https://gantharwa.org
Pesan Kiai Ganjel Untuk Para
Kadangsinarawedi
“Lir-ilir, lir ilir tandure wis
sumilir,
Tak ijo royo-royo tak sengguh
temanten anyar,
Cah angon, cah angon penekno
blimbing kuwi,
Lunyu-lunyu peneken kanggo masuh
dodotira,
Dodotiro, dorotiro kumitir bedhah
ing pinggir
Domana jlumatana kanggo seba
mengko sore,
mumpung gedhe rembulane, mumpung
jembar kalangane.
Do..... suraka.... surak...
hore!“
“Lir-ilir, lir ilir tandure wis sumilir,
Itu
menggambarkan jiwa manusia yang telah bangun, maksudnya telah sadar adanya
Tuhan.
Tak ijo royo-royo tak sengguh
temanten anyar,
Kesadaran
terhadap adanya Tuhan tadi disertai rasa cinta kasih serta rasa asyik, seperti
halnya rasanya pengantin baru.
Cah angon, cah angon penekno
blimbing kuwi, Lunyu-lunyu peneken
kanggo masuh dodotira,
Blimbing itu
mengandung asam, dapat dipakai sebagai sabun untuk mencuci pakaian. Dodot (kain
panjang) adalah salah satu jenis pakaian Jawa yang disini melambangkan hati.
Blimbing yang sulit mengambilnya karena licin, itu diharuskan kepada para umat
(cah angon) untuk dapat memperolehnya. Maksudnya menyucikan hati itu wajib bagi
kita semua. Hati yang suci itu tercapai kalau kita memiliki watak utama. Watak
utama itu ada lima:
Watak Ihklas,
Watak Taqwa
(dapat menerima kenyataan sebagaimana apa adanya)
Watak “temen”
atau Jujur, yaitu satu keyakinan, kata-kata dan perbuatan,
Watak Sabar,
dan
Watak Budi
Pekerti yang Luhur.
Menggalang
watak lima perkara memang tidak mudah, itu makna “lunyu-lunyu peneken”
Dodotiro, dorotiro kumitir bedhah
ing pinggir
Dodot/pakaianmu
sobek pinggirnya, maksudnya keimanan sudah tidak utuh lagi
Domana jlumatana kanggo seba
mengko sore,
keimanan yang
tidak utuh lagi harus dipulihkan keutuhannya, keimanan kepada Tuhan harus
bulat, tidak boleh ada retak atau kurangnya lagi. Iman yang utuh/bulat sangat
penting, karena kesucian hati belum cukup menjamin kita dapat menghadap Tuhan
(makna: kanggo seba). Mengko sore mengandung makna bahwa waktu untuk menghadap
Tuhan sudah dekat, bak sore hari menjelang malam.
Mumpung gedhe rembulane, mumpung
jembar kalangane.
Mengandung
makna bahwa kita diingatkan agar segera menyiapkan diri dengan baik, selagi
muda, masih kuat, segeralah merasuk/memakai pakaian kesucian dan menggalang
keimanan yang benar, jangan membuang-buang waktu, sebab panggilan Allah itu
tidak antre umur. Sewaktu-waktu kita dapat dipanggil Sang Maha Kuasa.
Do..... suraka.... surak...
hore!“
Mengambarkan
rasa bahagia serta rasa syukur kepada Tuhan, bahwa kita dapat memakai pakaian
kesucian yang merupakan bekal kita dapat masuk dan kembali ke rumah Bapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar