Sabtu, 10 November 2018

JONATHAN LIVINGSTON SEAGULL


1970

RICHARD BACH





Kata-kata Bijak

Tujuan hidup bukan hanya untuk bertahan, melainkan untuk mencari kesempurnaan dalam diri Anda sendiri.





JONATHAN LIVINGSTON SEAGULL


“Ia berbicara tentang hal-hal yang sangat sederhana-bahwa seekor burung camar memang harus terbang, bahwa kebebasan adalah dunianya, bahwa apa pun yang mengekang kebebasan itu harus disingkirkan, baik itu ritual, atau takhyul ataupun pembatasan dalam segala bentuk.”
“Jonathan Seagull menemukan bahwa kejemuan, ketakutan, dan amarah merupakan sebab mengapa kehidupan seekor burung camar sangat singkat, dan dengan lenyapnya ketiga hal tersebut, ia akan menikmati kehidupan yang panjang dan menenangkan.”


Seperti halnya Starsky and Hutch, Jaws, dan jin cutbrai, Jonathan Livingston Seagull adalah ikon tahun 1970-an. Bahkan dibuat filmnya. Tetapi bagaimana tepatnya buku ini, dan apakah buku ini masih perlu untuk dibaca?
            Buku laris Bach ini adalah fabel tentang seekor  camar, Jonathan, yang berketetapan bahwa ia lebih dari sekadar seekor camar dan menginginkan sesuatu yang lain dari hidup ini. Buku ini tebalnya tidak sampai 100 halaman, termasuk foto-foto camar.
            Buku ini sekarang menjadi simbol dari spiritualitas alternatif atau New Age yang muncul sekarang ini-walau demikian, seperti yang telah dikatakan oleh banyak orang-pengalaman Jonathan dalam kisah ini merupakan alegori kehidupan Yesus.

Terbang memasuki daerah tak dikenal
Jonathan berbeda dengan burung-burung lain dalam kawanannya: “Bagi sebagian besar camar, yang utama bukanlah terbang, melainkan makan. Tetapi bagi camar yang satu ini, yang utama bukanlah makan, melainkan terbang.” Ayahnya berkata kepadanya bahwa “alasan kamu terbang adalah untuk makan” dan kamu tidak terbang demi terbang itu sendiri.
            Tetap saja Jonathan menghabiskan hari-harinya untuk mencoba menukik dengan kecepatan tinggi dan terbang sangat rendah di atas air. Ia ingin mempertinggi batas kemampuanya, untuk mengetahui apa yang mungkin. Sering kali usahanya berakhir dengan kegagalan yang menyedihkan.
            Suatu kali ia terbang menuju air lebih cepat dari yang pernah ia lakukan tetapi tidak bisa berhenti tepat waktunya. Ia menabrak air seperti menabrak dinding dengan kecepatan 145 km per jam. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Aku seekor camar. Aku dibatasi oleh kondisiku.... jika aku ditakdirkan untuk terbang dengan cepat, aku pasti sudah memiliki sayap pendek elang, dan makan tikus, bukan ikan.”
            Ia menerima nasib dirinya sebagai bagian dari kawanannya, melakukan hal-hal dengan cara mereka selama ini. Kemudian datanglah: Andaikan ia bisa terbang dengan sayap ditarik lebih rapat ke tubuhnya, ia akan memiliki sayap sebagus elang, tidak banyak mengubah arah ketika terbang dengan kecepatan hingga 225 km per jam, laksana “bola meriam abu-abu dibawah cahaya Bulan”. Hari berikutnya ia bahkan terbang melampaui kecepatan sebelumnya, lebih dari 322 km per jam, penerbangan tercepat yang pernah dilakukan oleh seekor camar.
            Dalam kegembiraannya Jonathan terbang ke bawah dari ketinggian dan tepat melewati kawanannya sendiri, untungnya tidak melukai siapapun. Ia menyadari bahwa ia telah membawa spesiesnya naik ke tingkatan baru. Begitu ia mengajarkan kepada mereka apa yang ia ketahui, pikirannya, mereka tidak lagi harus hidup melelahkan, pergi dari satu kapal penangkap ikan yang satu ke kapal yang lain, mengambil kepala-kepala ikan hanya untuk bertahan hidup. Ia akan menunjukan kepada mereka sebuah tingkat kehidupan yang lebih tinggi.

Si genius diusir
Tetapi esok harinya, Jonathan dipanggil menghadap majelis camar.  Karena “sikap tidak bertanggung jawab yang gegabah”, ia dipermalukan dan diusir dari kawanannya. Ia diberitahu bahwa ia tidak memahami tujuan hidup camar: makan agar bisa hidup selama mungkin.
Di luar tebing curam, Jonathan melewati hari-harinya sendirian, meratap Bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk peluang yang telah ditolak oleh kawanannya itu. Sepanjang waktu ia menemukan cara baru untuk melakukan berbagai hal. Dari pengalaman terbangnya ia menemukan bahwa tukikan terkontrol ke dalam air dengan kecepatan tinggi membuatnya bisa mendapatkan ikan yang rasanya lebih enak yang berenang agak jauh dari permukaan air. Secara ironis, kecintaan Jonathan terhadap terbang telah memberinya makanan yang berlimpah.
Jonathan kemudian bertemu dengan sekawanan camar yang lebih maju, camar yang terbang demi terbang itu sendiri. Mereka membawanya masuk ke dimensi yang lain, semacam surga bagi para camar. Dan ia dibritahu bahwa ia adalah camar satu-dari-sejuta karena ia telah menguasai pelajaran kahidupan, yaitu bukan sekedar menjalani melainkan mencari kesempurnaan lewat sejumlah cara. Sebagian besar camar harus melewati 1.000 kehidupan sebelum mereka menyadari hal ini. Ia diberi tahu, "Kita memilih dunia kita yang berikutnya dengan apa yang kita pelajari di dunia yang sekarang ini. Tidak mempelajari apa-apa, maka dunia yang berikutnya pun akan sama seperti yang sekrang, dengan keterbatasan dan beban yang sama yang harus diatasi." Kita harus mencari kesempurnaan kita sendiri-inilah tujuan kehidupan.

Camar Tuhan
Jonathan bertemu dengan seekor camar yang lebih tua yang telah meraih kesempurnaan sedemikian rupa sehingga ia bisa bepergian tanpa harus bergerak.  Ia cukup memikirkan suatu tempat dan ia pun langsung ada di sana. Jonathan merasa kagum.
Jonathan sendiri tiba disuatu titik dimana ia mengetahui bahwa ia bukan sekadar "tulang dan bulu" melainkan "gagasan sempurna tentang kebebasan dan terbang, tidak dibatasi oleh apa pun". Burung yang luar biasa bukanlah burung yang melakukan berbagai hal dengan cara yang berbeda, tetapi burung yang memandang dirinya sendiri dengan cara yang berbeda. Cara untuk terbang dengan lebih baik selalu ada disana, hanya menunggu untuk ditemukan. Jika Anda tidak pernah bertolak dari bagaimana Anda memandang diri Anda sendiri, Anda tidak akan pernah melihat bahwa Anda punya peluang lain. Belajar cara terbang dengan sangat baik, Jonthan menyadari, merupakan langkah untuk mengekspresikan hakikat sesungguhnya seekor camar-sebagai cerminan dari Tuhan.
Ketika Bach berbicara tentang "Camar yang Luar Biasa", alegorinya dengan Yesus terlihat jelas. Jonathan menjadi guru dan berkata kepada seekor camar yang bercita-cita tinggi bahwa ia tidak boleh mengeluh jika kawanannya mengucilkan dirinya. Ia seharusnya memaafkan mereka, dan suatu hari nanti mereka akan menghargai jalan yang ia ambil dan belajar darinya. Jika kamu berbeda, kamu akan dikategorikan sebagai seseorang yang baik atau yang jahat, kata Jonathan kepada murid-muridnya, tetapi apapun kategorinya, kamu tahu bahwa memilih cinta dan pengampunan adalah pelajaran tertinggi yang harus dipelajari.

Kata Penutup
Itulah garis besar isi buku ini, tetapi jika Anda ingin terinspirasi, Anda harus membaca kisah lengkapnya. Mungkin hanya butuh waktu 40 menit, tetapi buku ini dapat menjernihkan pikiran dan memperluas pandangan Anda, seperti kegiatan berjalan-jalan di pantai.
Mudah saja sekarang, setelah lebih dari 30 tahun, mengabaikan orisinalitas konsep buku ini. Meski sebagian orang menganggapnya naif, sesungguhnya bukui ini mengungkapkan gagasan abadi tentang potensi manusia.
Saat Anda pergi ke tepi laut, Anda mungkin akan melihat camar bertengkar memperebutkan sepotong keripik pedas atau sepotong kulit roti, menganggap mereka sedang mempertengkarkan sesuatu yang tidak perlu. Tetapi buku ini menunjukan kepada kita bahwa sebagian besar orang sama seperti camar dalam kawanan Jonathan: Andaikan mereka bisa lepas dari pola pikir mereka yang sempit, mereka akan menyadari kelimpahan yang sedang menunggu mereka. Jika Anda sedang memikirkan perubahan besar dalam hidup Anda, buku ini mungkin bisa memberikan rasa percaya diri yang Anda butuhkan.

Richard Bach
Lahir di Illinois pada tahun 1936, Richard Bach memperoleh pendidikan di Long Beach State College. Ia menjadi pilot maskapai penerbangan dan juga bertugas sebagai pilot pesawat tempur angkatan udara AS, pilot pengganti dalam pembuatan film, instruktur penerbangan, serta penulis teknik penerbangan. Dari istri pertamanya ia mempunyai enam anak, dan ia bertemu dengan istri keduanya, Leslie, sehubungan dengan film Jonathan Livingston Seagull (1973).
Buku-buku Bach lainnya adalah Illusionis, Bridge Across Forever, One, Flying, dan seri The Ferret Chronicles. 



(50 Spiritual Classics – Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 Buku Legendaris Dunia, karya Tom Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT BHUANA ILMU POPULER KELOMPOK GRAMEDIA)



 

1 komentar: