![Gautam Buddha Images Photos Pictures Wallpapers & HD Statue Pics](https://i.pinimg.com/564x/a9/ce/9a/a9ce9a94aa3f6bb3a926a4a095188715.jpg)
The Sutra of
Loving Kindness
Merupakan
sutra yang singkat dari Sang Buddha. Singkat adalah kode yang harus dikodekan
kembali.
Sejarah
munculnya Metta Sutra.
Sang Buddha
mengintruksikan kepada seorang bhiku, murid Buddha, untuk meditasi di sebuah
hutan, yang konon hutan itu penuh dengan roh-roh gentayangan. Saat bermeditasi
sang bhiku diganggu oleh roh-roh tersebut hingga tidak tahan. Dan melaporkan
keadaan tersebut kepada Sang Buddha. Ia mengadu, “Buddha tolong cari tempat
yang lebih tenang untuk meditasi”. Buddha menjawab, “Tidak perlu, saya akan
berikan “senjata” untuk mengatasi keadaan tersebut. Dan senjata itu adalah
Metta Sutra.
Meditasi
adalah gangguan, masuk ke alam meditasi berarti mengundang gangguan. Seorang
meditator adalah seorang pencari gara-gara, seorang meditator harus kegerahan
jika melihat kemunafikka dan kezaliman. Ia yang membiarkan kezaliman terjadi
berarti mendukung kezaliman itu.
Dalam Bahasa
Sanskrit, metta adalah maitri, metra,
mitra, sahabat. Dan sutra adalah
tali, tali yang mempersatukan.
Metta Sutra
berarti Tali Persahabatan, menjalin
persahabatan.
Sang Buddha
menasehati muridnya, “Bersahabatlah dengan mereka, dengan roh-roh tersebut”.
Persahabatan
ada batasnya. Perumpamaan, kita
bersahabat dengan air, ada air selokan, ada air minum, tapi kita tidak meminum
air selokan.
Bersahabat
berarti mengangkat derajatnya, mengajak ikut meditasi, setidaknya ada keinginan
untuk tahu tentang meditasi. Setidaknya ada
common bond, Janji Kebersamaan.
Bersahabat
berarti SATSANG.
Cinta tidak
dapat dijelaskan, tapi hasilnya dapat dijelaskan, metta.
Bersahabat ada taktiknya, ada rahasianya, ada kebijaksanaannya
antara lain :
Sutra-sutra
Ke-1. Berbuat Dalam Keahliannya,
oleh karenanya ada pada jalur kedamaian. Keahlian dalam berbuat baik.
Karena kita
sudah paham atau karena kita punya pikiran kita harus tahu apa yang harus kita
makan, apa yang harus kita perbuat, apa yang harus kita rasakan, apa yang harus
kita pikirkan, maka akan memperoleh kedamaian.
Aturannya
bagaimana? Cari sendiri dengan memberdaya diri. Ada permasalahan pikirkan
dengan pikiran yang lurus.
Ke-2. Tahu Persis
Masalahnya Dimana.
Ke-3. Jangan Berbelit-belit.
Buddha menasehati, “Berbicaralah apa adanya”.
Ke-4. Rendah Hati.
Ke-5. Tidak Sombong atau
tidak pamer. Semoga orang-orang ini cepat puas. Puas berarti menerima segala
yang datang pada kita.
Seorang
meditator harus bekerja lebih efisien dari pada mereka yang tidak meditasi.
Harus lebih efektif, produktif dan kreatif.
Mencari uang
butuh keahlian, menghabiskan uang perlu seni. Misal, mengeluarkan uang yang
hingga ratusan tahun kemudian alih-wujud uang masih ada.
Ke-6. Hemat, frugal, tapi
tidak kikir. Dia tahu uang itu digunakan untuk apa.
Ke-7. Menjalankan Kewajiban
tapi Tidak Terbebani.
Kewajibn
lebih kecil harus mengalah pada kewajiban yang lebih besar.
“Kewajiban
terhadap keluarga ku korbankan untuk melayani masyarakar, kewajiban terhadap
masyarakat ku tinggalkan demi Bangsa dan Negara, kewajiban terhadap Bangsa dan
Negara terpaksa ku lepas demi Umat Manusia, demi kepentingan dunia”.
Ke-8. Tenang, Penuh Kedamaian,
Bijak. “Apa yang saya pahami berusaha untuk saya laksanakan”.
Ke-9. Mengambil Langkah Tepat,
sehingga diperhatikan atau diteladani.
Melakukan
suatu kegiatan yang tepat sehingga diperhatikan orang dan diteladani, tanpa
bicara padanya harus melaksanakan kegiatan tersebut
Ke-10. Panca Indera Terkendali.
Tidak ada keinginan yang berlebihan.
Ke-11. Tidak Melakukan Sesuatu yang
Tidak Direstui Para Bijak.
Sekali lagi
butuh satsang. Setelah itu kebijakan diulang beberapa kali. Ini
pertanda kebijakan dinilai setiap saat. Tindakn ini bijak atau tidak? Dari saat
ke saat.
Ke-12. Semoga Semua Makhluk
Bahagia, Aman dan Ceria.
Kita harus
menciptakan ‘alasan’ untuk ceria. Apapun yang terjadi harus ceria. Keceriaan adalah
ekspresi damai, kasih dari dalam diri kita
Apakah orang
itu lemah atau kuat, pendek atau tinggi, dilihat atau tidak dilihat, lahir atau
belum, semoga semua bahagia.
Ke-13. Semoga Tidak Menipu atau Membenci. Juga tidak memaksa untuk
bersahabat.
Ke-14. Memperlakukan semua makhluk, sebagaimana Seorang Ibu yang menyayangi anak satu-satunya.
Ke-15. Menyebarkan pancaran
Kasih ke seluruh dunia. Tidak dibatasi oleh apapun.
Ke-16. Tidak meniatkan jelek pada orang lain.
Ke-17. Dalam keadaan berdiri, jalan, duduk, atau rebahan Tidak Ngantuk. Banyak yang
menerjemahkan mindfull sebagai awas. Ngantuk
berarti Tidak mencintai.
Begitu kenal
Cinta kantuk menguap, contoh saat pacaran tidak pernah ngantuk.
Ke-18. Selalu awas terhadap apa
yang sedang terjadi dalam pikiran. Ingatkan akan hidup yang baik seperti
sutra-sutra diatas.
Ke-19. Jangan terikat pada
spekulasi.
Ke-20. Bebas dari sikap ‘harga mati”.
Orang itu berubah. Pikiran jangan dipatok pada satu hal, adakan perubahan.
Ke-21. Bebas dari Ketergantungan.
Ke-22. Berjiwa atau Berhati
Bersih. Bebas dari keinginan yang berlebih maka akan terbebaskan untuk
selamanya dari samsara dari hal-hal dunia, dari penderitaan di dunia ini.
Nanak pun mengucapkan hal yang sama:
“Seluruh
dunia sedang menderita, satu yang bahagia. Siapa? Yang selalu bergantung pada
Nama Sejati, Diri kita yang Sejati”.
Wejangan ditutup dengan cerita:
Ada seorang
pelacur terkenal namanya…., menyuruh asistennya membeli parfum. Kebetulan pemilik
toko parfum tidak ada, dan yang melayani anaknya, dan anak ini tahu yang membeli
adalah seorang pelacur terkenal maka dengan harga yang sama beberapa parfum
diberikan lebih setengah-setengah.
Asisten terkejut,
“Kok parfumnya banyak?” dan di jawab “Harganya sama”.
Sampai dirumah
si pelacur juga terkejut, “Mengapa begini banyak”. Jawaban asisten sama seperti
pemuda tadi. Di dalam hati si pelacur berpikir, “Baik sekali orang itu, saya
harus ketemu dengannya”.
Disuruhlah asisten
untuk menyampaikan niatnya. Anehnya jawaban anak muda itu, “Belum saatnya ada
perjumpaan”. Si pelacur penasaran dan mengulangi beberapa kali dan jawaban yang
diterima tetap sama.
Suatu ketika
si pelacur mendapatkan tamu penting, seorang juru masak istana. Berbareng setelah
itu datang juga tamu yang kaya-raya, maka diputuskan melayani yang kaya-raya
duluan. Kepada para preman tempat itu ia memberikan instruksi menyingkirkan
tamu juru masak tersebut. Karena terjadi miskomunikasi dibunuhlah tamu
tersebut.
Setelah selesai
melayani tamu kaya-raya si pelacur menanyakan, “Dimana tamu juru masak!” dijawab,
“Telah disingkirkan!”. Si pelacur bertanya lagi, “Ya, dimana!?”. Akhirnya ketahuan
bahwa tamu itu telah dibunuh, si pelacur terkejut dan kehabisan akal. Diputuskannya
untuk menanam mayat tersebut di hutan.
Raja yang
mengetahui juru masaknya tidak pulang-pulang, jadi bingung karena itu adalah
juru masak yang sangat dia sayangi. Di utuslah para anak buahnya untuk mencari
dan diketemukan telah mati dan dikuburkan di hutan.
Diusut-usut,
ketahuan ia telah dibunuh dan dalangnya adalah si pelacur. Maka si pelacur di
hukum potong kedua tangan. Dengan masih berdarah-darah ia mengajak asistennya
untuk lari ke hutan dan tinggal disana.
Dalam keadaan
seperti itu, anak muda penjual parfum datang untuk berjumpa si pelacur. Melalui
asistennya pelacur menjawab, “Sekarang bukan saatnya untuk bertemu!”. Pemuda itu
memaksa, akhirnya si pelacur menutupi kedua tangannya yang buntung dengan kain
dan berjumpa pemuda itu.
Pemuda itu
berkata, “Kenapa selama ini aku menolak untuk ketemu, sebenarnya aku melihat
diriku sendiri, apakah aku hanya tertarik pada badanmu saja atau pada jiwamu,
sekarang aku tahu!”.
“Selesai sudah bicara masalah badan, mari
kita bicara tentang Jiwa, Spirit, Roh”.
(Wejangan Guruji Anand Krishna, pada Imlek hari
Kamis 07 Februari 2008, di Anand Krishna Center Denpasar, Jl. Pura Mertasari 27
Sunset Road, Abianbase Kuta, Pemecutan Klod, Kec. Denpasar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar