Adi Śaṅkara
Nirvāṇa Ṣaṭakam, juga
dikenal sebagai Ātma Ṣaṭakam, terdiri dari enam kumpulan sloka (oleh karena itu
diberi nama Ṣaṭ-ka berarti enam sloka ) ditulis oleh filsuf Hindu Adi Śaṅkara yang merangkum
ajaran-ajaran dasar Advaita Vedanta, atau ajaran-ajaran Hindu tentang
non-dualisme. Itu ditulis sekitar tahun 788-820.
Konon ketika Adi Śaṅkara masih bocah berusia sekitar
delapan tahun dan berkeliaran di dekat Sungai Narmada di pegunungan Himalaya,
berusaha menemukan gurunya, ia bertemu dengan Swami Govinda Bhagavatpada yang
bertanya kepadanya, "Siapa kamu?". Bocah itu menjawab dengan sloka-sloka ini, yang dikenal sebagai "Nirvāṇa Ṣaṭakam"
atau “Ātma Ṣaṭakam ". Swami
Govindapada menerima Ādi Śaṅkara sebagai muridnya.
sloka-sloka tersebut dapat membantu dalam kontemplasi
atau praktik perenungan mendalam yang mengarah pada Self-Realization, Kesadaran Diri. Dalam lima ayat tersebut Shankara
berusaha menjelaskan keberadaan Nirvāṇa, keadaan Ātma yang sejati.
"Nirvāṇa" secara sederhana
dapat berarti keseimbangan batin, kedamaian, ketenangan, kebebasan dan
kegembiraan. "Ātma" adalah
Diri Sejati.
Nirvana Shatakam – (Song of the Soul) – Meditation music – Deva Premal Lyrics and translation - YouTube
Nirvāṇa Ṣaṭakam
manobuddhyahaṅkāra
cittāni nāhaṃ
na ca śrotrajihve
na ca ghrāṇanetre
na ca vyoma
bhūmir na tejo na vāyuḥ
cidānandarūpaḥ
śivo'ham śivo'ham
(I am not mind, nor intellect, nor ego, nor
the reflections of inner self (citta). I am not the five senses. I am beyond
that. I am not the seven elements or the five sheaths. I am indeed, That
eternal knowing and bliss, the auspicious (Śivam), love and pure
consciousness.)
(Bukan
pikiran, bukan pula intelek, bukan ego, bukan pula yang menyebabkan ego, bukan
panca indera, bukan langit, dan bukan bumi, bukan cahaya dan bukan angin. Aku adalah
kesadaran murni, kebahagiaan yang kekal abadi, itulah Aku!)
na ca prāṇasaṅjño
na vai pañcavāyuḥ
na vā
saptadhātur na vā pañcakośaḥ
na vākpāṇipāndam
na copasthapāyu
cidānandarūpaḥ
śivo'ham śivo'ham
(Neither can I be termed as energy (prāṇa),
nor five types of breath (vāyus), nor the seven material essences, nor the five
sheaths(pañca-kośa). Neither am I the organ of Speech, nor the organs for
Holding ( Hand ), Movement ( Feet ) or Excretion. I am indeed, That eternal
knowing and bliss, the auspicious (Śivam), love and pure consciousness.)
(Apa
yang disebut prana-energi bukanlah aku, bukan elemen-elemen alam, buka pula
lapisan-lapisan kesadaran dalam diri manusia, bukan badan kasat ini. Aku adalah
kesadaran murni, kebahagiaan yang kekal abadi, itulah Aku!)
na me
dveşarāgau na me lobhamohau
mado naiva
me naiva mātsaryabhāvaḥ
na dharmo na
cārtho na kāmo na mokşaḥ
cidānandarūpaḥ
śivo'ham śivo'ham
(I have no hatred or dislike, nor affiliation
or liking, nor greed, nor delusion, nor pride or haughtiness, nor feelings of
envy or jealousy. I have no duty (dharma), nor any money, nor any desire
(kāma), nor even liberation (mokṣa). I am indeed, That eternal knowing and
bliss, the auspicious (Śivam), love and pure consciousness.)
(Tidak
ada yang kusukai dan tidak ada yang tidak kusukai, tidak serakah, tidak pula
bimbang, tidak angkuh, tidak iri, tidak ada keinginan apa pun di dalam diriku, sekalipun
untuk kebebasan itu sendiri. Karena Aku adalah kesadaran murni, kebahagiaan
yang kekal abadi, itulah Aku!)
na puṇyaṃ na
pāpaṃ na saukhyaṃ na duhkhaṃ
na mantro na
tīrthaṃ na vedā na yajña
ahaṃ bhojanaṃ
naiva bhojyaṃ na bhoktā
cidānandarūpaḥ
śivo'ham śivo'ham
(I have neither merit (virtue), nor demerit
(vice). I do not commit sins or good deeds, nor have happiness or sorrow, pain
or pleasure. I do not need mantras, holy places, scriptures (Vedas), rituals or
sacrifices (yajñas). I am none of the triad of the observer or one who
experiences, the process of observing or experiencing, or any object being
observed or experienced. I am indeed, That eternal knowing and bliss, the
auspicious (Śivam), love and pure consciousness.)
(Amal saleh
dan dosa dua-duanya telah ku lampaui, suka dan duka tidak lagi mempengaruhi
aku, ritual dan perjalanan suci, kenikmatan dan nikmat itu sendiri, semuanya sudah
ku lampaui. Aku adalah kesadaran murni, kebahagiaan yang kekal abadi, itulah
Aku!)
na mṛtyur na
śaṅkā na me jātibhedaḥ
pitā naiva
me naiva mātā na janmaḥ
na bandhur
na mitraṃ gururnaiva śişyaḥ
cidānandarūpaḥ
śivo'ham śivo'ham
(I do not have fear of death, as I do not
have death. I have no separation from my true self, no doubt about my
existence, nor have I discrimination on the basis of birth. I have no father or
mother, nor did I have a birth. I am not the relative, nor the friend, nor the
guru, nor the disciple. I am indeed, That eternal knowing and bliss, the
auspicious (Śivam), love and pure consciousness.)
(Tidak
ada lagi rasa takut akan kematian, tidak kukenali lagi perbedaan antara
kelompok, ayah, ibu, sahabat, saudara, guru, murid, tak sesuatu pun ku miliki. Kelahiran
dan kematian tidak kukenali lagi. Aku adalah kesadaran murni, kebahagiaan yang
kekal abadi, itulah Aku!)
ahaṃ
nirvikalpo nirākāra rūpo
vibhutvā ca
sarvatra sarvendriyāṇaṃ
na cāsaṅgataṃ
naiva muktir na meyaḥ
cidānandarūpaḥ
śivo'ham śivo'ham
(I am all pervasive. I am without any
attributes, and without any form. I have neither attachment to the world, nor
to liberation (mukti). I have no wishes for anything because I am everything,
everywhere, every time, always in equilibrium. I am indeed, That eternal
knowing and bliss, the auspicious (Śivam), love and pure consciousness.)
(Pikiran
telah ku lampaui, tak berwujud namun berada dimana-mana, tidak terikat, tidak mengenal
kebebasan, dan tidak bisa di ukur. Aku adalah kesadaran murni, kebahagiaan yang
kekal abadi, itulah Aku!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar