Janji Sri Krsna di Medan Perang
Kurukshetra, 3000 tahun Sebelum Masehi.
“Yadā yadā hi
dharmasya glānir bhavati bhārata,
Abhyutthānam
adharmasya tadātmānam srjāmy aham.
Paritrānāya sādhunām
vināsāya ca duskrtām,
Dharma-samsthāpanārthāya
sambhavāmi yuge yuge.”
“Wahai Bharata (Arjuna, keturunan Raja
Bharat),
Ketika dharma, kebajikan dan keadilan, mengalami kemerosotan; dan Adharma, kebatilan dan ketidakadilan merajalela – maka Aku menjelma.”
Ketika dharma, kebajikan dan keadilan, mengalami kemerosotan; dan Adharma, kebatilan dan ketidakadilan merajalela – maka Aku menjelma.”
“Guna melindungi para sadu, para bijak—membimbing dan mengembalikan mereka
pada jalan yang lurus, untuk menjernihkan kembali pandangan mereka;
membinasakan mereka yang berbuat batil;
Dan, meneguhkan kembali dharma, kebajikan –
Aku datang menjelma dari masa ke masa.”
Ketika adharma merajalela – ketika kebatilan
dan ketidakadilan berkuasa, maka di manakah dharma,
dimanakah kebajikan dan keadilan?
Apakah dharma, kebajikan dan keadilan, lenyap sama sekali? Apakah sirna?
Apakah punah tanpa bekas?
Dharma
adalah energi, adharma pun sama, energi. Dan energi tidak pernah punah. Energi
hanya berubah wujud saja.
Ketika adharma merajalela, maka
setelah mencapai tingkat jenuh, terjadilah gejolak sosial. Berkuasanya adharma
menciptakan ketidakseimbangan. Dalam keadaan seperti itu, sudah pastilah muncul
seorang penggerak revolusi untuk melawan kebatilan dan ketidakadilan. Ini hukum
alam. Tidak bisa tidak
Menjelmanya Krsna adalah fenomena yang terjadi setiap kali ada kebutuhan untuk itu. Kadang ia berupa Gandhi, kadang Soekarno, kadang Martin Luther King Jr., kadang Mandela, kadang siapa saja. Kadang barangkali sebagai Anda!
Krsna adalah
berita perubahan zaman – Di luar itu, masih banyak perwujudan-perwujudan minor
yang membawa perubahan-perubahan kecil tapi signifikan. Misalnya, dalam hal
memerdekakan negara, dalam hal membangun masyarakat, dalam hal mengubah tatanan
sosial. Sungguh tak terhitung manifestasi Sang Jiwa Agung.
Setiap percikan Sang Jiwa Agung, termasuk Anda dan saya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi perwujudan-Nya Hyang sama Nyata seperti Krsna. Ya, kita semua memiliki potensi tiu.
Perang Bharata-Yuddha – Perang dahsyat yang betul terjadi. Bukan perang khayalan. Mahabharata adalah sejarah, bukan dongeng. Jika kemudian sejarah disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain dalam bentuk wayang, maka sah-sah saja.
Penjelmaan Jiwa Agung untuk meneguhkan kembali dharma, kebajikan, keadilan – memang terjadi dari masa ke masa, dan bisa dimana saja.
Walau, “kadar” penjelmaan bisa berbeda
dari masa ke masa, dari tempat ke tempat – berdasarkan tuntutan masa dan
kebutuhan.
Dunia tidak selalu membutuhkan para Avatāra atau Penjelmaan Purna seperti Krsna. Saat itu, peradaban manusia sedang menghadapi perang nuklir. Maka dibutuhkan Penjelmaan Purna.
Lebih sering, kita membutuhkan Amśa Avatāra – Penjelmaan
bagian. Sebagian dari Kekuatan Agung pun sudah cukup untuk mengatasi rezim yang
zalim dan menindas rakyatnya, apalagi jika terkait dengan satu negara saja,
tidak melibatkan seluruh peradaban.
Maka, jumlah Amśa Avatāra tak terhitung. Mereka
ada dimana-mana. Bisa dimana-mana, tentunya, lagi-lagi sesuai kebutuhan.
Bahkan, jika Anda seorang aktivis yang
sedang berkarya untuk mengubah tatanan sosial yang sudah usang – maka
ketahuilah bila Jiwa Agung, “sebagian” dari Kekuatan Jiwa Agung telah mewujud
lewat diri Anda.
(Bhagavad Gita karya Anand Krishna,
Pusat Studi Veda dan Dharma Indonesia 2014, hal 168-170)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar