Saadhanaa
Panchakam
Lima
langkah mencapai Kesadaran atau Pencerahan
Butir
Kedua: Jagalah Pergaulanmu
Penegasan butir pertama.
Diri manusia berlapis-lapis
dan muncul kesadaran, “Aku bukan badan,
Aku adalah Jiwa”.
Tao tidak bisa dijelaskan
oleh pikiran atau ada yang menyebut metanoia
(noia adalah pikiran yang halus sekali).
Dalam bahasa Yesus, “Kembalilah
kedalam dirimu”. Bertobatlah, dari
akar kata toba yang berarti return.
Tao dalam Veda disebut Paramatma.
Berada dalam keadaan bahagia
sekali atau dalam keadaan sedih sekali efek yang terjadi di otak sama. Maka Sang
Buddha menganjurkan Jalan Tengah,
berada di tengah. Dan ini bagi ukuran Sang Buddha.
Middle
ways
kita lain-lain, maka kita harus menemukan midde
ways kita masing-masing.
Untuk tumbuhan muda butuh
perlindungan dari gangguan hewan, kemlebaban tanah perlu dijaga. Singkatnya butuh
perlindungan khusus.
Begitu juga benih kesadaran
yang baru mekar butuh pergaulan yang tepat untuk menunjang pertumbuhannya. Atau
disebut satsang, atau Right Company.
Inti dari satsang adalah Saling Menunjang, membantu perkembangan evolusi spiritual setiap
pribadi dalam kelompok.
Bukan good company, bukan pergaulan yang baik. Karena baik-buruk adalah
relatif, berdasarkan apa?
Satsang hanya dibutuhkan
bagi orang-orang sakit, dan sakit disini ditunjukkan kepada ia yang memiliki
badan; dijelaskan juga bahwa badan
adalah tumor bagi peningkatan kesadaran.
Dari segi medis dinyatakan
bahwa badan merupakan penjabaran dari otak.
Ada ‘sesuatu’ yang kurang
dalam mind, ‘sesuatu’ yang bisa
berupa keinginan-keinginan yang tak terpenuhi, obsesi-obsesi terpendam dan lain
sebagainya, membutuhkan tempat penampungan maka diciptakan otak dan untuk
mengekspresikan diciptakanlah badan.
Saat manusia berinteraksi
keluar, manusia memiliki hutang.
Pertama,
hutang kepada DEWA atau Kemuliaan. Kemuliaan dalam diri manusia. Mulia berarti membahagiakan orang lain. Apakah hari
ini kita telah berbuat mulia?
Kedua,
hutang kepada PITRA atau Keluarga atau Leluhur. Kewajiban pada keluarga harus
diselesaikan. Penekanan: Berkarya Tanpa
Pamrih. Meninggalkan buah dari karma, energi yang dimiliki full dipusatkan
pada kegiatan kerja itu sendiri.
Harapan yang tak terpenuhi
menyebabkan kekecewaan, dari kekecewaan menimbulkan amarah, dari kemarahan kita
menjatuhkan atau menyakiti orang lain.
Ketiga,
hutang kepada RISHI atau Kebijakan itu sendiri. Yadnya atau team work
ialah mengorbankan kepentingan diri
untuk kepentingan orang lain. Atau berkorban demi kebajikan itu sendiri. Hal
ini susah, susah, susah sekali! Penghalang: Keterikatan pada keluarga, anak,
masyarakat…
Keempat,
hutang kepada Masyarakat. Dianggap lunas jika dengan sukarela memberikan
sebagian penghasilan kepada orang lain. Tujuan: menumbuhkan kesadaran untuk berbagi, kepada setiap orang. Selama ini
kita kehilangan sentuhan dengan diri sendiri dan masyarakat.
Apapun yang terjadi pada
diri kita akan mempengaruhi orang lain. Atau dengan perkataan lain kesadaran satu manusia mempengaruhi seluruh
umat manusia.
Kesadaran satu orang Buddha,
satu orang Krishna, satu orang Yesus, satu orang Muhammad dapat mempengaruhi
kesadaran seluruh umat manusia.
Sesuatu yang memanjakan dan
membuat malas bukaanlah tindakan spiritual.
Kelima,
hutang kepada BHUTA atau keberadaan non manusia. Tumbuhan, bebatuan, sungai,
lautan, hewan… Menjaga lingkungan.
Menjaga pergaulan saat
berinteraksi dengan masyarakat luas, apa yang menjadi tolak ukurnya? Kita harus tahu persis kesadaran kita ada
dimana! Apakah kesadaran kita baru tumbuh, proses pematangan atau sudah dewasa.
Tolak ukur secara batiniah:
1. Apa dalam pergaulan itu menunjang evolusi
spiritual saya?
2. Apakah ia menunjukkan kesalahan-kesalahan
saya? bagi yang menunjukkan kesalahan-kesalahan kita ialah yang dapat disebut
sahabat.
3. Apakah membantu memberdayakan diri?
(Wejangan
Guruji Anand Krishna pada Temu Hati, hari Selasa, 16 Mei 2006 di Anand Krishna Center
Denpasar, Jl. Pura Mertasari 27 Sunset Road, Abianbase Kuta, Pemecutan Klod,
Kec. Denpasar, pukul: 19.00-21.00 Wita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar