The World of Tantra. Bab-Bab yang ganjil berisikan pembahasan OSHO
mengenai sutra-sutra dari Vigyana Bhairava Tantra, sedangkan bab-bab yang genap
berisi tanya-jawab antara OSHO dengan para sanyasin beliau. Team penterjemah
dari OSHO Indonesia akan membagikan terjemahan dalam dua versi yaitu versi
bahasa Indonesia saja dan versi dua bahasa Indonesia-inggris. Semoga apa yang
team penterjemah kerjakan ini dapat bermanfaat bagi para praktisi spiritual di
tanah air. Semoga semua makhluk, di semua alam, di semua tingkatan, di segenap
penjuru mata angin, bebas dari penderitaan dan dari sebab-sebab penderitaan.
Semoga semua makhluk dapat hidup bahagia, damai dan tentram.)
SUTRA/AYAT:
DEWI BERTANYA: OH SIWA, APAKAH REALITAMU/HAKIKAT MU? APAKAH SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI? APAKAH
INTINYA? SIAPAKAH PUSAT RODA SEMESTA? APAKAH HIDUP YANG DI LUAR SEGALA WUJUD DAN SEKALIGUS
MERESAPI SEMUA WUJUD?
BAGAIMANA KITA DAPAT SEPENUHYA MASUK KE DALAMNYA, MELAMPAUI RUANG
DAN WAKTU, MELAMPAUI SEGALA NAMA DAN MELAMPAUI SEMUA PENJELASAN? MOHON
HAPUSKANLAH KERAGUANKU!
SUTRA:
DEVI ASKS: OH SHIVA, WHAT IS YOUR REALITY? WHAT IS THIS WONDER-FILLED UNIVERSE? WHAT CONSTITUTES SEED? WHO CENTERS THE
UNIVERSAL WHEEL? WHAT IS THIS LIFE
BEYOND FORM PERVADING FORMS? HOW MAY WE ENTER IT FULLY, ABOVE SPACE AND TIME, NAMES AND DESCRIPTIONS? LET MY DOUBTS BE
CLEARED!
Beberapa poin pengantar. Pertama, dunia VIGYANA BHAIRAVA TANTRA
bukan intelektual, bukan filsafats. Doktrin tidak ada artinya. Vighyana
Bhairava Tantra terkait dengan metode, dengan teknik - sama sekali bukan prinsip.
Kata ‘tantra' berarti teknik, metode, jalan. Jadi ini bukan filsafats – catat!
Vigyana Bhairava Tantra tidak berurusan dengan masalah intelektual dan
pertanyaan-pertanyaan. Ia tidak berurusan dengan “mengapa”; namun berkaitan
dengan "bagaimana"; bukan dengan apakah kebenaran itu, tapi
bagaimanakah kebenaran dapat dicapai.
TANTRA berarti teknik. Jadi risalah ini adalah satu risalah ilmiah.
Ilmu pengetahuan tidak berurusan dengan mengapa, ilmu pengetahuan berurusan
dengan bagaimana. Itu lah perbedaan mendasar antara filsafat dan ilmu
pengetahuan. Filsafat bertanya, "Mengapa
segala
sesuatu ini ada (keber-ada-an ini)?" Ilmu pengetahuan bertanya,
"Bagaimana segala sesuatu ini?" Saat engkau mengajukan pertanyaan,
bagaimana? Metode, teknik, menjadi penting. Teori menjadi berarti; pengalaman
langsung menjadi tujuan utama.
Tantra adalah
ilmu pengetahuan, tantra bukan filsafat. Memahami filsafat itu mudah karena
hanya kecerdasanmu yang diperlukan. Jika engkau dapat memahami bahasa, jika
engkau dapat memahami konsep, engkau dapat memahami filsafat. Engkau tidak
memerlukan perubahan; engkau tidak memerlukan transformasi. Jika engkau tetap
dirimu yang sekarang, engkau dapat memahami filsafat tetapi tidak dengan tantra.
Sebaliknya engkau membutuhkan perubahan..., mutasi. Hanya jika
engkau berbeda tantra dapat dipahami, karena tantra bukan dalil intelektual,
tantra adalah pengalaman langsung. Kecuali engkau terbuka dan mudah menerima,
siap, mudah tersentuh oleh pengalaman, tantra tidak akan datang kepadamu.
Filsafat berhubungan dengan pikiran. Kepalamu saja sudah cukup;
totalitasmu tidak diperlukan. Tantra membutuhkan totalitasmu. Inilah
tantangannya yang lebih dalam. Engkau harus ada sepenuhnya di dalamnya. Tidak
setengah-setengah, terpisah-pisah. Diperlukan sebuah pendekatan yang berbeda,
sikap yang berbeda, pikiran berbeda untuk menerimanya. Oleh karena itu, Dewi
Parwati terdengar seperti mengajukan pertanyaan filsafat.
Tantra dimulai dengan
pertanyaan Dewi Parwati. Semua pertanyaan dapat dicerna secara filsafat.
Sungguh, setiap pertanyaan dapat dicerna dengan dua cara: secara filsafats atau
secara total, secara intelektual atau eksistensial. Sebagai contoh, jika
seseorang bertanya, "Apa itu
cinta?" Engkau dapat memandangnya secara intelektual, engkau dapat
mendiskusikan, engkau dapat mengusulkan teori, engkau dapat berdebat untuk sebuah
dugaan-dugaan/hipotesis. Engkau dapat membuat sistem, sebuah doktrin - dan
engkau mungkin tetap tidak mengetahui sama sekali apa itu cinta.
Untuk membuat sebuah doktrin, pengalaman
langsung tidak diperlukan. Justru sebaliknya, semakin
sedikit engkau tahu akan lebih baik karena engkau dapat mengajukan doktrin
tanpa keraguan. Hanya orang buta yang dengan mudah dapat mendefinisikan apa itu
cahaya. Bila engkau tidak tahu engkau akan yakin. Ketidaktahuan selalu berani; pengetahuan
selalu ragu-ragu. Dan semakin engkau tahu, semakin engkau merasa bahwa dasar
pijakanmu semakin lemah. Semakin engkau tahu, semakin engkau merasakan betapa
bodohnya dirimu. Dan mereka yang benar-benar bijaksana, mereka menjadi bodoh.
Mereka menjadi sesederhana dan sepolos anak-anak, selugu dan sesederhana mereka
yang idiot.
Semakin sedikit engkau tahu, semakin baik. Untuk menjadi filosofis,
untuk menjadi dogmatis, menjadi doktriner (berpegang pada doktrin) - itu mudah.
Untuk mengatasi masalah secara intelektual adalah sangat mudah. Tapi untuk
mengatasi masalah secara eksistensial - bukan hanya untuk berpikir tentang hal
itu, tetapi untuk hidup melaluinya, untuk menjalaninya, untuk membiarkan dirimu
bertransformasi dengannya - adalah sulit.
Artinya adalah, untuk mengetahui cinta, seseorang harus mencintai.
Hal ini berbahaya karena engkau tidak akan pernah sama lagi. Pengalaman ini
akan mengubahmu. Saat engkau memasuki cinta, engkau memasuki (menjadi) orang
yang berbeda. Dan ketika engkau keluar darinya engkau tidak akan mampu
mengenali wajah lamamu; wajah lamamu tidak akan menjadi milikmu lagi. Sebuah
akhir dari wajah yang lama akan muncul.
Akan
ada jarak, akan ada perbedaan, manusia yang lama sudah mati dan manusia baru
telah datang. Itulah yang dikenal sebagai kelahiran kembali - yang lahir dua
kali (dwijati).
Tantra adalah
non-filsafat dan eksistensial. Jadi tentu saja Dewi Parwati mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tampak filosofis, tapi Siwa tidak akan menjawab
dengan cara filosofis. Jadi sebaiknya ini dipahami di awal; Jika tidak, engkau
akan bingung, karena Siwa tidak akan menjawab satu pertanyaan. Semua pertanyaan
yang ditanyakan Dewi Parwati, Siwa tidak akan menjawabnya sama sekali. Dan Siwa
tetap memiliki jawaban! Dan sungguh, Dia yang menjawab semua itu, bukan orang
lain - tetapi di alam yang berbeda.
Dewi Parwati bertanya, “Apakah hakikat-Mu, Tuanku?" Dia tidak
akan menjawabnya. Sebaliknya, Siwa memberikan teknik. Dan jika Dewi Parwati
melakukan teknik ini, dia akan tahu. Jadi jawabannya agak berputar; tidak
langsung. Siwa tidak akan menjawab "Siapakah Aku." Dia akan
memberikan teknik - dengan melakukannya engkau akan tahu.
Untuk tantra, melakukan adalah mengetahui, dan tidak ada pengetahuan
lainnya. Kecuali engkau melakukan sesuatu, kecuali engkau berubah, kecuali
engkau memiliki perspektif yang berbeda untuk melihat, untuk melihatnya,
kecuali engkau bergerak dalam dimensi yang sama sekali berbeda dari intelek,
tidak akan ada jawaban. Semua jawaban-jawaban yang dapat diberikan - adalah
kebohongan. Semua filsafat adalah kebohongan. Engkau mengajukan pertanyaan dan
filsafat memberikan jawaban. Itu memuaskanmu atau tidak memuaskanmu. Jika
memuaskan, engkau menjadi pengikut filsafat itu, tetapi engkau tetap sama. Jika
tidak memuaskan, engkau pergi mencari beberapa filsafat lain yang akan engkau
yakini. Tapi engkau tetap sama; engkau tidak tersentuh sama sekali, engkau
tidak berubah.
Tidak perduli
apakah engkau seorang Hindu atau Islam atau Kristen atau Jaina, tidak ada
bedanya. Seseorang di balik Hindu atau Islam atau Kristen adalah sama. Berbeda
hanya kata-kata, atau pakaian. Pria yang pergi ke gereja atau ke kuil atau
masjid adalah orang yang sama. Hanya berbeda wajah, dan semua itu adalah
wajah-wajah yang palsu; sekedar topeng. Di balik topeng engkau akan menemukan
orang yang sama - kemarahan yang sama, keberingasan yang sama, kekerasan yang
sama, keserakahan yang sama, nafsu yang sama - semuanya sama. Apakah
seksualitas Islam berbeda dari seksualitas Hindu? Apakah kekerasan Kristen
berbeda dari kekerasan Hindu? Semuanya sama! Kenyataannya tetap sama; hanya
berbeda pakaian.
Tantra tidak peduli dengan pakaianmu, tantra peduli denganmu. Jika
engkau mengajukan pertanyaan itu menunjukkan dimana dirimu. Ini menunjukkan
bahwa di manapun engkau berada engkau tidak bisa melihat; itulah mengapa ada
pertanyaan. Seorang pria buta bertanya, "Apakah cahaya itu?" Dan
filsafat akan mulai menjawab apa itu cahaya. Tantra hanya akan mengetahui ini:
Jika seseoang bertanya “Apakah cahaya itu?” itu hanya menunjukkan bahwa ia
buta. Tantra akan mulai mengoperasi mata orang itu, mengubah orang itu,
sehingga ia bisa melihat. Tantra tidak akan mengatakan apa itu cahaya. Tantra
akan memberitahu bagaimana caranya mendapatkan penglihatan, bagaimana caranya
dapat melihat, bagaimana caranya mendapatkan penglihatan. Ketika penglihatan
ada, jawabannya akan berada di sana. Tantra tidak akan memberikan jawabannya;
tantra akan memberikan teknik untuk mendapatkan jawabannya.
Sekarang,
jawaban ini tidak akan menjadi intelektual. Jika engkau mengatakan sesuatu
tentang cahaya kepada orang buta, ini adalah intelektual. Jika si buta itu
mampu melihat, ini eksistensial. Inilah yang ku maksudkan ketika aku mengatakan
tantra adalah
eksistensial.
Jadi Siwa tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan Dewi Parwati, tetapi tetap
Dia akan menjawab - itu hal pertama.
Hal kedua: Tantra adalah
jenis bahasa yang berbeda. Engkau harus tahu sesuatu tentang hal itu sebelum
kita masuk ke dalamnya. Semua risalah tantra adalah dialog antara Siwa dan Dewi
Parwati. Dewi Parwati bertanya dan Siwa menjawab. Semua risalah tantra dimulai
dengan cara ini. Mengapa? Mengapa metode ini? Hal ini sangat berarti. Ini bukan
dialog antara guru dan murid, ini adalah dialog antara dua kekasih. Dan tantra
menandakan bahwa ini hal yang sangat berarti: bahwa ajaran yang lebih dalam
tidak dapat diberikan kecuali ada cinta diantara keduanya - murid dan guru.
Murid dan guru harus menjadi pecinta yang mendalam. Hanya dengan seperti itu
keadaan yang lebih tinggi, keadaan yang melampaui segala sesuatu,
dapat
diekspresikan, dapat terungkapkan.
Jadi ini adalah bahasa cinta; murid harus bersikap penuh cinta. Tapi
bukan hanya itu, karena teman bisa menjadi kekasih. Tantra mengatakan murid
harus bergerak sebagai yang reseptif, kemampuan menerima, sehingga murid harus
dalam reseptivitas feminin; hanya dengan begitu hal ini dimungkinkan. Engkau
tidak perlu menjadi seorang wanita untuk menjadi seorang murid, tetapi engkau
perlu berada dalam sikap penerimaan yang feminim. Ketika Dewi Parwati bertanya,
Ini berarti sikap feminim yang bertanya. Mengapa penekanan ini ada pada sikap
feminim?
Pria dan wanita tidak hanya memiliki fisik yang berbeda, mereka
memiliki psikologis/ kejiwaan yang berbeda. Seksualitas tidak hanya memiliki
perbedaan dalam tubuh; tetapi juga berbeda dalam psikologi. Pikiran feminim
berarti penerimaan - penerimaan total, berserah, cinta. Seorang murid
membutuhkan psikologi feminim; jika tidak, ia tidak akan mampu untuk belajar.
Engkau dapat bertanya, tetapi jika engkau tidak terbuka maka engkau tidak dapat
menerima jawaban. Engkau dapat mengajukan pertanyaan dan masih tetap saja
tertutup. Maka jawabannya tidak bisa menembus dirimu. Pintumu tertutup; engkau
mati. Engkau tidak terbuka.
Sebuah
reseptivitas/penerimaan yang feminim berarti seperti-rahim sebuah sarana
penyerapan di kedalaman batin, sehingga engkau dapat menerima. Dan tidak hanya
itu – ada lebih banyak hal lagi yang tersirat. Seorang wanita tidak hanya
menerima sesuatu, saat ia menerima, itu akan menjadi bagian dari tubuhnya.
Seperti seorang anak yang diterimanya. Seorang wanita akan mengandung; saat ada
pembuahan, anak akan menjadi bagian dari
tubuh femininnya. Bukan sesuatu yang asing. Karena itu telah diserapnya.
Sekarang si anak akan hidup bukan sebagai sesuatu yang ditambahkan ke sang ibu,
tapi sebagai bagian, seperti ibu itu sendiri. Dan si anak tidak hanya diterima:
tubuh feminin menjadi kreatif; sehingga anak mulai tumbuh.
Seorang murid membutuhkan reseptivitas/penerimaan seperti-rahim.
Apapun yang diterima tidak akan dikumpulkan sebagai pengetahuan yang mati. Yang
engkau terima harus tumbuh di dalam dirimu; harus menjadi darah dan tulang di
dalam dirimu. Ia harus menjadi bagian dari dirimu sekarang. Ia harus tumbuh! Pertumbuhan
ini akan mengubahmu, akan men-transformasikan-mu - si penerima. Itulah sebabnya
tantra menggunakan perangkat/tekhnik ini. Setiap risalah dimulai dengan Dewi
Parwati mengajukan pertanyaan dan Siwa menjawabnya. Dewi Parwati adalah
pendamping Siwa, bagian feminin-Nya.
Satu hal lagi .... Psikologi modern saat ini, terutama psikologi
mendalam, mengatakan bahwa manusia itu adalah keduanya pria dan wanita. Tidak
ada yang hanya laki-laki dan
tidak
ada yang hanya perempuan; semua orang adalah bi-seksual. Kedua jenis kelamin
dimiliki oleh setiap orang. Penelitian ini merupakan penelitian yang sangat
baru di Barat, tetapi untuk tantra ini sudah merupakan salah satu konsep paling
dasar yang telah ada selama ribuan tahun. Engkau harus melihat beberapa gambar
dari Siwa sebagai ARDHANARISHWARA - setengah pria, setengah wanita. Tidak ada
konsep lain seperti itu di seluruh sejarah manusia. Siwa digambarkan sebagai
setengah pria, setengah wanita.
Jadi Dewi Parwati bukan hanya permaisuri, dia adalah setengah bagian
dari Siwa. Hanya jika seorang murid menjadi setengah bagian yang lain dari
guru, adalah mustahil untuk menyampaikan ajaran yang lebih tinggi, metode
esoteric rahasia. Ketika engkau menjadi satu dengan guru di sana tidak akan ada
keraguan. Ketika engkau menjadi satu dengan guru - sehingga benar-benar satu,
begitu mendalam dalam kesatuan - tidak ada argumen, tidak ada logika, tidak ada
alasan. Ketika engkau hanya menyerap; menjadi seperti rahim. Dan kemudian
ajaran mulai tumbuh dalam dirimu dan mengubahmu.
Itulah
sebabnya tantra ditulis dalam bahasa cinta. Ada sesuatu yang harus dipahami
tentang bahasa cinta. Ada dua jenis bahasa: bahasa logika dan bahasa cinta. Ada
dua perbedaan mendasar di antara keduanya.
Bahasa logika adalah agresif, argumentatif, keras. Jika aku
menggunakan bahasa yang logis aku menjadi agresif pada pikiranmu. Aku mencoba
untuk meyakinkanmu, untuk mengubahmu, membuatmu menjadi boneka. Argumenku
adalah “benar” dan engkau “salah”. Bahasa logika adalah egosentris: "Aku benar
dan engkau salah, jadi aku harus membuktikan bahwa aku benar dan engkau
salah." Aku tidak peduli denganmu, yang ku perdulikan adalah egoku. Ego ku
selalu “benar."
Bahasa cinta benar-benar berbeda. Aku tidak perduli dengan egoku;
Aku prihatin denganmu. Aku tidak peduli untuk membuktikan sesuatu, untuk
memperkuat ego aku. Aku perduli untuk membantu engkau. Ini adalah kasih sayang
untuk membantumu untuk tumbuh, untuk membantumu bertransformasi, untuk
membantumu dilahirkan kembali sebagai makhluk spiritual.
Kedua, logika akan selalu menjadi intelektual. Konsep dan prinsip
akan signifikan, argumen akan signifikan. Dengan bahasa cinta apa yang
dikatakan tidak begitu signifikan; itu adalah cara mengatakan. Kata-kata adalah
wadah, dan wadah tersebut tidak penting; isi, pesan yang lebih penting. Ini
adalah pembicaraan dari hati-ke-hati, bukan diskusi pikiran-ke-pikiran. Ini
bukan perdebatan, tapi adalah penyatuan.
Jadi ini jarang terjadi: Dewi Parwati duduk di pangkuan Siwa dan
bertanya, dan Siwa menjawab. Ini adalah dialog cinta - tidak ada konflik,
seakan-akan Siwa sedang berbicara kepada dirinya sendiri. Mengapa penekanannya
harus pada cinta - bahasa cinta? Karena jika engkau sedang jatuh cinta dengan
gurumu, maka seluruh dirimu berubah; menjadi berbeda.
Maka engkau tidak mendengar kata-kata-nya. Maka engkau hanya menyerapnya. Lalu kata-kata menjadi tidak relevan, tidak bermakna.
Sungguh, keheningan diantara kata-kata menjadi lebih signifikan, lebih
bermakna. Apa yang dikatakannya dapat menjadi bermakna atau tidak bermakna ...
tetapi yang penuh makna itu adalah tatapan-nya, mata-nya, sentuhan, gerakan dan
gemulai-nya, kasih sayang-nya, cinta-nya.
Itu sebabnya tantra memiliki alat/tekhnik tetap yang tidak bisa
diubah, sebuah struktur. Setiap risalah dimulai dengan Dewi Parwati bertanya
dan Siwa menjawab. Tidak ada argumen di sana, tidak ada kata yang sia-sia,
tidak ada pemborosan kata-kata. Hanya
pernyataan
sederhana mengenai fakta, pesan-pesan singkat tanpa keinginan untuk meyakinkan,
tetapi hanya untuk sebuah keterhubungan.
Jika engkau menghadapi Siwa dengan pertanyaan dengan pikiran yang
tertutup, Ia tidak akan menjawabmu dengan cara ini. Pertama ketertutupanmu
harus dihancurkan. Lalu Ia harus menjadi agresif. Kemudian prasangkamu,
persepsimu harus dihancurkan. Kecuali engkau dibersihkan sepenuhnya dari masa
lalumu, tidak ada yang bisa diberikan kepadamu. Tapi ini tidak begitu dengan
permaisuri-Nya Dewi Parwati; dengan Dewi Parwati tidak ada masa lalu.
Ingat, ketika engkau sedang jatuh cinta yang sangat dalam pikiranmu
berhenti. Tidak ada masa lalu; saat ini menjadi segalanya. Ketika engkau sedang
jatuh cinta saat ini adalah satu-satunya waktu, sekarang adalah segalanya -
tidak ada masa lalu, masa depan. Jadi Dewi Parwati benar-benar terbuka. Tidak
ada pertahanan - tidak ada yang harus dibersihkan, tidak ada yang harus
dihancurkan. Tanah telah siap, hanya benih yang harus ditanam. Tanah tidak
hanya siap, tapi menyambut, menerima, meminta untuk diresapi.
Sehingga semua perkataan yang akan kita bahas akan menjadi
pesan-pesang singkat (telegraf). Kata-kata ini hanya sutra (kalimat-kalimat
pendek), tetapi masing-masing sutra, setiap telegraf pesan dari Siwa senilai
Veda, senilai Alkitab, senilai Quran. Setiap kalimat bisa menjadi dasar dari
kitab suci yang besar. Kitab Suci adalah logika - engkau harus mengajukan,
membela, berdebat. Di sini tidak ada argumen, hanya pernyataan- pernyataan
cinta yang sederhana.
Ketiga, arti dari kata VIGYANA BHAIRAVA TANTRA berarti teknik untuk
melampaui kesadaran. VIGYANA berarti kesadaran, BHAIRAVA berarti keadaan yang
melampaui kesadaran, dan TANTRA berarti metode: metode untuk melampaui
kesadaran. Ini adalah doktrin tertinggi - tanpa doktrin apapun (doktrin tanpa
doktrin).
Kita tidak sadar, sehingga semua ajaran agama adalah tentang
bagaimana melampaui ketidaksadaran, bagaimana menjadi sadar. Misalnya,
Krishnamurti, Zen, Mereka semua mengajarkan cara membuat kita lebih sadar/terjaga,
karena kita semua tidak sadar. Jadi bagaimana menjadi lebih sadar, terjaga?
Dari ketidaksadaran, bagaimana cara berpindah menuju kesadaran?
Tapi tantra mengatakan bahwa ini adalah dualitas - tidak sadar dan
sadar. Jika engkau berpindah dari ketidaksadaran ke kesadaran, engkau hanya
pindah dari satu dualitas ke dualitas lain. Bergerak melampaui keduanya!
kecuali engkau bergerak melampaui keduanya engkau tidak pernah dapat mencapai
akhir, jadi jangan menjadi sadar maupun tidak sadar; hanya melampaui, hanya
menjadi (just be). Jangan menjadi sadar maupun tidak sadar - hanya Menjadi
(just be)! Ini adalah melampaui yoga, melampaui Zen, melampaui semua ajaran.
'Vigyana' berarti kesadaran, dan 'Bhairava' adalah istilah yang
spesifik, istilah tantra untuk “Ia yang telah melampaui”. Itulah sebabnya Siwa
adalah Bhairava dan Dewi Parwati dikenal sebagai Bhairavi - Mereka yang telah
melampaui dualitas.
Dalam pengalaman kita, hanya cinta yang dapat memberikan secercah
pengalaman. Itu sebabnya cinta menjadi alat yang sangat dasar untuk menanamkan
kebijaksanaan tantra. Dalam pengalaman kita, kita dapat mengatakan bahwa hanya
cinta melampaui dualitas. Ketika dua orang sedang jatuh cinta, semakin dalam
mereka bergerak ke dalam cinta, semakin berkurang kesadaran bahwa mereka adalah
dua, mereka semakin menjadi satu.
Dan
akan sampai pada titik puncaknya ketika dimana mereka hanya kelihatannya saja
dua. Di dalam mereka adalah satu; dualitas terlampaui.
Hanya
dalam arti ini ketika Yesus mengatakan bahwa "Tuhan adalah cinta"
menjadi bermakna; tidak sebaliknya. Cinta adalah pengalaman terdekat dengan
Tuhan. Ini tidak berarti bahwa Tuhan adalah cinta, sebagaimana umat Kristen
menafsirkan - bahwa Tuhan memiliki cinta seorang ayah untukmu. Omong kosong!
“Tuhan adalah cinta" adalah pernyataan tantra. Ini adalah berarti bahwa
cinta adalah satu-satunya hakikat dalam pengalaman kita yang terdekat yang
dapat kita capai untuk menuju Tuhan, menuju yang ilahi. Mengapa? Karena dalam
cinta kesatuan dirasakan. Tubuh tetap dua, tapi sesuatu yang melampaui tubuh
bergabung dan menjadi satu.
Itulah mengapa ada
begitu banyak orang mendambakan hubungan
seks. Yang didambakan
sebenarnya adalah kesatuan, tapi kesatuan itu bukan seksual. Dalam hubungan
seks dua tubuh hanya menipu perasaan menjadi satu, tetapi mereka tidak satu,
mereka hanya terhubung bersama-sama. Tapi untuk
satu saat dua tubuh saling melupakan satu sama lain, dan kesatuan fisik
tertentu dirasakan. Mendambakan ini tidak buruk, tapi berhenti disitu adalah
berbahaya. Mendambakan sex ini menunjukkan dorongan lebih dalam untuk merasakan kesatuan.
Dalam cinta, di keadaan yang lebih tinggi, bagian yang terdalam dari
diri kita bergerak, menyatu dengan sang kekasih, dan ada perasaan kesatuan
disana. Dualitas lenyap. Hanya dalam cinta yang non-dualistik seperti ini kita
dapat miliki secercah pengalaman seperti apa keadaan Bhairava itu. Kita dapat
mengatakan bahwa keadaan Bhairava adalah cinta mutlak tanpa pernah kembali
lagi, tidak ada kejatuhan kembali dari puncak cinta. Ia akan tetap ada di puncak.
Kita telah mengatakan tempat tinggal Siwa di Kailash. Itu hanya
simbolik: Kailash adalah puncak tertinggi, puncak paling suci. Kita telah
membuatnya sebagai tempat tinggal Siwa. Kita bisa pergi ke sana tapi kita harus
turun lagi, itu tidak dapat menjadi tempat tinggal kita. Kita bisa pergi
berziarah. Ini adalah TIRTAYATRA -
ziarah, perjalanan. Untuk sesaat kita dapat menyentuh puncak tertinggi itu;
lalu kita harus turun kembali.
Di dalam cinta perjalaan suci ini terjadi, tetapi tidak untuk semua
karena hampir tidak ada yang bergerak melampaui seks. Sehingga kita harus hidup
di lembah, lembah gelap. Kadang-kadang seseorang bergerak ke puncak cinta, tapi
kemudian harus jatuh kembali karena itu begitu memusingkan. Cinta itu sangat
tinggi dan engkau sangat rendah, dan karena itu sangat sulit untuk tinggal di
sana. Mereka yang memiliki cinta, mereka tahu bagaimana sulitnya untuk terus
mencintai. Kita harus kembali lagi dan lagi. Ini adalah tempat tinggal Siwa. Ia
tinggal di sana; di ketinggian cinta adalah tempat tinggal-Nya.
Seorang Bhairava tinggal di dalam cinta; Itulah tempat tinggal-nya.
Ketika aku mengatakan Itu adalah tempat tinggal-nya, yang kumaksud sekarang ia
bahkan tidak menyadari cinta - Karena jika engkau tinggal di Kailash engkau
tidak akan menyadari bahwa ini adalah Kailash, ini adalah puncaknya. Puncak
menjadi polos. Siwa tidak menyadari cinta. Kita menyadari cinta karena kita
hidup di yang bukan-cinta. Dan karena kontras itu kita merasakan cinta. Siwa
adalah cinta. Keadaan Bhairava berarti seseorang telah menjadi cinta, bukan
mencintai; seseorang harus menjadi cinta, tinggal di puncak. Puncak itu telah
menjadi tempat tinggal-nya.
Bagaimana membuat puncak tertinggi ini menjadi mungkin: melampaui
dualitas, melampaui ketidaksadaran, melampaui kesadaran, melampaui tubuh dan
melampaui jiwa, melampaui dunia dan melampaui apa yang disebut MOKHSA -
pembebasan? Bagaimana
untuk
mencapai puncak ini? Tekniknya adalah tantra. Tapi tantra adalah murni teknik,
sehingga akan menjadi sulit untuk memahaminya. Pertama mari kita memahami
pertanyaannya, apa yang ditanyakan Dewi Parwati.
OH SIWA, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU?
Mengapa pertanyaan ini? Engkau juga dapat mengajukan pertanyaan ini, tapi itu
tidak akan membawa makna yang sama. Jadi cobalah memahami mengapa Dewi Parwati
bertanya, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU?
Dewi Parwati berada dalam cinta yang mendalam. Ketika engkau berada dalam cinta
yang mendalam, untuk pertama kalinya engkau mengalami realitas batin. Kemudian
Siwa bukanlah bentuk, bukanlah tubuh. Ketika engkau sedang jatuh cinta, tubuh
kekasihmu menghilang, lenyap. Bentuknya menjadi tiada dan yang tak berbentuk
menjadi terungkap. Engkau menghadapi jurang, menghadapi kedalaman kekosongan.
Itulah sebabnya kita begitu takut kepada cinta. Kita dapat menghadapi tubuh,
kita dapat menghadapi wajah, kita dapat menghadapi bentuk, tapi kita takut
untuk menghadapi jurang kekosongan.
Jika engkau mencintai seseorang, jika engkau benar-benar mencintai,
tubuh-nya pasti akan lenyap. Dalam beberapa saat klimaks, pada puncaknya, wujud
akan menguap, dan melalui yang tercinta engkau akan memasuki yang tak berwujud.
Itulah mengapa kita takut
-
itu adalah seperti jatuh ke dalam jurang yang tak bertepi. Jadi pertanyaan ini
bukan hanya pertanyaan sederhana: OH SIWA, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU?
Dewi Parwati pasti telah jatuh cinta kepada wujudnya. Hal ini
dimulai dengan cara itu. Dia pasti telah mencintai pria ini sebagai seorang
pria, dan sekarang ketika cinta telah menjadi dewasa, ketika cinta telah
berbunga, pria ini menghilang. Dia menjadi tak berwujud. Kini pria ini tidak
dapat ditemukan dimana-mana. OH SIWA, APAKAH
REALITA/HAKIKAT MU? Ini adalah pertanyaan yang ditanyakan dalam kondisi
cinta yang sangat kuat dan mendalam. Dan ketika pertanyaan diajukan, itu akan
menjadi berbeda dalam pikiran yang bertanya.
Jadi buatlah situasi, pertanyaan dalam pikiranmu. Dewi Parwati harus
menjadi bingung - Siwa telah menghilang. Ketika cinta mencapai puncak sang
kekasih akan lenyap. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini terjadi karena
sesungguhnya, semua orang tidak berwujud. Engkau bukan tubuh. Engkau bergerak
sebagai tubuh, engkau hidup sebagai tubuh, tetapi engkau bukan tubuh. Ketika
kita melihat seseorang dari luar, ia
adalah tubuh. Cinta menembus kedalam. Kemudian kita tidak melihat seseorang
dari luarnya. Cinta dapat melihat seseorang sebagaimana orang tersebut dapat
melihat dirinya sendiri dari dalam. Kemudian wujud pun lenyap.
Seorang
biksu Zen, Rinzai, mencapai pencerahan-nya, dan hal pertama yang ia tanyakan
adalah, "Di mana tubuhku? Kemana tubuhku telah pergi?” Dan ia mulai
mencari. Dia memanggil murid-murid-nya dan berkata, "Pergi dan cari tahu
di mana tubuhku. Aku telah kehilangan tubuhku.“
Ia telah memasuki yang tak berwujud. Engkau juga keber-ada-an yang
tak berwujud, tapi engkau mengetahui dirimu sendiri tidak secara langsung, tapi
melalui mata orang lain. Engkau mengetahui melalui cermin. Kadang, sambil
melihat di cermin, engkau menutup mata dan berpikir, bermeditasi: jika tidak
ada cermin, bagaimana engkau dapat mengetahui wajahmu? Jika tidak ada cermin,
maka tidak akan ada wajah. Engkau tidak memiliki wajah; cermin yang
memberikanmu wajah. Coba pikirkan dunia dimana tidak ada cermin. Engkau
sendirian - tidak ada cermin sama sekali, bahkan mata orang lain tidak dapat
dijadikan cermin. Engkau sendirian di sebuah pulau sepi; tidak ada yang bisa
mencerminkanmu. Maka apakah engkau masih akan memiliki wajah? Atau apakah
engkau
masih akan memiliki tubuh? Engkau tidak dapat memilikinya lagi. Engkau tidak
dapat memilikinya sama sekali. Kita mengetahui diri kita sendiri hanya melalui
orang lain, dan yang lain hanya bisa mengetahui bentuk luar. Itulah sebabnya
kita menjadi teridentifikasi dengannya.
Mistikus
Zen yang lain, Hui-Hai pernah mengatakan kepada murid-murid-nya, "Ketika
engkau telah kehilangan kepalamu dalam meditasi, segera datang kepadaku. Ketika
engkau kehilangan kepalamu, segera datang kepadaku. Ketika engkau mulai
merasa tidak memiliki kepala, jangan
takut; segera datang kepadaku. Ini adalah saat yang tepat. Sekarang sesuatu
dapat diajarkan kepadamu. "Dengan masih memiliki kepala, tidak ada ajaran
yang mungkin. Kepala selalu ada di antaranya.
SUTRA:
DEWI BERTANYA:
OH SIWA, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU?
APAKAH SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI?
APAKAH ASAL USULNYA, YANG MEMBENTUKNYA, YANG MENYEBABKANNYA ADA? SIAPAKAH
YANG MENGENDALIKAN PERPUTARAN
ALAM SEMESTA INI?
APAKAH HIDUP YANG DI LUAR SEGALA WUJUD DAN SEKALIGUS
MERESAPI SEMUA WUJUD?
BAGAIMANA KITA DAPAT SEPENUHYA MASUK KE DALAMNYA, MELAMPAUI RUANG
DAN WAKTU, MELAMPAUI SEGALA NAMA DAN MELAMPAUI SEMUA PENJELASAN?
MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU
Dewi Parwati bertanya kepada Siwa, OH Siwa, APAKAH REALITA MU? -
siapakah engkau? Wujudnya telah lenyap; maka ada pertanyaan. Dalam cinta engkau
memasuki yang lain sebagai dirinya sendiri. Bukan engkau yang menjawab. Engkau
menjadi satu, dan untuk pertama kalinya engkau memahami sebuah jurang -
kehadiran yang tak berwujud.
Itu sebabnya selama berabad-abad, dan berabad-abad, kita tidak
membuat sebuah patung, gambaran dari Siwa. Kita hanya membuat SiwaLINGA -
simbolnya. Siwalinga hanya sebuah wujud yang tak berbentuk. Ketika engkau
mencintai seseorang, ketika engkau memasuki seseorang, ia menjadi hanya
kehadiran yang bercahaya. Siwalinga hanya sebuah kehadiran bercahaya, hanya
sebuah aura cahaya.
Itu sebabnya Dewi Parwati bertanya,
APAKAH REALITA/HAKIKAT MU?
APAKAH SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI? Kita mengetahui alam semesta,
tapi kita tidak pernah tahu itu sebagai keajaiban yang menakjubkan. Anak-anak
mengetahui, para pecinta mengetahui. Kadang-kadang penyair dan orang gila juga
mengetahuinya. Kita tidak tahu bahwa semesta ini adalah keajaiban yang
menakjubkan. Semuanya hanya pengulangan - tidak ada harapan, tidak ada puisi,
tidak ada prosa, hanya datar. Itu tidak menciptakan lagu di dalam dirimu; itu
tidak menciptakan tarian di dalam dirimu; itu tidak melahirkan puisi di dalam
dirimu. Seluruh alam semesta terlihat berjalan seperti mekanik. Anak-anak
melihatnya dengan mata yang takjub. Ketika mata penuh ketakjuban, alam semesta
adalah menakjubkan.
Ketika
engkau sedang jatuh cinta, sekali lagi engkau menjadi seperti anak-anak. Yesus
berkata, "Hanya mereka yang seperti anak-anak yang dapat masuk ke kerajaan
Tuhan." Mengapa? Karena jika alam semesta bukanlah sebuah keajaiban,
engkau tidak religius. Alam semesta dapat dijelaskan - kemudian pendekatanmu
menjadi ilmiah. Alam semesta dapat diketahui atau tidak diketahui, tapi yang
tidak diketahui, yang dapat diketahui setiap hari; bahwa itu tidak dapat
diketahui. Alam semesta menjadi tidak dapat diketahui, sebuah misteri, hanya
ketika matamu penuh dengan ketakjuban.
Dewi Parwati mengatakan, APAKAH
SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI?
Tiba-tiba ada lompatan dari pertanyaan pribadi ke pertanyaan yang sangat tidak
personal. Ia bertanya, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU? dan lalu tiba-tiba, APAKAH
SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI?
Ketika bentuk lenyap, kekasihmu menjadi alam semesta itu sendiri,
yang tak berbentuk, tak terbatas. Tiba-tiba Dewi Parwati menyadari bahwa ia
tidak menanyakan pertanyaan tentang Siwa; dia menanyakan pertanyaan tentang
seluruh alam semesta. Sekarang Siwa telah menjadi seluruh alam semesta.
Sekarang semua bintang bergerak di dalam dirinya, dan seluruh cakrawala dan
seluruh ruang dikelilingi olehnya. Sekarang ia adalah faktor besar yang
melingkupi -. “Yang Maha
Melingkupi-" Karl Jaspers telah mendefinisikan Tuhan sebagai “Yang Maha Melingkupi.”
Ketika engkau memasuki cinta, semakin dalam, ke dunia cinta yang
terdalam, pencinta dan yang dicintai lenyap, wujudnya lenyap, dan sang kekasih
menjadi gerbang menuju alam semesta. Rasa ingin tahumu dapat menjadi sesuatu
yang ilmiah - kemudian engkau harus melakukan pendekatan melalui logika. Maka
engkau harus tidak memikirkan yang tanpa wujud . Maka berhati-hatilah dengan
yang tak berwujud; dan tetap puas dengan yang berwujud. Ilmu pengetahuan selalu
memperhatikan wujud/bentuk. Jika ada yang tak berwujud diajukan kepada
pikiran-pikiran ilmiah, ia akan menurunkannya menjadi wujud/ bentuk – jika
tidak memiliki wujud/bentuk itu tidak ada artinya. Pertama berikan sebuah
wujud, sebuah definisi wujud; hanya setelah itu kemudian penyelidikan dapat
dimulai.
Dalam
cinta, jika ada wujud maka tidak akan ada akhirnya. Lenyapkan wujud! Ketika ia
menjadi tak berbwujud, tak tertangkap oleh pikiran, tanpa batas, saling
memasuki satu dan yang lainnya, seluruh alam semesta menjadi kesatuan, maka
hanya ketika itu alam semesta menjadi menakjubkan.
APAKAH ASAL USULNYA (alam semesta ini),
YANG MEMBENTUKNYA, YANG
MENYEBABKANNYA
ADA? Kemudian Dewi Parwati melanjutkan. Dari alam semesta ia melanjutkan
bertanya; Apakah asal usulnya, yang membentuknya, yang menyebabkannya ada? Yang
tak berbentuk ini, alam semesta menakjubkan ini, dari mana datangnya? Dari mana
asalnya? Atau apakah tidak memiliki asal? Apakah yang menjadi benihnya?
SIAPAKAH YANG MENGENDALIKAN PERPUTARAN
ALAM SEMESTA INI? tanya Dewi
Parwati.
Roda ini terus bergerak dan bergerak - perubahan besar ini, perubahan yang
konstan. Tapi siapa yang mengendalikan/memusatkan roda ini? Dimana sumbu, pusat
yang tak bergerak itu?
Dewi Parwati tidak berhenti untuk sebuah jawaban. Dia melanjutkan
bertanya seolah-olah dia tidak bertanya kepada siapa pun, seakan berbicara
kepada dirinya sendiri.
APAKAH HIDUP YANG DI LUAR SEGALA WUJUD DAN SEKALIGUS
MERESAPI SEMUA WUJUD?
BAGAIMANA
KITA DAPAT SEPENUHYA MASUK KE DALAMNYA, MELAMPAUI RUANG DAN WAKTU, MELAMPAUI
SEGALA NAMA DAN MELAMPAUI SEMUA PENJELASAN?
MOHON
HAPUSKANLAH KERAGUANKU. Penekanannya bukan pada pertanyaan tapi pada keraguan:
MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU! Hal ini sangat berarti. Jika engkau menanyakan
pertanyaan intelektual, engkau meminta jawaban yang pasti sehingga masalahmu terpecahkan. Tapi Dewi Parwati mengatakan,
MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU!
Ia tidak benar-benar meminta jawaban. Ia meminta transformasi pada pikirannya,
karena pikiran yang meragukan akan tetap meragukan apapun jawaban yang
diberikan. Catat itu: pikiran yang meragukan akan tetap meragukan. Jawaban tidak relevan. Jika
aku memberikan satu jawaban dan engkau memiliki pikiran meragu, engkau akan
tetap meragukannya. Jika aku memberikan
jawaban lain, engkau akan meragukan itu juga. Engkau memiliki pikiran
yang meragukan. Pikiran meragukan berarti engkau akan memberikan tanda tanya
untuk apa pun.
Jadi jawaban adalah tidak berguna. Engkau bertanya kepadaku,
"Siapa yang menciptakan dunia?" Dan aku katakan "A"
menciptakan dunia. Maka engkau harus bertanya, "Siapa yang menciptakan
'A'?" Jadi masalah sebenarnya adalah bukan bagaimana untuk menjawab
pertanyaan. Masalah sebenarnya adalah bagaimana mengubah pikiran yang
meragukan, bagaimana cara membuat pikiran yang tidak meragu - atau, yang penuh
kepercayaan. Jadi Dewi Parwati mengatakan, MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU.
Dua atau tiga hal lagi .... Ketika engkau mengajukan pertanyaan,
engkau dapat bertanya untuk banyak alasan. Mungkin salah satunya adalah, engkau
hanya ingin konfirmasi. Engkau sudah tahu jawabannya, engkau memiliki
jawabannya, engkau hanya ingin dikonfirmasi bahwa jawabanmu benar. Maka
pertanyaanmu adalah palsu, pseudo; itu bukan pertanyaan. Engkau dapat
mengajukan pertanyaan bukan karena engkau siap untuk merubah dirimu, tetapi
hanya sebagai rasa ingin tahu.
Pikiran
terus bertanya. Dalam pikiran pertanyaan muncul seperti daun-daun di pohon. Itu
adalah sifat alami dari pikiran - untuk mempertanyakan. Jadi ia terus bertanya.
Bukan soal apa yang engkau pertanyakan, dengan apa pun yang diberikan pada
pikiran itu akan menciptakan pertanyaan. Pikiran adalah mesin untuk memproduksi
pertanyaan, untuk membuat pertanyaan. Jadi berikan apapun dan pikiran akan
memotong-motongnya dan menciptakan banyak pertanyaan. Satu pertanyaan dijawab,
dan pikiran akan membuat banyak pertanyaan lagi dari jawaban itu. Ini sudah
terjadi dalam seluruh sejarah filsafat.
Bertrand Russell mengingat ketika ia masih anak-anak ia diberitahu
bahwa suatu hari, ketika ia cukup dewasa untuk memahami semua filsafat, semua
pertanyaan akan terjawab. Lalu kemudian, Ketika ia berumur delapan puluh tahun,
ia berkata, "Sekarang aku bisa mengatakan bahwa pertanyaanku masih ada di
sana, tetap seperti ketika aku masih anak-anak dulu. Tidak ada pertanyaan lain muncul karena teori filsafat ini.”
Kemudian ia berkata, "Ketika aku masih muda aku sering berkata, filsafat
adalah penyelidikan untuk mendapatkan jawaban akhir.
Sekarang aku tidak bisa mengatakan hal itu. Filsafat adalah penyelidikan
untuk pertanyaan yang tak berujung.“
Jadi satu pertanyaan menciptakan satu jawaban dan banyak pertanyaan
lainnya. Pikiran yang meragukan itulah masalahnya. Dewi Parwati mengatakan,
"Jangan khawatir dengan pertanyaanku. Aku punya begitu banyak hal untuk
ditanyakan: Apa realitas/hakikat-MU? Apakah alam semesta yang menakjubkan ini?
Apa yang menyusun benihnya? Siapa yang
mengendalikannya? Bagaimanakah kehidupan yang melampaui bentuk? Bagaimana kita bisa memasuki sepenuhnya di atas ruang
dan waktu? Tapi jangan
khawatir dengan
pertanyaan-pertanyaanku.
Mohon hapuskan keraguanku. Pertanyaan-pertanyaan ini aku tanyakan karena mereka
berada di pikiranku. Aku menanyakan mereka hanya untuk menunjukkan kepadamu
pikiranku, tetapi jangan memberi banyak perhatian kepada mereka. Sungguh, jawaban
tidak akan memenuhi kebutuhanku. Kebutuhanku adalah ... mohon hapuskan
keraguanku.“
Tapi bagaimana
keraguan itu bisa dihapuskan? Dapatkah jawaban melakukannya? Apakah ada jawaban
yang akan dapat menjernihkan keraguanmu? Pikiran adalah keraguan itu sendiri.
Jadi bukan pikiran yang meragukan, tapi pikiran adalah keraguan itu! kecuali
pikiran menjadi lenyap, keraguan tidak bisa
hapuskan.
Siwa akan menjawab. Jawabannya adalah teknik - yang tertua, teknik
yang paling kuno. Tapi engkau dapat menyebutnya juga yang terbaru karena tidak
ada yang dapat ditambahkan lagi. Teknik ini lengkap - seratus dua belas teknik.
Teknik ini telah mencakup semua kemungkinan, semua cara untuk menjernihkan
pikiran, melampaui pikiran. Tidak ada satu metode pun dapat ditambahkan kedalam
seratus dua belas metode Siwa. Dan buku ini, VIGYANA BHAIRAVA TANTRA, berusia
lima ribu tahun. Tidak ada yang dapat ditambahkan; tidak ada kemungkinan untuk
menambahkan sesuatu. Buku ini sangat lengkap. Ini adalah yang paling kuno dan
juga yang paling baru. Tua seperti bukit tua - metode yang tampaknya kekal -
dan mereka juga baru seperti embun yang muncul sebelum matahari, dan karena itu
mereka begitu segar.
Seratus dua belas metode meditasi ini merupakan keseluruhan ilmu
untuk men- transformasi-kan pikiran. Kita akan memasukinya satu per satu. Kita
akan mencoba untuk memahaminya secara intelektual. Tapi gunakan kecerdasanmu
hanya sebagai alat, bukan sebagai tuan. Gunakan sebagai instrumen untuk
memahami sesuatu, tapi jangan menjadikanya hambatan. Ketika kita berbicara
mengenai teknik ini, kesampingkan pengetahuan masa lalumu, apa yang engkau
telah ketahui, informasi apapun yang telah engkau kumpulkan. Kesampingkan
mereka, mereka hanya debu yang berkumpul di jalan.
Terima metode
ini dengan pikiran yang segar - dengan keterjagaan, tentu saja, tapi tidak
dengan argumentasi. Dan jangan membuat kesalahan bahwa pikiran argumentatif
adalah pikiran yang terjaga. Bukan begitu, karena saat engkau masuk ke wilayah
argumen engkau telah kehilangan kesadaran, engkau telah kehilangan keterjagaan
tersebut. Maka engkau tidak berada di sini.
Metode ini bukan milik agama apapun. Ingat, mereka bukan Hindu,
seperti teori relativitas bukan milik orang Yahudi karena Einstein yang
menemukannya. Dan Radio dan televisi bukan Kristen. Tidak ada yang mengatakan,
"Mengapa engkau menggunakan listrik? Ini adalah Kristen, pikiran Kristen
yang menemukannya. Ilmu pengetahuan bukan milik ras dan agama -. Dan tantra
adalah ilmu pengetahuan. Jadi ingat, ini bukan Hindu sama sekali. Teknik ini
ditemukan oleh Hindu, tetapi teknik ini bukan Hindu. Itu sebabnya teknik ini
tidak akan menyebutkan ritual agama apapun. Tidak ada kuil yang dibutuhkan.
Engkau sudah cukup menjadi kuil bagi dirimu sendiri. Engkau adalah
laboratorium; seluruh eksperimen adalah untuk pergi kedalam dirimu. Tidak ada
keyakinan yang dibutuhkan.
Ini bukan agama, ini adalah ilmu pengetahuan. Tidak ada keyakinan
yang dibutuhkan. Tidak diperlukan untuk percaya pada Al-Quran atau Veda atau
Buddha atau Mahavira. Tidak, tidak ada keyakinan yang dibutuhkan. Hanya
keinginan untuk bereksperimen sudah cukup, keberanian untuk bereksperimen sudah
cukup; Itulah keindahannya. Penganut Islam dapat berlatih dan akan dapat
menggapai makna yang lebih dalam dari Al’quran. Penganut Hindu dapat berlatih
dan untuk pertama kalinya akan dapat mengetahui apakah
Veda
itu. Dan penganut Jain dapat berlatih dan penganut Buddha dapat berlatih;
Mereka tidak perlu meninggalkan agama mereka. Tantra akan memenuhi mereka, di
mana pun mereka berada. Tantra akan membantu, apapun jalan yang mereka pilih.
Jadi ingatlah ini, tantra adalah murni ilmu pengetahuan. Engkau
mungkin seorang Hindu atau Islam atau Parsi atau apapun - tantra tidak
menyentuh agamamu sama sekali. Tantra hanya
mengatakan agama adalah urusan sosial. Jadi beragama apapun; itu tidak jadi persoalan.
Tapi engkau bisa melakukan
transformasi/perubahan pada dirimu, dan untuk transformasi itu diperlukan
metodologi ilmiah. Ketika engkau sakit, ketika engkau telah jatuh sakit atau
terjangkit penyakit TBC atau apa pun, maka apakah engkau seorang Hindu atau
Islam tidak ada bedanya. TBC tidak perduli terhadap agama Hindu-mu, terhadap
agama islam-mu, keyakinan-mu - politik, sosial atau agama. TBC harus diobati
secara ilmiah. Tidak ada TBC Hindu,
tidak ada TBC Islam.
Engkau berada dalam ketidaktahuan, engkau berada dalam konflik,
engkau tertidur. Ini adalah penyakit, penyakit spiritual. Penyakit ini harus
dirawat dengan tantra. Engkau tidak relevan, keyakinanmu tidak relevan. Hanya
kebetulan saja bahwa engkau dilahirkan di suatu tempat dan orang lain lahir di
tempat lain. Ini hanya kebetulan. Agamamu adalah suatu kebetulan, jadi jangan
berpegang teguh dengan itu. Gunakan beberapa metode ilmiah untuk mengubah
dirimu.
Tantra sangat tidak
terkenal. Dan bahkan jika dikenal, itu sangat banyak disalahpahami. Ada alasan
untuk itu. Lebih tinggi dan lebih murni sebuah ilmu pengetahuan, semakin kecil
kemungkinan masyarakat akan tahu mengenai hal itu. Kita telah mendengar nama
teori relativitas. Dikatakan bahwa hanya dua belas orang yang memahaminya
semasa Einstein masih hidup. Dari seluruh dunia hanya satu lusin pikiran bisa
memahami itu. Sangat sulit bahkan bagi seorang Albert Einstein untuk membuatnya
dapat dipahami, untuk membuatnya dimengerti, karena hal itu bergerak begitu
tinggi, berjalan di atas kepalamu. Tapi itu
dapat dipahami. Sebuah teknis, pengetahuan matematika yang dibutuhkan;
pelatihan diperlukan, dan kemudian dapat dipahami. Namun tantra lebih sulit
karena tidak ada pelatihan yang akan dapat membantu. Hanya transformasi yang
dapat membantu.
Itulah sebabnya tantra tidak pernah bisa
dipahami oleh orang banyak. Dan yang selalu terjadi jika engkau tidak bisa
memahaminya, paling sedikit engkau akan salah paham, karena hanya dengan begitu
engkau bisa merasakan, "Oke, aku mengerti." Engkau tidak bisa hanya
tetap diam.
Kedua,
bila engkau tidak dapat memahami suatu hal, engkau mulai menjelek-jelekkannya
sebagai hal yang menghinamu. Engkau tidak dapat memahaminya! Engkau? Engkau tidak memahaminya? Itu tidak
mungkin. Pasti ada yang salah dengan hal itu sendiri. Orang tersebut kemudian
mulai menjelek-jelekkannya, mulai berbicara omong kosong, dan kemudian ia
merasa, "Sekarang sudah tidak apa-apa.”
Jadi tantra tidak dipahami; tantra disalahpahami. Karena Tantra
begitu dalam dan begitu tinggi maka hal itu adalah wajar. Kedua, karena tantra
bergerak melampaui dualitas, sudut pandangnya adalah amoral. Tolong pahami kata
ini: ‘moral’, 'imoral', 'amoral'. Kita memahami moralitas, kita memahami tidak
bermoral, tapi menjadi sulit jika ada sesuatu yang amoral - melampaui keduanya.
Tantra adalah bebas dari moral (amoral).
Lihatlah dengan cara ini .... Sebuah obat adalah bebas dari moral; bukan
bermoral dan bukan tidak bermoral (immoral).
Jika engkau
memberikannya
kepada pencuri itu akan membantu; jika engkau memberikannya kepada orang suci
itu akan membantu. Tidak akan
membuat perbedaan antara pencuri dan orang suci. Obat tidak bisa mengatakan,
"Ini adalah pencuri jadi aku akan membunuhnya, dan ini adalah orang suci
jadi aku akan membantunya." Sebuah obat adalah hal yang ilmiah. Apakah
engkau seorang pencuri atau orang suci itu tidak ada bedanya.
Tantra adalah amoral. Tantra mengatakan, tidak ada moralitas yang
diperlukan - tidak ada moralitas tertentu yang dibutuhkan. Sebaliknya, engkau
tidak bermoral karena engkau memiliki pikiran yang sangat terganggu. Jadi
tantra tidak dapat membuat prasyarat, engkau harus menjadi bermoral dan
kemudian engkau dapat berlatih tantra. Tantra mengatakan, ini tidak masuk akal.
Seseorang
sakit, demam, dan dokter datang dan mengatakan, "Pertama turunkan
demam-mu; jadilah cukup sehat terlebih dahulu. Maka hanya setelah itu bisa aku
berikan obat.” Ini adalah apa yang terjadi. Seseorang pencuri datang ke orang
suci dan berkata, "Aku seorang pencuri. Beritahu aku bagaimana untuk
bermeditasi.” Orang suci mengatakan, ”Pertama tinggalkan profesimu. Bagaimana
engkau bisa bermeditasi jika engkau tetap pencuri? “
Seorang pencandu alkohol datang dan ia berkata, "Aku seorang
pecandu alkohol. Bagaimana aku bisa bermeditasi?” Orang suci mengatakan,
"Kondisi pertama, tinggalkan alkohol, kemudian hanya setelahnya engkau
dapat bermeditasi. "Kondisi ini menjadi seperti bunuh diri. Pria itu
menjadi pencandu alcohol atau pencuri atau tidak bermoral karena ia memiliki
pikiran yang terganggu, pikiran yang sakit. Itu adalah merupakan efek,
konsekuensi dari pikiran yang sakit, dan ia diberitahu, "Pertama jadi baik
dan kemudian engkau bisa bermeditasi." Tapi kemudian saat itu siapa yang
membutuhkan meditasi? Meditasi adalah pengobatan. Meditasi adalah obat.
Tantra adalah bebas moral (amoral).
Ia tidak bertanya siapa dirimu. Engkau menjadi seorang manusia sudah cukup.
Dimanapun engkau berada, apapun engkau, engkau diterima.
Pilih teknik yang sesuai dengan dirimu, berikan energimu secara
penuh ke dalamnya, dan engkau tidak akan sama lagi. Sungguh, teknik yang
otentik akan selalu seperti itu. Jika aku membuat persyaratan, itu menunjukkan
aku memiliki teknik yang palsu - Aku katakan, "Pertama lakukan ini dan
pertama jangan lakukan itu, dan kemudian ..." Dan semua persyaratan itu
adalah tidak mungkin karena pencuri dapat mengubah benda yang akan dicurinya,
tetapi ia tidak dapat menjadi bukan-pencuri.
Seseorang yang serakah dapat mengubah objek keserakahannya, tapi ia
tidak dapat menjadi tidak-serakah. Engkau dapat memaksanya atau ia dapat
memaksa dirinya sendiri menjadi tanpa-keserakahan, tapi itu juga akan terjadi
karena keserakahan tertentu. Jika surga yang dijanjikan mungkin ia akan mencoba
untuk menjadi tidak-serakah. Tapi ini adalah keserakahan untuk sebuah standard
kesempurnaan. Surga, MOKHSA - pembebasan; SATCHITANANDA - keberadaan,
kesadaran, kebahagiaan, mereka akan menjadi obyek keserakahannya.
Tantra mengatakan, engkau tidak dapat mengubah manusia kecuali
engkau memberinya teknik yang otentik untuk berubah. Hanya dengan khotbah tidak
ada yang dapat berubah. Dan engkau dapat melihat ini di seluruh dunia. Apapun
yang dikatakan tantra tertulis di seluruh dunia - begitu banyak khotbah, begitu
banyak moral, begitu banyak imam,
pengkhotbah.
Seluruh dunia ini penuh dengan mereka, namun semuanya tetap begitu buruk dan
tidak bermoral.
Mengapa
ini terjadi? Hal yang sama akan terjadi jika engkau memberikan sebuah rumah
sakit untuk para pengkhotbah. Mereka akan pergi ke sana dan mereka akan mulai
berkhotbah. Dan mereka akan membuat setiap orang sakit merasa, "Engkau
bersalah! Engkau telah membuat sendiri penyakit ini; sekarang rubahlah penyakit
ini.” Jika para pengkhotbah diberikan rumah sakit, akan jadi seperti apa
kondisi rumah sakit itu? Sama seperti kondisi di seluruh dunia.
Pengkhotbah
pergi berkhotbah. Mereka terus memberitahu orang-orang, "Jangan
marah," tanpa memberikan teknik apapun. Dan kita telah menndengar ajaran
ini begitu lama sehingga kita bahkan tidak pernah mengajukan pertanyaan:
"Apa yang kau katakan? Aku marah dan engkau hanya mengatakan, 'Jangan
marah.’ Bagaimana itu mungkin? Ketika aku marah itu berarti ‘Aku memiliki kemarahan,
dan engkau hanya memberitahu aku, 'Jangan marah.’ Jadi aku hanya bisa menekan
diri aku sendiri.
Tapi itu akan menciptakan lebih banyak kemarahan. Itu akan
menciptakan rasa bersalah - karena jika aku mencoba untuk mengubah dan tidak
bisa mengubah diriku, itu akan menciptakan rasa rendah diri. Ini memberikanku
perasaan bersalah, bahwa aku tidak mampu, aku tidak bisa menang atas
kemarahanku. Tidak ada yang bisa menang! Engkau perlu senjata lain, engkau
perlu teknik tertentu, karena kemarahanmu hanya indikasi dari pikiran yang
terganggu. Dengan mengubah pikiran yang terganggu maka indikasi akan berubah.
Kemarahan hanya menunjukkan apa yang ada di dalam. Dengan mengubah yang ada di
dalam yang di luar akan berubah.
Jadi tantra tidak peduli dengan apa yang disebut moralitas. Sungguh,
untuk menekan moralitas berarti, merendahkan; itu tidak manusiawi. Jika
seseorang datang kepadaku dan berkata, "Tinggalkan kemarahan terlebih
dahulu, tinggalkan seks terlebih dahulu, tinggalkan ini dan itu," maka aku
menjadi tidak manusiawi. Apa yang aku katakan adalah mustahil. Dan kemustahilan
itu akan membuat pria itu merasa tidak berarti di dalam dirinya. Dia akan mulai
merasa rendah diri; Dia akan terdegradasi dalam pandangannya sendiri. Jika
seseorang mencoba yang mustahil, ia akan merasa menjadi orang yang gagal. Dan
ketika seseorang menjadi orang yang gagal ia akan mulai merasa yakin bahwa ia
adalah orang yang berdosa.
Para pengkotbah harus meyakinkan seluruh dunia bahwa "Engkau
adalah orang berdosa." Itu hal yang baik bagi mereka, karena hanya dengan
engkau yakin bahwa engkau berdosa, pekerjaan mereka bisa tetap ada. Engkau
harus menjadi orang berdosa: lalu hanya dengan begitu gereja, kuil dan masjid
terus memiliki kemakmurannya. Keberadaanmu sebagai pendosa adalah kesuksesan
mereka. Rasa bersalahmu adalah dasar dari semua keberhasilan gereja. Semakin
bersalah engkau, semakin banyak gereja akan terus naik lebih tinggi dan lebih
tinggi lagi. Mereka dibangun di atas rasa bersalahmu,
pada dosamu, pada rasa rendah dirimu. Demikian, mereka telah menciptakan kemanusiaan yang lemah
dan rendah diri.
Tantra tidak
peduli dengan apa yang disebut moralitas, formalitas sosialmu, dll. Itu tidak
berarti tantra mengatakan untuk menjadi tidak bermoral- tidak! Tantra adalah begitu sangat tidak perduli dengan
moralitasmu sehingga tantra tidak bisa mengatakan untuk menjadi tidak bermoral.
Tantra memberikan kepadamu teknik
ilmiah untuk mengubah pikiran, dan begitu pikiran berubah maka karaktermu akan
berubah. Setelah dasar struktur berubah, seluruh bangunan akan menjadi berbeda.
Karena sikap bebas moral ini, tantra tidak dapat ditoleransi oleh yang engkau
sebut sebagai orang-orang kudus, orang suci,
mereka
semua menentangnya - karena jika tantra berhasil, maka semua omong kosong ini
yang terjadi atas nama agama akan berhenti.
Lihat
ini: Kekristenan berjuang melawan sangat banyak kemajuan ilmiah. Mengapa? Hanya
karena jika kemajuan ilmu pengetahuan telah ada di dunia material, maka
waktunya akan menjadi tidak terlalu lama lagi ketika ilmu pengetahuan akan
mulai menembus bidang psikologi dan juga dunia spiritual. Jadi Kekristenan
mulai berusaha melawan kemajuan ilmiah, karena sekali engkau mengetahui bahwa
engkau dapat mengubah materi melalui teknik, tidak lama lagi engkau pun akan
mengetahui bahwa engkau dapat mengubah pikiran melalui teknik - karena pikiran
adalah tidak lain selain materi yang halus.
Ini adalah proposisi tantra, pikiran itu tidak lain adalah
materi/fisik halus; itu dapat diubah. Dan begitu engkau memiliki pikiran yang
berbeda engkau akan memiliki dunia yang berbeda, karena engkau melihat melalui
pikiran. Dunia yang engkau lihat, secara khusus engkau lihat melalui pikiran.
Ubahlah pikiran, dan engkau akan melihat ada dunia yang berbeda. Dan jika tidak
ada pikiran ... itu adalah tujuan utama untuk tantra, untuk membawa ke kondisi
ketika tidak ada pikiran. Kemudian lihatlah dunia tanpa mediator. Ketika
mediator tidak ada, engkau mengalami yang sebenarnya, karena kini tidak ada
perantara antara engkau dan yang nyata. Maka tidak ada yang dapat menyimpang,
tidak ada penyalahartian.
Jadi tantra mengatakan bahwa jika tidak ada pikiran, itu adalah
keadaan Bhairava - sebuah keadaan tidak ada-pikiran. Untuk pertama kalinya
engkau melihat dunia, seperti itulah, sebagaimana adanya. Jika engkau memiliki
pikiran, engkau terus MENCIPTAKAN sebuah dunia; engkau terus memaksakan,
memproyeksikan. Jadi yang pertama ubahlah pikiran, kemudian mengubah dari
pikiran ke tanpa-pikiran. Dan seratus dua belas metode ini dapat membantu
setiap orang. Ada metode yang mungkin tidak berguna bagimu. Itulah sebabnya
Siwa memberikan banyak metode. Pilih metode apapun yang cocok untukmu. Tidak
sulit untuk mengetahui mana yang cocok untuk dirimu.
Kita akan mencoba untuk memahami setiap metode dan bagaimana cara
memilih satu metode untuk dirimu sendiri, metode yang dapat mengubahmu dan
pikiranmu. Pemahaman ini, pemahaman intelektual ini akan menjadi kebutuhan
dasar, tapi ini bukan akhir. Apapun yang aku bicarakan di sini, cobalah.
Sungguh, ketika engkau mencoba metode yang memang tepat untukmu
engkau akan segera merasakan klik saat itu juga. Jadi aku akan terus berbicara
tentang metode di sini setiap hari. Engkau mencobanya. Hanya bermain dengannya
- pulang dan mencoba. Metode yang tepat, kapanpun engkau kebetulan
melakukannya, itu akan klik begitu saja. Sesuatu meledak di dalam dirimu, dan
engkau tahu itu "Ini adalah metode yang tepat untuk aku." Namun upaya
diperlukan, dan engkau mungkin akan terkejut ketika tiba-tiba suatu hari salah
satu metode itu mencengkerammu.
Jadi sementara aku berbicara di sini, sama seperti dengan
bermain-main dengan metode ini. Aku katakan bermain Karena engkau tidak boleh
terlalu serius. Hanya bermain! Sesuatu mungkin cocok bagimu. Jika cocok bagimu,
maka jadilah serius, dan kemudian pergilah jauh ke dalamnya - intens, jujur,
dengan semua energimu, dengan segenap akal budimu. Tapi sebelum itu hanya
bermainlah.
Aku menemukan saat sedang bermain pikiran akan lebih terbuka.
Sementara saat engkau serius pikiranmu tidak begitu terbuka; ia tertutup. Jadi
hanya bermainlah. Jangan terlalu
serius,
hanya bermain. Dan metode ini sederhana, engkau dapat hanya bermain dengan
mereka.
Ambil
satu metode dan bermain dengan itu untuk sedikitnya tiga hari. Jika itu
memberikan engkau perasaan kedekatan tertentu, jika itu memberikanmu perasaan
sejahtera, jika memberikanmu perasaan bahwa ini adalah untukmu, maka jadilah
serius tentang hal itu. Kemudian lupakan yang lain, jangan bermain dengan
metode lain. Setia dengannya - sedikitnya selama tiga bulan. Keajaiban akan
menjadi mungkin. Satu-satunya hal adalah teknik itu pasti untukmu. Jika teknik
ini bukan untukmu, maka tidak akan terjadi apa-apa. Kemudian engkau akan
melakukannya seumur hidupmu, tapi tidak ada apapun yang akan terjadi. Jika
metode ini memang untukmu maka bahkan tiga menit saja sudah cukup.
Jadi seratus dua belas metode ini dapat menjadi pengalaman penuh
keajaiban untukmu, atau hanya menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk didengar
saja - itu tergantung kepadamu. Aku akan mulai menggambarkan setiap metode dari
sebanyak mungkin sudut pandang. Jika engkau merasa memiliki kedekatan
dengannya, bermainlah dengannya selama tiga hari. Jika engkau merasa itu cocok,
sesuatu pada dirimu merasa klik dengannya, teruskan selama tiga bulan. Hidup adalah
sebuah keajaiban. Jika engkau belum juga mengerti misteri itu, itu hanya
menunjukkan bahwa engkau tidak memiliki teknik tentang bagaimana cara mendekatinya.
Siwa mengusulkan seratus dua belas metode. Ini adalah semua metode
yang mungkin. Jika tidak ada yang klik dan tidak ada yang dapat memberikan
perasaan bahwa ini adalah untukmu, maka tidak ada metode yang tersisa untukmu -
ingat hal ini. Kemudian lupakan spiritualitas dan berbahagialah. Maka ini bukan
untukmu.
Tapi seratus dua belas
metode ini adalah untuk seluruh umat manusia - untuk semua masa yang telah
berlalu dan untuk semua masa yang akan datang. Selama masa ini tidak pernah
ada, dan tidak akan pernah ada satu orang, yang dapat mengatakan, "Seratus
dua belas metode ini semuanya tidak berguna bagi aku." Mustahil! Ini tidak mungkin!
Setiap jenis pikiran telah diperhitungkan. Dalam tantra telah
diberikan teknik bagi setiap jenis pikiran yang mungkin ada. Ada banyak teknik
untuk manusia yang belum ada saat ini; mereka adalah untuk masa depan. Ada
banyak teknik untuk manusia yang sudah tidak ada sekarang; mereka adalah untuk
masa lalu. Tapi jangan takut. Ada
banyak metode dimana itu adalah untuk dirimu. Jadi kita akan memulai perjalanan
ini pada esok hari.
"....buku-buku OSHO yang memberi saya perubahan yang mendalam lainnya dalam hidup saya. Saya menyesal saya tidak bertemu dengannya secara pribadi, dan saya merasa prihatin Pemerintah AS melewatkan kesempatan di tahun 86."
- Madonna, Penyanyi
“Saya
membaca banyak buku OSHO dan saya percaya pemberontakan (rebellion) adalah favorit saya sejauh ini’’
- Lady Gaga, Penyanyi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar