![Hasil gambar untuk osho](https://i1.sndcdn.com/avatars-000615341190-8h36f0-t500x500.jpg)
Bersama
Osho – Yang Tercerahkan
58
Manusia
bertanggung jawab terhadap dirinya sediri terhadap kemampuan, pengertian, dan
kesadarannya sendiri. Kemudian bertindak sesuai itu.
Humor,
senda-gurau, kasih itulah pertanda kehidupan.
Menghargai
kehidupan berarti memuliakan Allah. Karena tidak ada sesuatu yang lebih mulia
dari kehidupan itu sendiri.
61
Daripada
berpikir tentang revolusi dan berupaya untuk mengubah masyarakat, lebih baik
berpikir tentang meditasi dan berupaya untuk mengubah individu.
Ia
yang ingin hidup bebas harus belajar menerima tanggung jawab. Tidak lagi
mencari kambing hitam. Dan bertanggung jawab penuh atas apa pun yang terjadi
pada dirinya.
63
Berubah
selalu. Biarlah langkahmu tak terprediksikan. Biarlah hidupmu tak teramalkan.
Yang bisa diprediksi hanyalah sebuah mesin. Yang tak berubah hanyalah jasad tak
bernyawa.
64
Keagamaan,
inti agama bukanlah suatu untuk dipercayai, tetapi sesuatu untuk dihidupi,
dialami.
65
Keberadaan
satu adanya. Walau memiliki sekian banyak wujud, sesungguhnya Ia satu dan sama.
Satu zat ketuhanan dengan sekian banyak ciptaan.
66
Pengetahuan
tentang dunia dengan seluruh isinya sungguh tak berarti, bila dibandingkan
dengan pengetahuan diri.
67
Tidak
ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah. Tidak ada dua orang yang
sama. Setiap individu sungguh unik.
68
Lakukan
sesuatu yang menyenangkan. Menyenangkan bagi dirimu dan bagi setiap orang di
sekitarmu. Sesuatu yang dapat mengubah hidupmu menjadi lebih berirama. Sesuatu
yang bisa menciptakan perayaan di sekitarmu. Kehidupan seperti itulah yang
memiliki arti.
69
Saya
tidak pernah melihat seorang pun yang berhasil memperoleh segala sesuatu di
dalam dunia ini. Banyak yang telah mencobanya, tetapi gagal semua.
70
Dunia
ini akan menjadi tempat yang sangat indah dan nyaman untuk dihuni, bila kita
bisa menerima orang lain, sebagaimana ia adanya.
71
Sesungguhnya
engkau hanya memiliki “se”-saat. Saat “ini” saja. Bila terlewatkan, saat ini
tak akan kembali. Terserah, mau kau apakan. Hidup dalam saat ini atau
membiarkannya terlewatkan begitu saja.
72
Engkau
tidak bisa memilih antara pikiran dan rasa. Rasa dibutuhkan untuk berhubungan
dengan keberadaan. Pikiran dibutuhkan untuk berhubungan dengan masyarakat.
73
Kebiasaan
memang mudah. Kesadaran agak sulit, tetapi hanya di awal saja.
74
Dengarkan
suara hati nurani. Dialah sang guru sejati.
75
Kematangan
tidak berkaitan dengan pengalaman hidup. Tetapi dengan pengalaman batin. Dengan
penitian jalan ke dalam diri.
76
Kau
tidak melihat dunia sebagaimana adanya. Kau melihat dunia sebagaimana pikiran
memaksamu untuk melihatnya.
77
Manusia
tidak memiliki tempat tinggal, sebelum ia menemukannya di dalam diri.
78
Persahabatan
adalah bentuk cinta yang paling murni, paling tinggi. Seorang “sahabat” tidak
mengharapkan sesuatu. Ia sudah merasa bahagia karena bisa memberi. Memang betul,
ia pun menerima. Tetapi hal itu terjadi sendiri. Ia tidak pernah memikirkan
imbal-baik.
79
Kematian
adalah pendapat orang lain tentang diri-“mu”
80
Keinginan
bukanlah sesuatu yang bersifat spiritual. Sehingga “keinginan spiritual” itu
tidak ada.
81
Kau
berasal dari ketiadaan dan akan kembali pada ketiadaan. Antara dua titik
ketiadaan itu, sesungguhnya engkau hidup dalam ketiadaan pula. Dengan berpikir,
“aku begini”, “aku begitu”, sesungguhnya engkau menipu diri.
82
Kebenaran
tidak mengenal setengah-setengah. Ia harus utuh. Bila tidak, ia lebih jelek
dari kebohongan.
83
Kau
telah melihat dunia luar. Ternyata tidak ada sesuatu yang bermakna. Sekarang lihatlah
ke dalam diri. Matamu yang tidak menemukan sesuatu di luar akan menemukan segala
sesuatu di dalam.
84
Ingat,
“kewajiban” adalah sebuah kata yang jelek. Kasih tidak mengenal kewajiban. Ia melakukan
banyak hal, tetapi karena senang melakukannya. Bukan karena kewajiban.
85
Hidup
ini sesungguhnya sederhana, mudah. Kita membuatnya menjadi sulit dengan
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar