Abad
ke-4
CHUANG
TZU
Kata-kata Bijak
Kehidupan
yang terbaik adalah kehidupan yang selaras dengan keteraturan alam semesta yang
tak terlihat
THE
BOOK OF CHUANG TZU
“Menganggap sumber sebagai kemurnian dan
yang keluar dari sumber sebagai buruk; memandang peninbunan sebagai
ketidakmampuan; hidup dalam kedamaian dan dengan kejernihan spiritual, inilah
yang di masa lalu dikenal sebagai jalan Tao.”
“Jangan tejebak pada label; jangan
memiliki rencana jahat; jangan beranggapan Anda yang menentukan kejadian;
jangan bergantung pada pengetahuan. Pahami yang tak terbatas, dan mengembaralah
tanpa jejak.”
C
|
hina
2.300 tahun yang lalu mengalami periode penuh gejolak dan perang. Para penguasa
sangat menginginkan kemenangan dan bersedia memikirkan gagasan baru apa pun
yang bisa membantu mereka mengalahkan lawan dan mempertahankan kekuasaan. Di
masa ini hiduplah seorang filsuf yang cemerlang, Chuang Tzu. Ia diminta oleh
salah seorang kaisar untuk menjadi penasihatnya, tetapi ia menolak tawaran ini
karena tidak ingin dimanfaatkan oleh kekaisaran.
The Book of Chuang Tzu
menjadi salah satu karya penting tentang Taoisme, bersama Tao Te Ching, yang hadir 200 tahun lebih dulu. Konon Chuang Tzu
menulis sendiri tujuh bab pertama, bab lainnya ditulis oleh para pengikutnya.
Bab-bab ini berisi alegori dan anekdot yang melibatkan tokoh terkenal dalam
sejarah China, termasuk percakapan imajiner para pemikir besar seperti
Confucius, Lao Tzu, dan Lieh Tzu.
Setelah
membaca buku ini, kita bisa dengan mudah memahami keengganan Chuang Tzu bekerja
untuk penguasa, karena filosofinya menolak validitas kekuasaan duniawi dan mengagumi
anonimitas, bukan rencana besar. Ia menyatakan secara tidak langsung bahwa
kekacauan periode Warring State terjadi karena orang telah kehilangan kesaranan
tentang Tao, yang sebelumnya pernah “menyatukan langit dan bumi”.
Apa
itu Tao? Tao adalah keteraturan alam semesata yang fundamental, bagaimana benda
secara alami bergerak. Orang yang bijaksana atau sukses menyadari kekuatan yang
mengerakkan alam semesata ini, tetap selaras dengannya, dan tidak pernah lupa
bahwa ia adalah sumber segala sesuatu.
Rendah Hati di Hadapan Tao
Dalam
bab “Masa Banjir Musim Gugur”. Chuang Tzu mempersembahkan alegori berikut ini.
Ketika
banjir musim gugur datang, Dewa Sungai Kuning merasa senang karena areanya
sekarang menjadi sangat luas. Ia mengalir dalam keagungannya melewati negeri,
hingga akhirnya tiba di Laut Utara. Disana ia bertemu dengan Jo, Dewa Laut, dan
merasa rendah hati melihat keluasannya dibandingkan dengan dirinya. Melihat hal
ini, Dewa Sungai Kuning teringat kisah seekor kodok yang duduk dalam sumur dan
terkagum-kagum melihat air yang ada di depannya, tetapi selamanya tidak
mengetahui luasnya lautan. Ia ingat serangga musim panas yang hanya hidup di
satu musim, yang tidak pernah mengetahui apa itu es. Demikian juga, tulisnya,
seorang terpelajar yang terkurung dalam ajarannya tidak bisa memiliki pemahaman
yang nyata tentang Tao. Ia mungkin menganggap dirinya hebat karena memiliki sebagian
pengetahuan Taoisme, tetapi ini tidak sama dengan menjadi selaras dengan Tao.
Orang
biasa tidak mau atau tidak bisa memandang prestasi mereka dari sudut pandang
yang tepat. Mereka hanya memperhatikan bentangan kehidupan mereka sendiri,
tidak menyadari ribuan tahun yang ada sebelum mereka atau pun kebesaran alam
semesta. Mereka banyak melakukan hal-hal kecil, yang hanya menyuntikkan
kecemasan dan kebingungan ke dalam dunia. Kisah ini menyiratkan bahwa kita
seharusnya berhenti menganggap diri kita seperti suangai yang besar, dan
menyadari bahwa kita lebih mirip setitik air dalam samudra.
Mengetahui
Totalitas
Bagi
manusia normal, ada perbedaan besar antara kaya dan miskin, kecil dan besar,
benar dan salah, berguna dan tidak berguna. Tetapi dari sudut pandang Tao semua
itu sama saja, semuanya satu. Itulah sebabnya mengapa orang yang maju tidak
akan melewati hidup dengan membuat penilaian dan perbedaan, melainka tetap
menjaga pikiran mereka sebagai bagian dari keseluruhan.
Keselarasan
dengan Tao memungkinkan Anda mengenali totalitas kehidupan, bukan hanya bagian
yang Anda sukai. Itulah sebabnya mengapa seseorang yang selaras dengan Tao akan
tampak sedikit terpisah: Mereka tidak terikat dengan satu aspek kehidupan tertentu yang merugikan
orang lain. Memiliki keterikatan ini berarti menyangkal reaitas kehidupan.
Orang lain, mengenal dunia hanya melalui kabut pikiran dan gagasan mereka
sendiri, tidak pernah memahami keagungan Tao.
Orang
yang memahami Tao bebas dari ketakutan tentang siklus kelahiran dan kematian,
nasib baik dan buruk. Mereka bisa hidup tanpa terlalu tenggelam dalam pencarian
hal-hal baik ataupun penghindaran hal-hal buruk, kebahagiaan mereka datang dari
ketenangan dan keterpisahan yang sempurna. Mereka melihat segala sesuatu
sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Mereka tidak bisa dibuat sakit hati
ataupun dihancurkan reputasinya, karena mata mereka terarah pada hal-hal yang
lebih besar.
Kebahagiaan Yang Ada di Balik Situasi
Ekstrim
Dalam
pemikiran Chuang Tzu, kita sebenarnya tidak boleh mencari kebahagiaan.
Pemikiran sebagian besar orang tentang kebahagiaan adalah mengejar hal-hal yang
mereka rindukan, dan dengan melakukan itu mereka terus ada dalam keadaan
beraksi. Dengan pikiran terpusat ke masa depan dan hal-hal abstrak, mereka
melupakan merawat tubuh mereka.
Tetapi
seseorang yang selaras dengan Tao tidak mencari “kebahagiaan” jenis ini. Kebahagiaan
yang sesungguhnya terjadi karena tidak memiliki beban manusia normal, yang
terus berayun antara kegembiraan dan kesedihan, kemenangan dan kegagalan.
Tetapi kita bisa melampaui situasi ekstrem ini dan hidup dalam keadaan
“tindakan tanpa aksi”; artinya, tindakan kita dilakukan dalam keselarasan
dengan Tao, bukan dalam rangka mengejar hasrat dan keinginan kita sendiri.
Sebagian
besar orang bisa berkata, “Aku sekarang puas” atau “Aku merasa bahagia”, tetapi
jenis kepuasan seseorang yang selaras dengan Tao adalah tidak ingat lagi apa
itu kepuasan, dan tidak tahu seperti apa rasanya tidak bahagia. Kebahagiaan
karenanya lebih dari sekedar mencapai sesuatu “keadaan” bahagia. Kebahagiaan
ini ditemukan dengan cara melampaui prinsip normal pikiran manusia, hasrat, dan
emosi, mencapai ketenangan yang sempurna.
Memilih Anonimitas
Manusia
yang besar tidak memamerkan amal dan tidak berusaha mencari pengaruh. Mereka
tidak memandang rendah orang yang melayani mereka, ataupun mengakui hal-hal
yang tidak mereka lakukan. Meski meyakini kemampuan dirinya, mereka tidak
menghukum si tamak atau si kikir. Mereka tidak mementingkan diri sendiri, bukan
seperti yang dilakukan orang suci, tetapi dalam pengertian bahwa hidup mereka
tidak menimbulkan gejolak. Sebaliknya, orang yang melindungi reputasinya, atau
ingin terkenal atau kaya, justru menimbulkan gejolak.
Dalam
percakapan dengan Confucius, Adipati Jen berkata, “Pohon yang lurus adalah
pohon yang akan lebih dulu ditebang, sumur yang airnya manis adalah sumur yang
akan lebih dulu kering.” Ia menunjukkan kepada Confucius bahwa pengetahuannya
telah membuat dirinya menonjol: Pengetahuannya membuat dirinya menjadi pusat
perhatian karena pengetahuan ini memperlihatkan kekontrasan antara dirinya yang
kaya pengetahuan dan orang lain yang minim pengetahuan. Poinnya adalah bahwa
seseorang yang menghabiskan waktu mereka untuk mempertahankan citra “hebat”
akan berakhir sebagai orang yang sibuk mempertahankan citra; mereka hanya terus
”mengaduk-aduk”. Seseorang yang selaras dengan Tao, di sisi lain, mencerminkan
sifat Tao—mereka tidak terlihat atau terdengar seperti seseorang yang istimewa,
walaupun demikian mereka memiliki suatu kekuatan khusus. Adipati Jen
menambahkan bahwa kekuatan sesungguhnya adalah menjadi unsur suatu kesatuan
yang lebih besar, seperti seekor burung dalam suatu kawanan.
Gagasan
Chuang Tzu tentang manusia yang sempurna adalah seseorang yang tidak berusaha
menjadi sumber cahaya bagi dunia: Mereka berperan sebagai saluran yang jernih
bagi cahaya itu, tidak peduli kapan dan dimana cahaya itu akan bersinar. Hal ini
membutuhkan kerendahan hati yang total, menjadi sosok yang “kosong dan bersih”.
Orang seperti ini tidak menginginkan kekuasaan dan tidak tertarik mengecam, dan
konsekuensinya mereka jadi tidak dikecam. Dalam bahasa yang sederhana, mereka
tidak membiarkan diri mereka masuk ke dalam tren kehidupan. Orang menganggap
mereka gila karena mereka mencari anonimitas, tetapi mereka tahu bahwa inilah
jalan kepuasan sejati.
Kehidupan Yang Sederhana adalah Yang
Terbaik
Seorang
penguasa China pernah berupaya mundur dari jabataannya dan bermaksud
menyerahkan tongkat kepemimpinan pada seorang pria bernama Shan Chuan. Saat itu
adalah masa di mana para penguasa diberi gelar “Anak-anak Langit”, dan menjadi penguasa adalah kehormatan yang
tertinggi. Tetapi Shan Chuan berkata, “Mengapa aku ingin memimpin sebuah
negeri?” ia memiliki kehidupan yang sederhana, mengolah tanah pertanianya dan
menikmati pergantian musim. Ia tidak bisa melihat kebajikan dalam kekuasaan dan
kehormatan. Sekali orang memilikinya, mereka akan menghabiskan seluruh waktu
mereka untuk terus berupaya memilikinya, dan ini bukan kehidupan.
Maksud
Chuang Tzu, seseorang yang selaras dengan Tao selalu memilih kehidupan yang
damai, bukan kekuasaan. Ironisnya, orang yang tidak tertarik dengan kekuasaan
justru yang akan menjadi penguasa terbaik, tetapi kaisar dan menteri seperti in
jarang ada. Demikian pula, seseorang yang selaras dengan Tao tidak menghabiskan
waktu mereka untuk mengejar keuntungan. Mereka bahagia dengan diri mereka dan
tidak menginginkan lebih banyak lagi. Mereka lupa mengapa mereka melakukan
pekerjaan mereka, menyatu dengan pekerjaan mereka, tanpa ego atau memikirkan
imbalan. Ironisnya, hal ini justru membuat hasil pekerjaan mereka menjadisangat
baik.
Karakteristik Orang Yang Selaras Dengan
Tao
Berikut
ini adalah karakteristik orang yang selaras dengan Tao, dikumpulkan dari
kisah-kisah dan ulasan Chuang Tzu:
· Orang yang selaras dengan Tao tidak memiliki
rencana besar, melainkan merespon berbagai hal yang muncul.
· Mereka memisahkan diri dari benda-benda,
karena mereka tahu bahwa hanya dengan demikian mereka bisa melihat orang lain
dengan jelas.
· Sebagian besar orang berusaha mencari
pemenuhan, tetapi orang yang bijaksana ingin menjadi kosong, menjadi saluran
bagi Tao.
· Orang yang selaras dengan Tao memiliki
kegembiraan seorang anak dalam hidupnya, dipadu dengan kebijaksanaan orang tua.
· Mereka melampaui moralitas konvensional. Jika
seseorang harus berpikir tentang kebajikan, hal itu berarti mereka tidak hidup
dengan alami.
· Orang yang selaras dengan Tao memandang “pengetahuan”
dari sudut pandang yang tepat, mereka memiliki pengetahuan yang berasal dari
kesadaran tentang totalitas hidup, melampaui pengetahuan orang yang terpelajar.
Karena
mereka berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda dari orang normal,
seseorang yang selaras dengan Tao mungkin tampak sedikit gila. Tetapi dari
sudut pandang mereka, cara orang lain menjalani hidup itulah yang aneh.
Kata Penutup
Pintu
masuk kedalam China Kuno yang dibukakan Chuang Tzu memang mengagumkan dan
mungkin membangkitkan minat Anda terhadap perkembangan Taoisme. Jelas ia
memiliki selera humor yang bagus, selalu menyelipkan lelucon ke dalam kekakuan adat
dan hirarki masyarakat China. Tetapi yang membuat karya ini abadi adalah
pemahaman Chuang Tzu yang sangat baik terhadap kondisi manusia.
Misalnya,
di zaman kita, orang peduli dengan “tujuan hidup”. Tetapi ChuangTzu mengajak
kita untuk mempertimbangkan bahwa alih-alih mencari pemenuhan, lebih baik
mengolah pikiran yang kosong melalui kontemplasi dan meditasi agar kita bisa
melihat dunia ini dengan lebih jelas. Dengan cara ini kita secara alami akan
menemukan kesempatan untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan siapa diri
kita dan apa yang perlu dilakukan di dunia ini. Jika kita menyadari konsep Tao
ini, ia akan memberikan kepada kita kesempatan untuk terhubung kembali dengan
suatu kecerdasan yang jauh lebih besar dari kecerdasan kita sendiri.
The Book of Chuang Tzu
adalah karya yang bisa Anda gunakan seumur hidup, untuk dimintai nasihat setiap
kali anda membutuhkan bimbingan dan pencerahan. Karena berisi alegori,
dibutuhkan interpretasi, dan penerjemahan yang baik telah membuat karya ini
menjadi lebih bisa diakses dari sebelumnya. Dua buku versi modern yang bagus
adalah yang diterjemahkan oleh Martin Palmer dan Elizabeth Breuily, serta
Jonathan Cleary.
(Sumber:
1. Buku 50 Spiritual Classics – Meraih
Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 Buku Legendaris
Dunia, karya Tom Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT BHUANA ILMU POPULER KELOMPOK
GRAMEDIA.
2. Gambar:
https://simple.wikipedia.org/wiki/Chuang_Tzu#/media/File:Zhuangzi.gif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar