PENDALAMAN
1
Berhentilah mencari Tuhan. Mau mencari di mana? Dia
berada dimana-mana. Lebih baik mencari setan, mencari hewan dalam diri. Begitu
mereka tertaklukkan, terjinakkan, Ketuhanan dalam diri akan muncul ke
permukaan.
2
Jika ada
tempat-tempat atau individu-individu yang dapat memicu terjadinya peningkatan
kesadaran, ada juga yang bisa menyebabkan kemerosotan kesadaran. Karena itu
seseorang harus sangat berhati-hati.
3
Meyakini kemandirian diri hendaknya tidak membuat
seseorang menjadi sombong, angkuh dan meremehkan peran para penuntun, para
guru. Jika itu yang terjadi, terjadilah kemerosotan kesadaran.
4
Sangat sulit meningkatkan kembali kesadaran yang sudah
merosot, karena kemerosotan kesadaran akan meningkkatkan kekuatan mind atau pikiran. Dan mind yang sudah meningkat kekuatannya
akan menjadi kebal terhadap upaya-upaya peningkatan kesadaran sebelumnya.
5
Karena itu, dibutuhkan seorang Guru, seorang Master,
seorang Murshid yang sudah bebas dari wabah ketidaksadaran, dan dapat
menegurku, menunjukan kesalahanku, entah melalui teguran langsung atau dengan
menciptakan keadaan tertentu, sehingga aku bisa menilai diri sendiri, bisa
melakukan introspeksi diri, bisa mawas diri.
6
Pertanda terjadinya kemerosotan kesadaran yang cukup
parah adalah ketika teguran seorang Guru membuatku tersinggung, hal mana
membuktikan bahwa penglihatanku sudah kabur, perasaanku sudah mencapai titik
minimum, sehingga tidak dapat merasakan kasihnya.
7
Jika demikian yang terjadi, dengan sisa kesadaran yang
masih ada aku harus melupakan segala pekerjaan dan mendekatkan diri dengan Sang
Guru. Aku yakin, berada di sekitarnya selama beberapa hari saja bisa
membebaskan diriku dari penyakit ketidaksadaran.
8
Selama berada dekat Sang Guru, hendaknya kita tidak
merasa pintar. Apalagi bertindak “sok pintar”. Serahkan urusan dunia kepadanya.
Kita cukup mengurusi diri sendiri.
9
Guru adalah
jembatan antara manusia dan Tuhan. Dalam diri Guru, kemanusiaan dan
ketuhanan—dua-duanya tampak jelas. Jembatan yang selalu ada, tidak pernah tidak
ada. Berbahagialah dia yang telah menemukan jembatannya.
(Novel Spiritual, “Shangrila
- Mencecap Sorga di dunia”, karya Anand krishna. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar