1960
G.I. GURDJIEFF
Kata-kata Bijak
Sebagaian besar orang menjalani hidup tanpa kesadaran.
Tolaklah kebiasaan dan jadilah dirimu sendiri.
MEETING WITH REMARKABLE MAN
“Dari
sudut pandang saya, ia bisa disebut manusia istimewa, yang menonjol karena kecerdasan
pikirannya, yang tahu bagaimana caranya untuk tetap terkendali dalam
manifestasi yang berasal dari sifat dasar dirinya, dan disaat yang sama
bersikap adil dan toleran terhadap kelemahan orang lain”
D
|
i semua tingkat usia, Anda dapat menemukan individu yang
mengikuti minat mereka dan hidup berdasarkan prinsip mereka sendiri. Georgi
Ivanovitch Gurdjieff, mungkin guru New Age yang pertama, menjalani kehidupan
yang berbeda dari kebiasaan banyak orang. Ia seorang pengembara dan pencari
spiritual yang keras, sekaligus juga orang yang paling praktis, sebuah contoh
bagus tentang tantangan yang kita hadapi ketika harus memenuhi kebutuhan hidup
sementara di sisi lain ingin mengejar minat spiritual.
Menyemir
sepatu, membuat ornamen gips, memandu wisatawan, mengadakan ritual untuk
menghubungi arwah orang mati, dan memperbaiki barang-barang rumah tangga adalah
beberapa di antara sekian banyak hal yang dengan senang hati ia lakukan untuk
menghidupi dirinya, sejalan dengan keyakinanya bahwa hidup kita harus benar-benar
menjadi bagian dari dunia ini, tetapi juga tidak berhenti dalam rutinitas yang
melumpuhkan pikiran. Meski kelak menjadi lebih mapan, dengan kelompok pengikut
di kota-kota Eropa dan Amerika, Gurdjieff tetap mempertahankan pandangan bahwa
perubahan lingkungan eksternal baik untuk membangun kemantapan tujuan batin. Ia
percaya bahwa sebagian besar orang menjalani hidup mereka sambil tidur (tanpa
kesadaran), dan bahwa individualitas sejati kita hanya akan mengalami pemenuhan
jika kita menantang cara0cara berpikir yang habitual.
All and Everything, or Beelzebub’s Tales to
His Grandson adalah karya besar Gurdjieff setebal 1.300 halaman, tetapi Meeting with Remarkable Man berisi unsur
filosofinya sekaligus juga merupakan bacaan yang mengagumkan. Banyak berisi
gambaran kasar mengenai karakter, judul buku ini agak menyesatkan, karena
ternyata yang dimaksud dengan “remarkable man” (manusia istimewa) adalah mentor
masa kecilnya, teman dekatnya, dan siapa saja yang membentuk pandangannya
tentang dunia. Deskripsinya bukan sekadar tentang pujian, melainkan menunjukkan
bagaimana setiap orang mengeluarkan aspek diri Gurdjieff yang berbeda-beda.
Mari kita lihat sekilas sebagian karakter ini dan mengapa mereka dikatakan
telah membentuk pandangannya.
Gurdjieff Sr.
Ayah Gurdjieff adalah orang Yunani tetapi tinggal di
Armenia, di Alexandropol dan kemudian di Kars. Ia seorang asokh amatir, penyair, penyanyi, dan pendongeng yang menenggelamkan
putranya dan ketiga putrinya dalam cerita rakyat, peribahasa, dan musik.
Keluarga
itu awalnya sejahtera, memiliki kawanan ternak yang banyak dan juga memelihara
ternak orang lain. Tetapi wabah ternak benar-benar menghabisi semua hewan ternak
mereka, membuat keluarga itu nyaris tidak punya apa-apa, dan meski berupaya di
berbagai bidang usaha, mereka mereka tetap tidak bisa mendapatkan kembali
kesejahteraan mereka. Merenung kembali, Gurdjieff menduga ayahnya tidak sukses
menjalankan bisnisnya karena ia tidak mau mengambil keuntungan dari keluguan atau nasib buruk orang lain.
Kecekatan Gurdjieff dalam menghasilkan uang mungkin merupakan kompensasi sifat
sang ayah.
Walau
demikian Gurdjieff Sr. Adalah orang yang luar biasa karena ia tetap mampu bersikap
tenang dan mandiri meski keberuntungannya naik turun. Ia paling suka memandangi
bintang di langit di malam hari, sebuah hobi yang bisa menempatkan kecemasan
kecil ke dalam sudut pandang yang tepat. Ia menyuruh putranya untuk menumbuhkan
ruang yang selalu bebas dalam pikirannya, dan untuk mengembangkan sikap wajar
dalam menghadapi segala hal yang umumnya membuat orang lain merasa jijik atau
mual. Misalnya, Gurdjieff akan menemukan seekor tikus atau ular tak berbisa di
tempat tidurnya, yang sengaja diletakkan di sana oleh sang ayah, dan diharapkan
memberi reaksi yang tenang. Pelajaran ini, mengamati tanpa menilai dan tidak
menjadi budak dari reaksinya sendiri, sangat berguna bagi kehidupannya kelak
yang selalu penuh perjalanan dan perubahan.
Guru-guru pertama
Meski lingkungannya terbatas, ayah Gurdjieff senang
berteman dengan orang terpelajar. Salah satu diantarannya adalah seorang pria
bernama Borsh, pemimpin Kars Military Cathedral setempat. Keduanya memutuskan
bahwa Gurdjieff lebih baik dididik di rumah, dan Borsh pun menyusun pendidikan
baginya yang sangat baik untuk ukuran kota provinsial kecil seperti itu.
Sementara kedua pria itu bercakap-cakap hingga malam tentang hal-hal yang sukar
dan penting, si anak laki-laki menyerap percakapan itu, menabur benih bertanya
dan berfilosofi dalam kehidupannya.
Sosok lain yang memengaruhi Guerdjieff di masa mudanya
adalah diakon di Kars Cathedral, Bogachevsky. Mentornya ini kelak menjadi
Pendeta Evlissi dari Biara Essene Brotherhood di Laut Mati. Persaudaraan biarawan
ini, tulis Gurdjieff, terbentuk lebih dari 1.000 tahun SM, dan Yesus dituntun
untuk menyelami misterinya.
Bogachevsky memberitahu Gurdjieff bahwa ada dua
moralitas: moralitas objektif, yang telah berkembang selama lebih dari 1.000
tahun dan menghadirkan dasar bagi kebaikan seperti yang diberikan oleh Tuhan;
dan moralitas subjektif, yang berkembang dalam budaya yang dibentuk oleh
kebiasaan intelektual dan sosial, yang cendrung memutarbalikan kebenaran.
Warisan sang pendeta untuk Gurjieff adalah peringatan
untuk tidak mengadopsi kebiasaan orang disekitarnya. Ia harus menjalani hidup
sesuai dengan suara hatinya, atau moralitas objektif. Hanya inilah yang bisa ia
bawa bersama dirinya ke manapun ia pergi.
Pangeran Yuri Lubovedsky
Teman
Gurdjieff yang satu ini adalah seorang pangeran Rusia yang kaya. Istrinya yang
masih muda meninggal dengan tragis, dan dalam kesedihannya ia menjadi seorang
penyendiri, menarik diri ke dalam dunia ilmu gaib dan spiritualisme. Lubovedsky
menghabiskan sebagian besar sisa hidupnya denga mengunjungi tempat-tempat
eksotis dunia. Gurdjieff pertama kali ketemu dengannya di piramida Mesir. Di
sana Gurdjieff bertindak sebagai pemandu bagi seorang arkeolog, Profesor
Skridlov. Lubovedsky mengenl profesor itu, dan ketiganya menjadi sahabat seumur
hidup. Sang pangeran mengunjungi banyak tempat bersama Gurdjieff, termasuk
India, Tibet, dan Asia Tengah. Pertemuan terakhir mereka, dideskripsikan dengan
sangat baik, terjadi kebetulan di biara terpencil di Tibet.
Pelajaran
kehidupan sang pangeran bagi Gurdjieff adalah bahwa rasa ingin tahu yang tidak
konsisten, melompat dari satu minat ke minat yang lain, bisa balik mencelakakan
kita. Lubovedsky menjadi tertekan, dan bercerita tentang pertemuannya dengan
seorang pria Hindu yang menunjukan bahwa antusiasmenya telah mengganggu
perhatian yang seharusnya ia berikan pada kehidupan internalnya. Teman
Gurdjieff ini menunjukkan kepadanya tentang bahaya terlalu terikat dengan emosi
kita. Seperti contoh yang diberikan oleh ayahnya, seseorang yang maju selalu
mengambil jarak tertentu, merasa nyaman dengan diri mereka sendiri bagaimanapun
keadaan sekitar mereka.
Lubovedsky
juga membuktikan pandangan Gurdjieff bahwa seseorang yang maju bisa
menyeimbangkan pikiran, naluri dan perasaan dalam diri mereka. Sebagian orang
terlalu intelektual dan imbalannya adalah kemampuan intuisi mereka, sementara
yang lain tidak pernah mencapai tingkat kesopanan yang merupakan produk dari
berkembangnya pikiran. Keseimbangan dan
integrasi aspek-aspek kita yang beraneka ragam merupakan hal-hal yang perlu
dicapai dalam kehidupan.
Dunia menurut Gurdjieff
Meeting with Remakable Men merupakan
gabungan tak lazim antara kisah perjalanan, kebijaksanaan, dan gambaran
karakter.
Gurdjieff
lebih dari sekali menyebutkan tentang ketidakpedulian dunia barat terhadap
segala sesuatu tentang Asia, tetapi lingkungan tempat ia dibesarkan membuatnya
bisa dengan mudah menjembatani dunia timur dan barat. Diapit oleh Turki, Rusia,
dan Iran, tanah kelahirannya, Armenia, selalu menjadi tempat yang menggugah,
dan iman kristennya diwarnai dengan keyakinan rakyat setempat dan kisah-kisah
dari Timur Dekat. Dalam perjalanannya, ia akan mempelajari banyak bahasa dan
memperdalam pengetahuannya tentang Islam, Hinduisme dan Buddhisme. Cara
pandangnya terhadap dunia sangat dipengaruhi oleh Sufisme, dan oleh
teman-temannya ia dianggap sebagai petapa muslim. Kepopulerannya sebagian
didasari oleh keyakinan bahwa dirinya telah menemukan dan memiliki rahasia
esoteris kuno. Entah hal ini benar atau tidak, aman-aman saja mengatakan bahwa
ia telah melihat hal-hal yang belum pernah dilihat oleh sebagian besar orang,
dan ini tentu sangat menarik bagi para pengikut pertamanya di barat.
Kecurigaan
Gurdjieff pada sumber pengetahuan yang ada berawal di masa kecilnya, ketika ia
menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa menjelaskan keajaiban nyata yang ia
saksikan. Hal lain yang kemudian memotivasi dirinya untuk berkelana adalah untuk
merasakan berbagai hal secara langsung, dan bagian penting dari filsofi para
pengikut Gurdjieff adalah desakan untuk belajar dari pengalaman—jika sesuatu
benar bagi Anda, sesuatu itu memang benar. Anda menjadi penguasa bagi hidup
Anda sendiri. Gurdjieff jarang membaca surat kabar, yang ia yakini akan
menciptakan reaksi otomatis seperti terkejut atau bangga dalam diri para
pembacanya. Budaya jurnalistik telah mengubah orang menjadi refleksi pucat dari
pola pikir hari itu. Orang yang rata-rata mengonstruksi dunia yang “nyata” bagi
diri mereka sendiri, padahal sebenarnya dunia mereka itu dibangun dari hasil
penyaringan realitas yang sesungguhnya. Orang yang sadar, sebaliknya, mampu
melihat segala hal sebagai sesuatu yang sama sekali baru.
Gurdjieff
menyebutkan pepatah kuno: “Ia baru pantas disebut manusia dan baru dapat
mengandalkan segala sesuatu yang dipersiapkan oleh Yang Di Atas baginya, hanya
jika ia sudah mendapatkan informasi yang diperlukan untuk dapat memelihara
serigala dan domba yang dipercayakan kepadanya.” Serigala dan domba
menggambarkan naluri dan perasaan kita, yang harus kita kendalikan dan
seimbangkan sebelum muncul sebagai satu kesatuan. Ia meninggalkan literatur
Eropa modern, karena ia merasa pikiran orang Eropa telah didominasi oleh rasio
dengan mengabaikan naluri dan perasaan. Gurdjieff memformalkan filosofinya ke
dalam pusat pembelajaran mandiri, yang disebut Institut for the Harmonious
Development of Man; yaitu, pembelajaran untuk mencapai keseimbangan semua unsur
mental dan fisik manusia.
Kata penutup
Apakah
Gurdjieff memang termasuk salah seorang filsuf abad ke-20 atau, seperti yang
disebutkan oleh The Skeptic’s Dictionary,
seorang pembual? Pesona kepribadiannya sedemikian besar sehingga ia memiliki
sejumlah pengikut terkenal, termasuk aktris Hollywood Kathryn Mansfield, arsitek
Frank Lloyd Wright, dan P.L. Travers, penulis buku-buku Mary Poppins. Tetapi
pengikutnya yang paling penting ternyata adalah seorang ahli matematika, Pyotr
Ouspenky, yang karyanya In Search of the
Miraculous memperkenalkan pemikiran Gurdjieff kepada khalayak luas.
Sebagian orang menganggap Gurdjieff adalah orang yang arogan dan tidak mau
berkompromi, padahal sebenarnya ia lebih sering menjauhi publisitas. Ia memang
mencari sumbangan untuk mempertahankan kelangsungan organisasinya, tetapi tidak
seperti guru pengembangan pribadi zaman sekarang, ia tidak pernah ingin
menciptakan industri seputar dirinya.
Sistem
pengembangan pribadi Gurdjieff, “The Work” bertujuan membawa orang keluar dari
keadaan tidur mereka dan memasuki kesadaran yang lebih tinggi melalui sikap
mempertanyakan diri, pertemuan kelompok, dan tarian suci. Sistem ini amat berpengaruh
selama zaman kontrabudaya tahun1960-an. Hal ini bisa dilihat, misalnya, dari
bagaimana metode Gurdjieff diadopsi oleh pusat Esalen di California.
Filosofinya tentang kebenaran spiritual dan pengetahuan langsung dari sumbernya
penting bagi gerakan New Age.
Gurdjieff
mengenali bahwa penyakit orang modern adalah, mereka bisa menjadi seseorang di
suatu hari dan orang lain di hari berikutnya, dan psikologi Gurdjieff bertujuan
mengintegrasikan diri mereka yang banyak itu. Seseorang yang luar biasa adalah
seseorang yang melepaskan diri dari reaksi otomatis dan pengondisian kultural
dan menjadi “satu”. Tanpa kesatuan antara diri dan tujuan, kita tidak bisa
benar-benar memiliki kehidupan yang autentik.
Georgi Ivanovitch
Gurdjieff
Gurdjieff lahir pada tahun 1877 di
Alexandropol, Armenia. Setelah bertahun-tahun berkelana, ia tiba di Rusia pada
tahun 1913, tepat sebelum revolusi Bolshevikn dan selama beberapa tahun
berikutnya ia membagi waktunya antara Moskow dan St. Petersburg.
Pada tahun 1917 ia kembali ke
Alexandropol, dan kemudian tinggal di tenda-tenda di pantai Laut Hitam di
selatan Rusia, bekerja bersama murid-muridnya. Ia tinggal selama setahun di
Constantinople dari tahun 1920, dan kemudian berkeliling ke kota-kota Eropa
memberi ceramah dan presentasi. Pada tahun 1922 ia mendirikan Institut for the
Harmonious Development of Man di Fontainbleu, di selatan Paris. Setelah
kecelakaan mobil yang nyaris berakibat fatal, ia mulai menulis All and Everything, or Beelzebub’s Tales to His Grandson. Selama perang Dunia II Gurdjieff tinggal
di Paris, dan ia wafat di Neuilly, Prancis pada tahun 1949.
(50 Spiritual Classics – Meraih Kebijaksanaan
dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 Buku Legendaris Dunia, karya Tom
Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT BHUANA
ILMU POPULER KELOMPOK GRAMEDIA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar