1976
FRITJOF
CAPRA
Kata-kata Bijak
Fisika
dan spiritualitas adalah dua sisi dari satu uang logam.
The Tao of Physics
“Kita bisa melihat bagaimana dua
fondasi fisika abad ke-20―teori kuantum dan teori relativitas―keduanya
mendorong kita untuk melihat dunia sama seperti pemeluk agama Hindu, Buddha,
atau Tao melihat dunia, dan bagaimana persamaan ini semakin terasa saat kita
melihat upaya yang dilakuakan baru-baru ini, yaitu menggabungkan kedua teori
ini untuk mendeskripsikan fenomena dunia submikroskopis…. Disinilah persamaan
antara fisika modern dan mistisisme Timur terlihat sangat jelas, dan kita
sering menghadapi pernyataan yang hampir tidak mungkin dikenali apakah
pernyataan itu dibuat oleh fisikawan atau oleh mistiku Timur.”
A
|
pa
hubungan fisika dengan spiritualitas? Fritjof Capra mengajukan pertanyaan ini
ketika ia, sambil bekerja sebagai peneliti di bidang fisika partikel, mulai
tertarik dengan agama-agama Timur. Deskripsi tentang materi dan realitas di
kedua bidang ini mengejutkan dirinya karena ternyata sangat mirip, meski
tampaknya tak seorang pun pernah menjelaskan hubungan antara keduanya. Bukan
fisika klasik yang dijadikan perbandingan, melainkan fisika kuantum yang
relatif masih baru, yang mengingatkan tentang cara memahami dunia yang―bagi
mata-mata knvensional―hanya bisa dideskripsikan sebagai sesuatu yang mistis.
The Tao of physics: An
Exploration of the Parallel between Modern Physics and Eastern Mysticism
telah menciptakan aliran penulisan yang baru yang menghubungkan ilmu pengetahuan
dengan spiritualitas, dan masih menjadi perhatian karena kegemparan yang
dibawanya tentang hubungan yang sebelumnya tidak diketahui. Diterbitkan pada
saat ilmu pengetahuan dan teknologi sedang berjaya, buku ini terasa mengejutkan
karena memadukan ilmu pengetahuan modern dengan fenomena alam yang aneh, yang
telah dideskripsikan dan dijelaskan oleh literatur spiritual berabad-abad yang
lalu.
Jagad Raya Yang Sama, Mata Yang Berbeda
Capra
menuliskan bahwa jagad raya yang dibayangkan oleh Isaac Newton pada abad-17
bersifat mekanis, mesin raksasa yang terdiri dari benda-benda bergerak yang,
jika Anda mengetahui hukumnya, bisa diprediksi sepenuhnya. Segala sesuatu yang
terjadi dalam alam ini memiliki sebab yang pasti, dan setiap peristiwa
mempunyai efek tertentu. Waktu dan ruang terpisah, dan jika seseorang mengamati
dari jarak yang cukp dekat, semua benda bisa diuraikan hingga ke intinya.
Jagad raya model Newton ini jelas
sesuai dengan cara kerja dunia kita sehari-hari, dimana sebutir garam jatuh ke
atas piring, sebuah bola terbang melintasi udara, planet beredar dalam tata
suryanya. Teori ini masuk akal. Tetapi, teori relativitas Einstein menunjukkan
bahwa benda tidak memiliki kepadatan seperti yang dirasakan oleh indra kita.
Benda bukankah “benda” melainkan energi, yang mengambil rupa dan rasa suatu
bentuk. Dunia ini tidak solid melainkan terus bergerak.
Ahli fisika kuantum pertama
membuktikan teori ini dngan penemuan
mereka bahwa materi, ketika diamati hingga ke bagian yang sangat kecil, lebih
baik dipahami sebagai suatu medan dimana bentuk-bentuk energi―proton, elektron,
dan sebagainya―tak henti-hentinya bergerak. Dan kontras dengan jagat raya “bola
biliar” versi Newton, dimana sebuah objek diduga mendorong objek lainnya untuk
melakukan hal-hal tertentu, dunia versi fisika kuantum jauh lebih cair, tidak
terikat pada hubungan sebab-akibat yang kaku. Para pelopor fisika kuantum,
Werner Heisenberg dan Neils Bohr tidak bisa mempercayai sepenuhnya hasil dan
implikasi sebagian dari percobaan mereka sendiri, seperti berikut ini:
· Partikel sering sekali muncul di
tempat-tempat yang tidak mereka duga.
· Mereka tidak bisa memprediksikan kapan
peristiwa subatomis tertentu akan terjadi, hanya bisa mencatat probabilitas
terjadinya peristiwa tersebut.
· Terkadang partikel akan terlihat oleh
para pengamat sebagai partikel, kadang-kadang tampak menyerupai pola gelombang.
· Berdasarkan hukum Newton, partikel
bukanlah objek, melainkan indikasi reaksi dan interkoneksi yang bisa diamati.
· Partikel tidak saling terpental satu
sama lain saat mempertahankan sifat utama mereka. Sebaliknya, mereka terus
menyerap satu sama lain atau bertukar sifat.
· Partikel hanya bisa dimengerti jika
mereka berada dalam lingkungannya, bukan sebagai objek yang terisolasi.
Singkatnya,
percobaan ini mengungkapkan bahwa sifat dasar dunia fisik kita bukan seperti
sekumpulan objek, melainkan jaring
interaksi yang kompleks dalam gerakan yang konstan.
Capra menuliskan bahwa nukleus sebuah
atom—“isi” atom—berukuran 100.000 kali kecil dari besar atomnya, namun menguasai
hampir seluruh massa fisik atom. Dari sini kita mulai bisa bisa memahami bahwa
apa yang kita ketahui sebagai kursi atau apel atau orang, meski tampak solid,
memiliki suatu struktur yang sebagian besar didasari oleh ruang kosong, dan
sesuatu tampak solid biasanya karena ia berada dalam keadaan bervibrasi hebat.
Meskipun demikian, guna memperkenalkan
satu dari sekian banyak paradoks dalam ilmu kuantum, “ruang kosong” itu nyaris
seperti hidup dan partikel bisa muncul secara spontan dari ruang itu tanpa sebab-sebab
yang jelas. Seperti yang dituliskan Capra: “Materi yang muncul dalam eksperimen
ini sama sekali berubah-ubah. Semua partikel dapat berubah menjadi partikel
lain; mereka diciptakan dari energi dan lenyap menjadi energi.” Dalam medan
energi partikel atom ini, perbedaan antara materi dan ruang kosong yang ada
disekelilingnya menjdi tidak jelas, dan ruang kosong itu sendiri menjadi
sesuatu yang penting. Ruang kosong ini sekarang dipahami sebagai sesuatu yang
hidup, dan bentuk fisik hanyalah “manifestasi sementara dari ruang kosong
tersebut”.
Ruang Kosong Sebagai Pencipta
Dengan
mendalami kosmologi Hindu, Tao, dan Buddha, Capra menyadari bahwa deskripsi
mereka tentang bagaimana alam raya ini berproses sesuai dengan penemuan aneh
dan paradoks dalam mekanika kuantum. Agama-agama ini, jauh lebih tua daripada
fisika Newton, telah lama memiliki paham keutuhan dan kekekalan.
Dalam Buddhisme, penyebab dari suatu
penderitaan adalah trishna,
keterikatan atau keinginan, yang tidak tahu bahwa hidup ini fana, di mana ilusi
kestabilan hanya akan menimbulkan masalah. Doktrin kefanaan ini ditemukan dalam
agama China, yang meyakini bahwa sifat alam adalah selalu mengalir dan berubah.
Salah satu buku utama tentang pemikiran China adalah I-Ching (Books of Changes/Kitab
Perubahan), yang akan menuntun pembaca pada tindakan yag komplementer dengan
gerakan hal-hal di suatu waktu.
Dalam fisika kuantum, terciptanya atau
hancurnya patikel sering kali terjadi tanpa sebab. Ada medan tempat mereka
muncul, dan lenyap, tetapi mereka seakan-akan beraksi di luar aturan
sebab-akibat. Tetapi Capra menuliskan bahwa kenihilan bukanlah kekosongan,
paradoks yang banyak disampaikan dalam agama-agama Timur. Hinduisme, misalnya
memiliki istilah untuk ruang kosong ini, yaitu Brahman, suatu medan potensi di mana darinya segala sesuatu muncul,
dan Tarian Shiva mengungkapkan proses abadi penciptaan dan penghancuran materi.
Dalam Buddhisme, sunyata adalah ruang
kosong yang hidup yang melahirkan segala sesuatu yang bersifat fisik. Hal utama
dari Taoisme adalah Tao, sifat kosong
dan tak terbentuk dari alam semeta, yang merupakan substansi utama penciptaa.
Oleh karena itu secara meyakinkan
Capra menyatakan bahwa paradoks kepadatan dan kefanaan serta kenihilan dan keberadaan,
yang telah membingungkan ahli-ahli fisika kuantum, telah menjadi bagian dari
agama-agama Timur selama berabad-abad. Ajaran yang sebelumnya mungkin hanya
dianggap sebagai jampi-jampi mistis, setidaknya dalam pandangan masyarakat
Barat yang rasional, ternyata terbukti benar. Ajaran Timur sejak dulu telah
mendeskripsikan (dengan kata-kata yang paling mungkin) dengan tepat sistem
penciptaan, bukan dalam istilah matematis melainkan dalam mitologi, seni dan
puisi.
Dari Banyak Menjadi Satu
Yin
dan yang di China menggambarkan
kekuatan yang kelihatannya berlawanan (feminin-maskulin, intuitif-rasional,
terang-gelap, dan sebagainya), tetapi sebenarnya mereka saling melengkapi, satu
sama lain saling membutuhkan agar bisa eksis. Capra menuliskan bahwa tujuan
mistisisme Timur, baik itu Hinduisme, Buddhisme, ataupun Taoisme, adalah untuk
mengetahui bahwa alam semesta ini merupakan satu kesatuan yang utuh, meski
tampaknya terdiri dari sejumlah besar objek yang terpisah-pisah.
Filsuf Prancis dari abad-17, Rene
Descartes, menggambarkan manusia sebagai makhluk yang berpikir, mampu menilai
alam ini secara objektif, dan peradaban Barat berkembang dengan membedakan
antara pikiran dan materi. Fisika kuantum telah menghancurkan pendapat tentang
objektivitas, karena eksperimen menunjukkan bahwa patikel mengambil bentuk yang
berbeda-beda tergantung bagaimana kita memutuskan untuk melihat mereka. Dalam bahasa
Heisenberg, “Yang kita amati bukanlah alam itu sendiri, melainkan alam yang
dilihat berdasarkan metode pengamatan kita.” Berarti, pola dalam alam yang kita
amati dengan sesuatu yang dianggap sebagai objektifitas mungkin bukan realitas
terakhir yang sesungguhnya, tetapi akan merefleksikan bagaimana pikiran kita
berkembang. Kita berhenti menjadi pengamat dunia atom, dan menjadi partisipan
di dalamnya.
Pelajaran dari fisika kuantum, serta
pendapat filsafat Hindu dan Buddha, adalah bahwa perbedaan antara pelaku,
tindakan, dan objek dari tindakan bersifat artifisial. Mereka semua adalah
satu.
Apa arti semua ini bagi kita secara
pribadi? Pemisahan antara pikiran dan materi yang dilakukan Descartes membuat
kita menganggap diri kita sebagai ego yang terpisah dalam raganya
masing-masing. Tetapi Capra mengatakan bahwa kesadaran tentang diri kita yang
terpisah dari dunia menciptakan rasa fragmentasi, dimana kita memiliki beragam
keyakinan, bakat, perasaan, dan aktifitas. Dalam Buddhisme ada istilah untuk
cara memandang hidup seperti ini di mana kita menganggap diri kita sebagai sebuah
ego yang berdiri sendiri: avidya atau
“ilusi”. Literatur Hindu, Bhagavad-Gita, mengatakan: “Karena jalinan kekuatan
alam, semua aksi terjadi tepat pada waktunya, tetapi manusia yang tersesat
dalam delusi egois berpendapat bahwa dirinya adalah seorang aktor.” Dan perhatikan
kalimat yang diambil dari Upanishad ini: “Ketika pikiran diganggu,
keanekaragaman hal terbentuk, tetapi ketika pikiran ditenangkan, keanekaragaman
itu pun lenyap.”
Dengan kata lain, dunia akan berubah
jika kita merasakannya dengan cara yang berbeda. Beranggapan dunia ini
terbentuk dari jutaan hal yang berbeda sangat sesuai dengan hukum Newton,
tetapi hal ini berpotensi menghancurkan jika kita menerapkan hukum ini pada
diri kita sendiri. Jika kita melihat dunia ini sebagai suatu kesatuan, kita
dapat menyembuhkan dan menyatukan diri kita sendiri. Kita tidak akan ingin
menyakiti orang lain ataupun merusak lingkungan kita, karena itu berarti
menyakiti diri kita sendiri.
Kata Penutup
Jika
Anda hanya mengambil satu poin dari The
Tao of Physics, hendaknya poin itu adalah: Ilmu pengetahuan modern
membenarkan lebih banyak lagi konsepsi spiritual atau mistis tentang alam
semesta.
Capra menyatakan bahwa mistikus dan
ilmuwan sama-sama pengamat alam dan keduanya melaporkan hasil penemuan mereka
dalam bahasa yang mereka ketahui. Mengingat bahasa ini berasal dari dua dunia
yang berbeda, maka adanya kesamaan dalam deskripsi mereka menunjukkan bahwa
kita semakin dekat pada pengetahuan tentang apa yang menggerakan alam semesta
ini. The Tao of Physics mampu
mengungkapkan bahwa alam semesta ternyata jauh lebih ajaib dari yang kita
bayangkan, atau setidaknya lebih ajaib daripada bayangan fisika konvensional,
dan di saat yang sama menunjukkan bahwa manusia telah lama mejalin pengetahuan
yang benar dari pola-polanya ke dalam mitologi, agama, dan seni, fisika Newton
mengharapkan adanya penjelasan sebab-akibat untuk segala sesuatu, tetapi agama
selalu tahu bahwa hal ilmiah bergerak dalam cara yang misterius dan ajaib. Dengan
kata lain, apa yang terlihat ajaib bagi ilmu pengetahuan, dari sudut pandang
spiritual, hal tersebut memang seperti itu adanya.
Sekarang sudah hampir 30 tahun sejak The Tao of Physics diterbitkan, dan ilmu pengetahuan
pun juga telah bergerak maju. Bagaimanapun juga, konsep dasarnya masih benar, dan
edisi tua tahun 1970-an mungkin akan menggemparkan pikiran Anda sama seperti edisi
yang lebih baru. Buku ini merupakan pengantar yang bagus untuk mendalami
agama-agama Timur, dan jika Anda tidak tahu banyak tentang bidang ini, hal itu
sudah bisa dijadikan alasan untuk membaca buku ini.
Frijof Capra
Capra menerima gelar doktor bidang
fisika teoritis dari University of Vienna pada tahun 1966. Ia bekerja sebagai
peneliti bidang fisika partikel di University of Paris, University of
California di Santa Cruz, Stanford Linear Accelerator Center, Imperial College,
London, dan Lawrence Berkeley Laboratory di Universuty of California. Ia juga
mengajar di University of California dan San Francisco State University.
Buku-buku
Capra yang lain di antaranya adalah The Turning Point, Uncommon Wisdom, The
Web of Life, dan The Hidden Connections.
Ia tinggal di California.
(Sumber: Buku 50 Spiritual
Classics – Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50
Buku Legendaris Dunia, karya Tom Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT BHUANA ILMU
POPULER KELOMPOK GRAMEDIA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar