![](https://i.pinimg.com/564x/2d/5c/63/2d5c6315694d42206ccb06e89d577afb.jpg)
Menganggap orang lain sama seperti aku (: kesalahan) tapi menjadi seperti dia,
fleksibel(: kebiasaan, pendapat, cita-cita) selama tidak bertentangan secara
prinsip. Seperti naik kuda, dikendalikan untuk mencapai tujuan. Kita turuti
dia, tanpa disadari ia mengikuti kita; penuhi kebutuhannnya dulu baru tawarkan.
Cerita yang menyenangi dia, yang positif menurut dia pelan-pelan tunjukan bahwa
dibalik itu ada negatifnya.
Pikiran pertama orang-orang yang datang adalah wajar
melihat sesuatu itu apa keuntungannya bagiku, bukan aku butuh kalian tapi
kalian butuh aku, tidak mau rugi. Kita tidak harus goncang . Contoh seperti Ibu
kepada anak-anaknya, ibu beradaptasi berbahasa anak-anak, pelan-pelan diajak
berbicara yang benar.
Langkah mengenal, kesan pertama, iklan adalah tampil menarik,
orang suka yang menarik; ada gula ada semut, gaet cewe-cewe otomatis yang pria
datang, tampil mengagumkan, membuat heran, dalam hal apa? Di
bidang yang ditekuni. Langkah selanjutnya adalah percaya bahwa ini dibutuhkan,
dan meyakini, mengiyakan bahwa inilah yang berharga.
Hati-hati saat mengungkapkan kehebatan jangan sampai
berkembang menjadi kesombongan. Dalam perkataan terlihat kwalitas dirinya.
Jadilah seniman dalam penyampaian. Keillahian menyangkut keseluruhan
yang positif, empat saudara satu pancer.
Terjadinya Perubahan ditentukan oleh diri sendiri, diri
sebagai penentu. Orang lain hanya sebagai terang, cahaya, ikut berperanan
dalam perubahan, untuk itulah para Nabi turu ke dunia. Hal lain yang mempengaruhi
perubahan adalah kemauan untuk berubah, banyak yang mau tapi
tidak mengerti maka butuh cahaya.
Yang diterima apakah ‘diakui sebagai mutiara’? ini
yang menentukan sukses dalam bidang masing-masing. Gagal dalam kata-kata
(penyampaian ajaran), tunjukan dalam sikap atau tauladan.
Membentuk diri pribadi yang berkwalitas seperti yang diajarkan, dan penempatan
yang tepat dalam lingkungan.
Dari buahnya yang baik mereka akan melihat tanamannya.
Temukan mutiara dalam kehidupan kita apa adanya.
Kehilangan benda.
Jangan hanya memperhatikan masalah bendanya, tapi mengapa bisa hilang?
Merupakan teguran, daripada yang berharga hilang. Tanda rakus, tidak
memperhatikan kesejahteraan karyawan. Tindakan pencurian adalah tanda
tidak mampu atau lumpuh,(:hati) mau minta, ya jangan mencuri. Hidup ada
negatif dan positif, harus ada take and give.
Seperti uang(:sesuatu yang ada nilainya), berlebih
tolak; menerima beri yang lain. Butuh diterima, dosisnya tepat. Sebagai petani dosisnya
menerima padi.
Tidak sesuai. Dampaknya, gagal penggaraman karena uang.
Menerima kalau itu mahal, menerima sesuai tingkat kesulitan, murah tidak di
hargai. Kalau tahu ia orang kaya yang pelit silakan ‘peras’, orang lain bebas.
Menerima pasien jangan pasang tarif, jika pasang hasilnya
tuntutan. Menerima sukarela, tidak sembuh karena suka rela. Menerima dengan kepantasan;
secara motif, cara, dan dampaknya. Harus mengerti utuh. Karunia Allah jangan
fokus pada diri sendiri nanti tergoda. Jangan diperbudak pasien. Jasa atau uang
membuat sungkan, jangan berhutang budi.
Siap dituduh, dimaki-maki, harus tegas dalam prinsip. Kembali
ke basic Kasih.
Mau tanding untuk makin berkorban atau melayani,
inilah kasih. Tanding ‘apik-apik’an, tanding ngelakoni ajaran
leluhur ?!
Melayani diri sendiri dengan gaya melayani orang lain, Hukum
Karma. Ukurannya seberapa, untungnya lebih atau kurang, kita sendiri yang tahu.
Ditutup
dengan doa, “Ya Bapa berkati kami, agar kami pantas dan berkenan kepada
Mu”. Amin.
(Wejangan Kyai Ganjel pada Kliwonan
03 April 2000, Padepokan Gantharwa, Cibolerang Indah Blok H1 Caringin,
Bandung, Jawa Barat)
(http://gantharwa.org/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar