Kebersamaan, Guru dan Para Muridnya
Mari setia
pada hal-hal yang kecil. Doa merupakan kesempatan bertemu Tuhan. Tuhan tidak
pernah bermasalah yang bermasalah adalah manusianya. Lupa doa pagar dampaknya
tidak ada bagi Allah tapi dampaknya kepada kita sendiri. Kenapa? Apa karena bodoh, tidak juga karena sudah diajari;
lalai, mari kelalaian yang kecil
kita perhatikan dan malas. Jangan
merasa bisa tapi bisa merasakan.
Disini semuanya tidak dipaksakan, cinta itu penawaran bukan
pemaksaan. Dalam keluarga Gantharwa tidak ada aturan yang diharuskan. Tata
krama tetap dilaksanakan karena merupakan pancaran hati kita. Bebas bukan
karena diatur tapi karena menyadari.
Renungan, gambaran pesta. Didalam ruang
pesta Bapak menyediakan makanan yang enak-enak; enak bagi Bapak tapi itu semua
bukan selera orang-orang yang ada di pesta.
Sekarang dan
untuk selama-lamanya, apakah dengan itu kita tetap dekat dengan Tuhan secara
manusiawi, secara roh itu tak masalah. Sejauh mana kesungguhan, kepekaan hati kita
sejauh itu pula kita gunakan untuk menyikapi hidup.
Anak Tangga Keimanan,
1.
Disiplin pada aturan, Syariat.
2.
Menyenangi, Tarekat.
3.
Mengerti makna, Hahekat.
4.
Menjalankan Pengertian utuh, Marifat
Kepada yang
baru belajar berdoalah sebaik-baiknya, dalam sikap. Untuk menghadirkan dampak
yang baik pada lingkungan.
Lanjutan
doa. Mendoakan orang, bagaimana membuat orang komunikasi dengan
Allah.
Orang itu kepada Tuhan sehingga dia menerima berkat. Bisa
dalam bentuk teguran atau bujukan, ”Buka hatimu terimalah kasih Tuhan”,
bisa juga secara batin. Aktifitas waktu banyak gunakan untuk konsultasi,
menyentuh orang itu dengan kesadarannya agar mau menerima kasih Allah.
Pertolongan pada intinya adalah memberi Pengertian dan Kekuasaan. Buat cerita
yang isinya Lima Langkah Doa.
Kebingungan,
bagaimana menolong orang sakit, yang hanya diam tidak bisa menasehati?
Tantangan.
Tegur atau sentuh, dalam batin, agar menerima cahaya dari Gusti. Tugas dari
Allah tidak dituntut hasilnya, berikanlah dimana kita punya.
Diperlukan kemauan,
kemampuan dan kesetiaan untuk menyampaikan Pengertian agar dia
mau menerima kasih Tuhan, sehingga orang itu manunggal dengan Tuhan.
Perlunya kelemah-lembutan, lebih kearah fisik, berhasil tanpa merusak,
mengambil ikan tanpa membuat air menjadi keruh; menyindir dan yang disindir
tidak marah tapi senyum.
Secara dalam
adalah Rendah Hati, ketemu yang lebih rendah tidak sombong dan ketemu yang
lebih tinggi percaya diri. Dengan keberadaan kita ia menjadi senang, masuk
lewat pintu dia dan keluar lewat pintu kita.
Hormat itu
kepada,
1)
Yang menegur kita –pelajari cara menegur dan situasi yang di
tegur.
2)
Yang bekerja keras diladang tuhan.
3)
Guru –orang tua, guru sekolah, dosen.
Bereaksi
positif, menegur, menasehati itu tanda Cinta biar kita selamat.
Langkah Menginduksi
:
a.
Hadirkan Keheranan dengan kelebihan atau keunggulan (pengertian,
tinggkah laku, sikap, pakaian, dsb).
b.
Dari heran akan membuat Kagum.
c.
Kekaguman menimbulkan Kepercayaan.
d.
Dalam kepercayaan ia akan meng-iya-kan, nurut.
Memegang yang ia cari, mencari sesuatu yang orang lain butuh.
Sesuatu yang mendasar harus kita miliki. Seorang pemimpin harus
memiliki kelebihan dan kelebihan itu dibutuhkan.
Mengetahui secara umum sifat dari manusia, manusia menginginkan keindahan,
kenyamanan, pintar, aman, keceriaan juga
kebersihan. Orang yang berhasil (dihadapan manusia-pen) ialah yang mengetahui sifat
manusia. Mau tampil menang harus tahu andalannya apa? Terjadi benturan
karena tidak tahu andalannya.
Mengenal Allah sejauh Allah memperkenalkan Diri, orang
yang berhasil dihadapan Allah. Apa yang anda mampu dengar, yang anda
mengerti dari yang disampaikan. Mengerti dihadapan Allah yang dimengerti.
Membuka diri agar Allah memberi tahu apa yang harus dimengerti secara
pribadi. Yang tidak mengerti jangan disampaikan, jangan ngaku-ngaku mengerti,
sok tahu, ini yang kurang ajar, salah-salah akan menyesatkan orang. Pengetahuan
yang sia-sia, misalnya menghitung bintang di langit, cepat-cepat di cut ini bisa mengacau, bisa menjadi liar.
Pengertian lebih ke arah tugas, sebagai seorang petani harus
mengerti semua tentang pertanaian, sebagai pelaut mengerti tentang kelautan,
sehingga pengertian terhadap tugas full.
Umumnya orang tidak mau disalahkan, menegur atau merubah
orang jangan ditabrak, jangan ‘to the point’, mulai dari titik temunya dimana.
Menunjukan bahwa berubah sikap bukan karena orang lain tapi berubah sikap
karena dirinya sendiri, di ajak pada pemikiran yang benar.
Ditegur, berakhir dengan perdebatan, terjadi karena tidak
mengerti apa yang dia mengerti (kesadaran yang ditegur dimana-pen);
belajar menjadi orang lain.
Menyediakan diri, dengan telinga untuk mendengarkan; kaki
tangan untuk melakukan Kebenaran. Menyediakan diri sehingga weruh meningkat
merupakan proses pendewasaan. Pikiran-pikiran negatif tentang Allah muncul
cepat-cepat di cut, mengenal diri saja tidak semua kok mengenal Allah utuh!?
Berbahagialah
– diri, keluarga, masyarakat, negara- yang mendengarkan dan tekun melaksanakan
Sabda Allah. Pelajaran 35 hari adalah kegiatan kita dalam keluarga, masyarakat
sehari-hari yang utuh.
Merawat sangkar.
Bagaimana membuat sangkar? Membuatnya dengan, Pelajaran
Dimengerti, merupakan Kawruh atau Desain.
Prosesnya? Kliwonan (politik, jumat/go public-pen)
merupakan proses untuk mengerti.
Manjadi? Pengertian di-iya-kan, menjadi sangkar.
Merawat sangkar? Dengan setia, dihadapan Allah betapa
pentingnya kesetiaan.
Bekerja dengan Allah dilihat karena Kasih, karena Kesetiaan
bukan kwalitas. Tidak seperti Perusahaan yang menerima orang dengan kemampuan,
dengan seleksi dan kwalitas. Justru mungkin orang yang rusak yang butuh
Gantharwa, dengan resiko nama Gantharwa tercoreng.
Kalau kita tidak menggunakan kesempatan berarti itu suatu
kehilangan, gunakanlah kesempatan sebelum menyesal. Jabatan dalam rohani
itu bebas hambatan, ‘jadi Guru’ lebih kearah kwalitas kebenaran.
Bersaing untuk makin berkwalitas bukan saling berebut kursi. Mission Tuhan
harus tetap utuh. Kalau mau menjadi terbesar harus menjadi yang terkecil.
Focus kumpul lebih kearah ‘door prize’, seperti dalam
gambaran pesta. Makna lebih dalam adalah Pesta yang membawa Hidup
Abadi.
(Wejangan
Kyai Ganjel pada Kliwonan 03 Februari 2000, di Padepokan Gantharwa, Cibolerang
Indah Blok H1 Caringin, Bandung, Jawa Barat)
(http://gantharwa.org/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar