Astanga
Yoga, Delapan Bagian Yoga, merupakan sistem yoga yang diajarkan oleh
Patanjali.
Pada umumnya terjadi kesalahan tafsir dianggap Patanjali
sedang bicara tentang delapan langkah, atau delapan tahap.
Patanjali jelas-jelas menggunakan istilah “angga”
yang berarti bagian—seperti halnya kaki dan tangan dan wajah dan kepala
merupakan bagian-bagian tubuh kita. Bagian-bagian yang tidak dapat
dipisahkan—suatu kesatuan. Pegang salah satu di antara delapan bagian dan tujuh
yang lainnya terpegang juga.
Delapan Bagian Yoga, yaitu:
1. YAMA, Mengendalikan
Diri, dipenuhi dengan:
-
Menghindari Kekerasan
-
Memahami Kebenaran
-
Membebaskan Diri dari Keserakahan
-
Menghindari Ekstemitas
-
Melepaskan Keterikatan
2. NIYAMA, Mawas
Diri, harus dilaksanakan dengan:
-
Menjaga Kebersihan Diri
-
Merasa Puas dengan apa adanya
-
Memelihara Kesederhanaan
-
Mempelajari Diri
-
Berserah Diri kepada Kehendak Ilahi
3. ASANA atau Postur
yang Tepat.
Dimana punggung lurus sehingga tulang belakang kita
tegak, dan tubuh mantab-tenang dalam posisi yang nyaman untuk meditasi.
Mempertahankan kenyamanan diri – itulah bagian ketiga.
(Patanjali Yoga Sutra II:46)
Asana tidak hanya berarti postur-postur yoga. Asana juga berarti “postur
yang nyaman”—“pola hidup yang menyamankan”.
Tetapi ia tidak berhenti di situ saja. Ia menggunakan istilah
“langgeng”—rasa nyaman yang langgeng, terus-menerus. Rasa nyaman yang Anda
peroleh harus bersifatkan permanen, tidak temporer.
4. PRANAYAMA atau Pengendalian
Prana—Energi Kehidupan.
Yang keempat menyadari pola pikir berarti menyadari apa pun yang
terjadi di luar dan di dalam diri.
(Patanjali Yoga Sutra II:51)
Pengendalian Aliran Kehidupan lewat Pengaturan Napas. Dengan menyadari
proses pernapasan—penarikan dan pembuangan napas secara teratur, kita sebenarnya
menyadari mekanisme mind, kita menyadari pola pikir kita, menyadari segala
sesuatu yang ada di luar diri kita dan di dalam diri kita.
Demikian dengan berlatih terus-menerus seseorang dapat merasakan bila
napasnya menjadi makin panjang dan halus.
5. PRATYAHARA, Pengendalian
terhadap Keliaran Pikiran.
Dengan sengaja
menarik diri atau melepaskan diri dari keliaran pikiran.
Pelepasan diri dari keliaran terjadi, apabila panca indera tidak terikat
pada objek-objek yang ada dan dapat dikendalikan oleh pikiran (mind).
(Patanjali Yoga Sutra II:54)
6. DHARANA atau Kontemplasi.
Membatasi ruang gerak pikiran itulah yang disebut dharana atau kontemplasi.
(Patanjali Yoga Sutra III:1)
Kontemplasi pada diri yang sejati. Atau perenungan pada
pertanyaan yang paling penting, yaitu “Aku Siapa—who am I?”.
Bagi mereka yang sulit melakukan dharana pada pertanyaan “Aku Siapa?”, cara termudah adalah melalui
kontemplasi, perenungan pada salah satu sifat, salah satu atribut. Atau bagi
mereka yang memiliki tradisi ista,
maka perenungan pada Sang Ista, Ia
Hyang menjadi Ideal-nya.
Japa, zikir, pengulangan mantra, dan sebagainya—semuanya
adalah sarana untuk melakoni dharana. Sang Guru menjelaskan, “Dharana adalah
penarikan manah, mind, gugusan pikiran serta perasaan dari sekian banyak hal
pada satu hal, pada diri yang sejati, pada Tuhan.”
7. DHYANA
atau Meditasi.
Kita memasuki
Alam Meditasi. Alam ini tidak dapat dijelaskan, dan hanya dapat di rasakan.
Menyadari sesuatu tanpa gangguan itulah meditasi.
(Patanjali Yoga Sutra III:2)
Apa yang Anda alami merupakan pengalaman pribadi Anda dan
pengalaman setiap orang bisa berbeda-beda.
Berada pada Alam Meditasi, membuat Anda menjadi Wujud
Kasih Ilahi. Allah, Ilahi dan Kasih-Nya sudah tidak dapat dipisah-pisahkan
lagi. Anda mengalami kesatuan dan persatuan dengan Alam Semesta.
Merasakan kesatuan dan persatuan dengan Alam Semesta,
dengan Keberadaan—yang digambarkan sebagai pertemuan antara Yang Dikasihi dan
Yang Mengasihi, antara Shiva dan Shakti, antara Prinsip Maskulin dan
Prinsip Feminin.
Dalam hal ini, Shiva atau Prinsip Maskulin adalah
Keberadaan. Shakti atau Prinsip Feminin adalah kekuatan Kundalini dalam diri
Anda yang sedang mengalami pembangkitan. Pertemuan antara kedua kekuatan yang
terpisahkan oleh badan Anda selama ini merupakan tujuan akhir yoga.
What’s next?
8. SAMADHI
atau Keseimbangan Diri.
Sebenarnya
Samadhi atau Keseimbanggan Diri merupakan hasil akhir, bukan bagian akhir.
Apabila sesuatu yang yang disadari itu pun lenyap dan yang ada hanyalah
kesadaran murni, maka tercapailah Keseimbangan Diri.
(Patanjali Yoga Sutra III:3)
Apabila itu yang terjadi, kau akan memancarkan Cahaya Pengetahuan Sejati.
(Patanjali Yoga Sutra III:5)
Seseorang yang telah mencapai tingkat ini tidak dapat
menyembunyikan dirinya. Ia tetap berada di tengah masyarakat, ia akan
menyebarkan gosip, kabar-angin tentang Seorang Raja dan Istana-Nya—tentang
Tuhan dan Kerajaan Sorga-Nya, tentang keberadaan dan Alam Semesta.
Ia mengharapkan pada suatu ketika nanti ada seseorang,
ada orang-orang yang tergiur dan akan menempuh perjalanan panjang untuk
menemukan Sang Raja dan Kerajaan-Nya.
Dan setelah menempuh perjalanan itu, setelah menemukan
istana Sang Raja, sebenarnya Anda
menemukan diri Anda sendiri. Tetapi janga puas dengan sekadar penjelasan. Anda
harus menyadari hal ini anda harus mengalaminya sendiri. Inilah yoga. Inilah
yang dimaksud pembangkitan Kundalini atau peningkatan kesadaran.
(Sumber: 1. Yoga Sutra Patanjali bagi Orang Modern, karya Anand Krishna
2. Kundalini Yoga dalam Hidup Sehari-hari, karya Anand Krishna
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar