[Wejangan Kiai Ganjel pada Perayaan Malam 1 Suro tanggal 16 April 1999]
KASAMPURNAN
(Jalan Kesempurnaan Hidup)
1 Suro
merupakan inkarnasi, merupakan awal hidup dalam terang bukan puncak. Dari tahun
ke tahun manusia selalu ingin lebih, dan menggali, mengerti lebih dalam agar
lebih maju dan lebih baik dari masa lalu.
Makna
Paskah, apa yang dialami Tuhan Yesus pada puncak-puncak kehidupannya. Puncak
kehidupan manusia pada saat membuat keputusan dan pelaksanaan keputusan.
Membuat
Keputusan
Bagaimaana Tuhan Yesus membuat keputusan,
...Keputusan
antara mengikuti Kemauan Sendiri atau Kemauan Allah...
Berdoa di Taman Getsemane:
“Ya Bapa, lewatkan piala kesengsaraan padaku...tetapi
jangan terjadi karena kehendak ku, tapi terjadilah
yang menjadi Kehendak Mu”
Yesus Sedih dan Gemetar, keringat meneteskan darah
(:merupakan penderitaan). Disini Tuhan Yesus memberikan pengajaran bahwa dalam
membuat keputusan itu bukanlah suatu hal yang main-main atau hal yang
sembarangan.
Ada
berapa banyak manusia di dunia ini yang mengalami kegagalan, inti dari
kegagalan karena membuat keputusan yang salah. Kenapa sampai salah membuat
keputusan karena kita sering menyederhanakan sesuatu, menggampangkan, tanpa
pikir panjang dan resiko kegagalan adalah lebih menyakitkan.
Pemuda-pemudi sekarang ceroboh dalam membuat keputusan,
mudah berjanji/membuat keputusan dan jika di ingkari bisa menyakitkan orang
lain, menyakiti perasaan orang lain.
Kualitas seorang pribadi akan terlihat saat ia membuat
keputusan. Memutuskan mempunyai konsekwensi tidak ringan.
Gantharwa
mengajarkan tentang keseriusan, bahwa orang yang serius itu bukan masalah
tertawa atau tidak tertawa tapi apa yang di ucapkan atau apa yang menjadi
janjinya itu dinyatakan/dijalankan. Apalagi keputusan yang menyangkut Bapa
itu tidak sembarangan.
Orang-orang yang tidak mengerti memandang Yesus kebingungan, bingung memutuskan
mengikuti Kehendak Sendiri atau Kehendak Allah. Apakah Yesus itu benar bingung?
Sesungguhnya Yesus tidak pernah mengalami kebingungan,
bagaimana Tuhan Yang Maha Tahu sampai kebingungan? Tuhan Yesus memerankan diri
sebagai umat manusia, mau menyampaikan suatu pengertian bahwa manusia akan
mengalami kebingungan saat membuat keputusan mengikuti kehendak sendiri atau
Kehendak Allah, sama seperti Yesus saat berdoa di Taman Getsemane. Harus
dilihat, Yesus sebagai Yesus atau Yesus memerankan sebagai umat manusia.
Apa yang mempengaruhi manusia membuat keputusan.
Pada
dasarnya manusia memiliki kemauan, dari kemauan menimbulkan Karso/Niat, sampai
pada niat tanpa ada keberanian maka ia akan berhenti disini dengan kata lain
niat yang tidak terrealisasi.
Karso membutuhkan Keberanian untuk menghasilkan suatu
keputusan.
Keputusan yang lengkap/utuh
dipengaruhi oleh,
1.
Kawruh/Pengertian.
Pengertian terjadi karena pengalaman dan informasi yang
diolah oleh kecerdikan. Kawruh tanpa
kecerdikan akan tetap sebagai kawruh.
2.
Kadigdayan/Kemampuan/Kekuatan.
Pertimbangkan sejauh mana Kemampuanku. Isi dari
kemampuanku yaitu kemampuan diri
(talenta yang dimiliki) dan dukungan/bantuan.
Memahami kemampuan apa cukup! Tidak, pertimbangkan dalam
segi...
3.
Moral/Etika.
Tanpa memperhatikan hal tersebut banyak manusia ceroboh
bahkan salah dalam membuat suatu keputusan dan akhirnya menemui kegagalan.
Kegagalan itu penyebabnya ada 3(tiga):
1. Penyebab
pertama adalah Kebodohan, tidak
mengerti, selalu salah dalam membuat keputusan, hidupnya akan selalu
bermasalah.
2. Penyebab
kedua adalah Kelalaian/Lupa, orang
yang pernah mengerti sesuatu dan saat sesuatu itu di butuhkan semua itu
terlupakan.
3. Penyebab
ketiga adalah Kemalasan, orang yang
mengerti tapi tidak mau berbuat atau tidak mau melaksanakan apa yang telah
dimengerti.
Ternyata membuat suatu keputusan yang serius tidak
gampang, buktinya kebanyakan pasangan muda-mudi untuk melakukan perjanjian
nikah tidak berani, calon Pastor dekat-dekat finish memutuskan iya atau tidak
ketakutan. Sebenarnya ketakutan menjadi Pastor atau takut membuat keputusan?
Jadi orang jangan sembarangan, keputusan menetukan
kedudukan Yesus dengan Bapa, membuat keputusan maka timbul jalan salib.
Pelaksanaan keputusan.
Dulu
orang menganggap meninggalnya Yesus di kayu salib adalah suatu penderitaan, “Oh
menderitanya Yesus”, apakah benar? Ternyata tidak, Yesus bahkan tersennyum, “Oh
bahagianya Yesus”.
Mari kita lihat penyebab penderitaan,
Kita disuruh mencuci sepatu Pak Joko, apakah kita
menderita atau senang? Bila ia menerima pekerjaan dengan jengkel maka itulah penderitaan, tapi bila ia menerima pekerjaan
dengan senang dan gembira itu bukan
suatu penderitaan bahkan suatu kebanggaan dapat kepercayaan untuk membersihkan
sepatu Pak Joko. Sama-sama nyuci sepatu tapi reaksinya berbeda, dan yang
lain/penonton memberi komentar baik langsung atau tidak, “Rasain lu disuruh
nyuci sepatu” atau “Kok ia yang disuruh nyuci”.
Rahasia melihat itu sebagai suatu penderitaan atau tidak...
A. Ia menderita karena menjadi Reaktor/Bereaksi Negatif, maka itu menjadi suatu penderitaan.
Bereaksi yang positif menyenangkan dia atau bahasa lain positive thinking.
Apalagi hubungan antara Anak dan Orang Tua atau dianggap
Anak oleh Orang Tua. Apakah Yesus menderita melaksanakan Kehendak Bapa? Ia
melaksanakan dengan penuh kecintaan kepada Bapa. Dalam cinta tidak ada penderitaan. Penderitaan muncul karena ada dualitas—perbandingan, pembedaan,
kontradiksi—sedangkan cinta melampaui pikiran penyebab dualitas.
Sesuatu
itu kita anggap penderitaan karena melakukan dengan terpaksa dan itu akan
menyenangkan karena kita anggap itu adalah suatu
kesempatan untuk melaksanakan tugas dari Bapa atau berbuat jasa untuk Bapa.
Karena disini ada Pengharapan
Cinta maka tidak ada penderitaan.
Tanda-tanda Cinta itu pudar bila melakukan sesuatu dengan
terpaksa atau jengkel.
Dalam kehidupan Yesus berkorban bahkan rela mati di kayu
salib, cinta kepada umat manusia tiada
penderitaan, penonton tidak mengerti lebih dalam hanya kulitnya saja.
Bahwa
Yesus tidak menderita, kalau kita menganggap Yesus menderita berarti sama
artinya kita menyebut Nama Allah dengan tidak hormat.
B. Puncaknya Yesus dikayu salib dan Yesus berteriak-teriak:
“Eli-eli lama sabaktani...”, Ya Tuhanku, ya Tuhanku kenapa kau tinggalkan aku.
Yesus berteriak-teriak bukan Yesus sebagai Yesus, tapi memerankan diri sebagai umat manusia.
Yesus berteriak-teriak bukan Yesus sebagai Yesus, tapi memerankan diri sebagai umat manusia.
Manusia menderita kedua, penderitaan dari pelaksanaan keputusan yang puncaknya adalah urusan Hidup dan Mati, apakah aku tetap
pada keputusanku.
Salah-salah saat pelaksanaan keputusan orang merasa bahwa
itu adalah suatu penderitaan. Jangankan sampai mati, sementara orang-orang suci
atau merasa suci dan mengalami penderitaan ia menggerutu dan mengeluh, “Mana
keadilan Tuhan”. Jangan beriman yang dangkal.
Apa yang ingin Allah sampaikan lewat Guru untuk Anak-anak Jawa:
A. Pagare
dirawat sing apik lan kuncinen,
artinya pagar itu dirawat yang baik dan kuncilah.
Bagaimana merawat pagar?
a) Membersihkan Pagar, pengertian kebenaran belum utuh tercampur pengertian
yang salah, Anda harus meluruskannya jangan dicampuri dengan ajaran-ajaran yang
sesat.
b) Mempertahankan, apa yang memang baik itu
dipertahankan.
c) Diperjelas, jangan diterima sebagai Doa yang
sempit—hanya sebagai doa pagar—artinya yang luas, Pagar Pengetahuan. Diperjelas
dan Dimengerti.
“Terbebas
dari gaibing iblis dan manusia yang jahat”, penjelasan, Pengertian dari Allah itu sendiri murni,
bersih yang tercampur disini saat aku menerima salah-salah tercampur dengan
dasar yang tertanam—dalam kehidupan duniawi—dan dalam perjalanan kadang-kadang
pengertian hilang atau tidak ku mengerti lagi, maka perlu dipertahankan dan apa
yang diterima maknanya diperjelas.
Kuncinen atau Kuncilah!
Punya pagar yang bagus itu belum lengkap sebagai pagar
jika belum dikunci, maka pagar Difungsikan
atau Digunakan. Adanya kunci ya
dikunci.
Difungsikan untuk,
1.
Egoisku,
melindungi diri.
2.
Orang
lain, melindungi orang lain yang minta tolong pada Anda.
B. Diterima dalam Gambaran.
“Orang lari maraton pada lintasan bulat di Stadion,
dimana garis Start dan Finish di garis yang sama. Dengan fasilitas
kecerdikannya, finish hanya dengan melangkah satu langkah ke belakang. Sebelum
melangkah ia bersantai-santai. Dan yang tanpa fasilitas ia lari keliling
dengan sungguh-sungguh dan akhirnya sampai finish, dan yang punya fasilitas
kelabakan sampai lebih lambat bahkan tidak sampai.”
Makna : KESUNGGUHAN,
betapa pentingnya kesungguhan jangan hanya mengandalkan fasilitas.
C. Jalan Kesempurnaan Hidup.
Jalan menuju Kesempurnaan
secara luas dan banyak selama Pelajaran, apa yang ditekankan?
KEMAUAN DENGAN SEMANGAT LEBIH, Gentur Tapa Bratane.
Merupakan jalan
mencapai kesempurnaan hidup, kenapa?
Guru merefleksi diri dan ternyata benar, jika dunia
menerima apa adanya tanpa semangat lebih maka tidak akan ada kemajuan dunia,
dan ini menuju kesempurnaan.
Untuk mencapai kesempurnaan Coret kata Lumayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar