Rabu, 29 Januari 2020

A THEORY OF EVERYTHING


2000



KEN WILBER



Kata-kata Bijak
Memiliki penjelasan tentang alam semesta yang melibatkan materi dan kesadaran.



A THEORY OF EVERYTHING

“Bangsa Yunani memiliki sebuah kata yang indah, Kosmos, yang berarti semua eksistensi yang berpola, termasuk hal-hal fisik, emosi, mental, spiritual…. Tetapi kita, orang modern yang malang ini, telah memperkecil Kosmos menjadi kosmos; Kita telah memperkecil materi, tubuh, pikiran, jiwa dan roh menjadi hanya materi. Dan dalam dunia materialisme ilmiah yang menjemukan danmembosankan ini, kita ditenangkan oleh pendapat bahwa teori yang menyatukan dimensi fisik sebenarnya adalah teori tentang segala sesuatu.”


K
ita sering mendengar tentang kemajuan terakhir di ilmu fisika sebagai satu langkah lebih dekat menuju penjelasan lengkap tentang alam semesta kita. Tetapi filsuf Ken Wilber terhenyak oleh fakta bahwa teori ini hanya berhubungan dengan dunia fisik. Bagaimana dengan pikiran, jiwa dan roh yang memberi arti pada kehidupan dan materi? Bisakah kita tidak memiliki suatu pemahaman tentang alam yang bertanggung jawab atas kesadaran?

            Di titik ini dalam perkembangan umat manusia, ia merasa bahwa sudah tugas kita untuk mengembangkan kosmologi yang tidak hanya membahas tentang materi, tetapi juga pikiran, jiwa, diri dan budaya—memahami seni, fisika, sosiologi, politik, kedokteran, dan bisnis selain juga gerkan partikel dan planet. “Teori tentang segala sesuatu” semacam ini selalu sulit dimengerti, tetapi mengingat sifat dunia yang terfragmentasi dan terpisah-pisah, ia berpendapat, “Sepotong kecil keutuhan lebih baik daripada tidak ada sama sekali.”

            Satu point penting dalam perjalanannya adalah ia menemukan gagasan bangsa Yunani tentang Kosmos, yang meliputi semua dimensi—fisik, emosi, mental, dan spiritual—dalam pandangan tentang jagad raya. Kosmos lebih menyerupai kesadaran daripada teori, bahwa pengalaman kehidupan lahiriah dan batiniah sama-sama penting, dan hal ini berimplikasi pada bagaimana sekarang ini kita memandang dunia. Implikasi pertama adalah bahwa perkembangan diri merupakan faktor utama dalam bentangan sejarah, dan implikasi kedua adalah bahwa pandangan dunia ilmiah dan spiritual bisa dipertemukan.

Spiral Kesadaran
Pada tahun 1960-an, Abraham Maslow mengemukakan gagasan tentang orang yang “mengaktualisasikan diri”, yaitu orang yang, begitu kebutuhan fisik dan emsional mereka terpenuhi, mulai mencari pemenuhan psikologi dan spiritual. Yang lebih baru, para peneliti seperti Clare Graves dan Jenny Wade mengembangkan model yang memandang perkembangan manusia sebagai serangkaian gelombang atau tahapan. Dalam model ini, manusia bergerak melalui “holons” psikologi yang memberi kita suatu pandangan tertentu tentang hidup, dan masing-masing harus diwujudkan sepenuhnya sebelum kita bisa bergerak ke tahap berikutnya. Etika, nilai, motivasi, dan pendidikan seseorang harus dipahami sesuai dengan tahapan perkembangan mereka. Kita tidak bisa melompati tahap-tahap ini, karena setiap tahap dilengkapi oleh tahap yang berikutnya.

            Wilber tertarik dengan model perkembangan ini karena mereka memberi landasan ilmiah bagi konsep Kosmosnya tentang kebangkitan kesadaran manusia.  Dalam A Theory of Everything: An Integral Vision for Business, Poitics, Science and Spirituality, ia mendedikasi ruang yang cukup besar untuk teori tertentu, dinamika spiral, yang sukses diaplikasikan pada isu-isu yang dihadapi oleh Afrika Selatan ketika menghapuskan apartheid. Dikembangkan oleh Don Beck dan Christoper Cowan, konsep ini menekankan pada individu dan komunitas di luar kategori biasa seperti ras, gender, atau pendidikan, menyentuh cara fundamental mereka dalam memandang dunia. Setiap cara memandang dunia ini diberi warna:

  • Beige (Purba-Naluriah)—bertahan hidup; kepuasan dari keinginan dasar
  • Ungu (Gaib-Animistis)—suku; ritual; kekeluargaan; percaya pada roh-roh
  • Merah (Dewa Penguasa)—heroisme mitologis; feodalisme; “dunia hutan rimba”; kekuasaan selalu menang
  • Biru (Orde mitos)—kompromi kaku terhadap hierarki sosial; hanya satu jalan yang benar atau salah; hukum dan keteraturan; patriotisme yang kuat; fundamentalisme religius
  • Orange (Pencapaian Ilmiah)—individualisme; pencerahan ilmiah rasional; fokus pada kesuksesan ekonomi
  • Hijau (Sensitif)—sensitivitas ekologis dan emosional; membangun relasi; humanisme universal melampaui dogma dan tradisi; kebenaran politis; hak asasi manusia



Beck menulis bukunya di Afrika Selatan, dan ia berpendapat, “Tidak ada orang kulit hitam dan orang kulit putih; yang ada adalah orang ungu, orang biru, orang orange, orang hijau…” Tidak mungkin menyelesaikan masalah sosial dan poitik dengan solusi yang didasari oleh ras, atau gender atau kategori lama lainnya—yang terpenting adalah pola pikir psikologis orang.

      Kesimpulan Wilber adalah masalah dunia bukan semata-mata akibat—seperti yang selama ini diyakini—dari benturan peradaban, melainkan akibat dari benturan tingkat kesadaran.

Kesehatan Spiral
Poin utama tentang spiral adalah bahwa orang suatu warna tidak ada yang sunguh-sungguh bisa memahami orang warna lain. Seperti yang dikatakan Wilber:

“Kelompok biru merasa sangat tidak nyaman dengan sifat impulsif merah dan individualisme oranye. Individualisme oranye menganggap kelompok biru hanya untuk orang bodoh dan egalitarianisme hijau adalah lemah dan berlebihan. Egalitarianisme hijau tidak bisa dengan muda menerima peningkatan mutu dan nilai, gambar besar, hierarki, atau segala sesuatu yang bersifat otoriter.”

Orang hijau percaya bahwa caa pikir dan eksis mereka adalah yang tertinggi dan sering kali ingin memaksakannya pada seluruh dunia.  Mereka ingin dunia ini menjadi pluralistis dan multikultural, tidak dibatasi oleh tradisi. Mereka tidak mengakui hierarki karena mereka ingin menjadi egalitarian, tetapi menolak pandangan biru dan oranye. Orang hijau menolak seluruh perkembangan spiral. Oleh karena itu, mereka mereka hampir sama dengan fundamentalis religius yang merasa pandangan mereka yang benar.

      Tetapi, poin keseluruhan dari konsep spiral adalah bahwa setiap tahapan harus sepenuhnya diwujudkan sebelum seserang atau budaya bisa bergerak ke tahap berikutnya. Dan perilaku hijau itu sendiri harus digantikan dengan pemikiraan “tingkatan kedua” yang mampu melihat secara objektif spiral perkembangan manusia secara keseluruhan. Di tingkatan kedua ada dua pandangan:

  • Kuning (integratif)—memadukan yang terbaik dari setiap sifat warna di tingkat pertama untuk menciptakan suatu manusia/budaya yang fleksibel dan fungsional.
  • Turkois (holistis)—suatu penggabungan holistik antara perasaan, pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman setiap faset eksistensi termasuk material dan spiritual.

Di tahap kuning dan turkois, kita bisa melihat gambar besar perkembangan pribadi dan evolusi umat manusia, di mana di dalamnya setiap warna memiliki peranan yang penting. Di tahap ini, kita melihat kesehatan spiral perkembangan secara keseluruhan alih-alih memaksakan suatu agenda. Dengan pemikiran tingkat kedua, kita tidak lagi memiliki dunia di mana di dalamnya setia pola pikir melawan pola pikir yang lain untuk mencari kemenangan.

            Contoh yang di berika Wilber tentang pemikiran tingkatan kedua di antaranya adalah psikologi transpersnal, Teilhard de Chardin dengan “noosfer”-nya, Mandela, dan Gandhi; filosofi mereka melampaui individual dan gerakan untuk mencari keadaan yang baik bagi masyarakat yang lebih besar.

Dua sisi koin
Cara tradisional dalam memandang ilmu pengetahuan dan agama, kata Wilber, dapat diibaratkan seperti gedung multikisah yang mempresentasikan realitas.  Kita membiarkan ilmu pengetahuan memberitahu kita tentang lantai dasar dan menyerahkan lantai atas kepada agama. Tetapi model integral atau Kosmis berkata bahwa kemungkinan ada penjelasan baik secara ilmiah maupun spiritual tentang semua fenomena. Contoh yang diberikan Wilber adalah seorang yang sedang bermeditasi dihubungkan dengan mesin EEG. Peralatan ilmiah itu menunjukan perubahan pola gelombang otak, sementara orang yang bermeditasi melaporkan terjadinya ekspansi kesadaran serta perasaan cinta dan belas ksih yang lebh besar. Kedua realitas ini benar.

            Ilmu pengetahuan belum pernah berhasil menyanggah pengalaman spiritual, dan Wilber berpendapat bahwa “spiritualitas yang dalam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang lebih luas, yang merupakan pencapaian yang lebih jauh dari potensi manusia.” Artinya, semakin maju spiritualitas, semakin ilmiah spiritual tersebut (pengategorian yang mengagumkan tentang emosi dan perkembangan manusia yang ditemukan dalam Buddhisme—kadang disebut “agama ilmiah”—merupakan indikator dari hal ini). Demikian juga, pergilah ke batas ilmu pengetahuan, maka Anda akan berhadapan dengan pernyataan metafisika.

            Pada akhirnya, baik ilmu pengetahuan maupun agama merupakan ekspresi dari kebenaran, menuju pemahaman terintegrasi tentang alam semesta. Mengingkari satu sama lain ibarat pandangan seorang bayi yang tidak bisa memandang melampaui pikiran mereka yang kecil dan karenanya meyakini bahwa realitas hanyalah seperti yang mereka lihat. Dengan pandangan integral atau Kosmis, kedua sudut pandang ini tidak hanya ditoleransi tetapi dipahami sebagai unsur kebenaran.

Kata penutup
Wilber adalah seorang pemikir kontemporer terkemuka yang gagasannya sering kali kompleks, tetapi A Theory of Everything merupakan pengantar yang baik untuk memahami filosofi integralnya karena buku ini menyebutkan banyak tulisannya yang lain. Meski tidak panjang, buku ini penuh dengan gagasan, dan ulasan ini merupakan sebuah usaha untuk mendeskripsikn sebagian dari ggasan itu.

            A Theory of Everything meneruskan gagasan yang ada dalam tulisan Wilber bahwa ada tiga tahapan dasar kesadaran manusia, berpuncak pada “transpersonal”, suatu kesadaran tentang alam semesta yang tidak diselubungi ego atau diri biasa. Wilber mendefinisikan perkembangan manusia sebagai “suatu penurunan bertahap dalam egosentrisme”, artinya masa depan kita bergantung pada kemampuan menyingkirkan penutup mata dan memiliki pandangan yang lebih luas tentang sejarah. Dalam konsep ini, sejumlah kecil orang bisa menjadi tepian yang meningkatkan pusat gravitasi kesadaran dunia. Tetapi, seperti yang dikatakan spiral warna, ini tidak akan memberi hasil bagi kita kecuali perhatian penuh diberikan pada mayoritas orang yang belum berada di tahap yang tinggi.

            Membaca Wilber ibarat perjalanan naik pesawat luar angkasa. Sebagai kapten pesawat, ia mengajak Anda untuk melihat ke arah Bumi dan berusaha memahami perjalanan perkembangan mental dan spiritual umat manusia. Perjalanan ini adalah perjalanan yang menyenangkan yang akan meninggalkan perasaan sedikit pusing dan jetlag lainnya, tetapi untuk memiliki pandangan gambaran besar, hanya ada sedikit penulis yang bisa memberikan perjalanan yang lebih baik.

Ken Wilber
Wilber lahir pada tahun 1949 di Oklahoma City dan menjalani pendidikan sekolah menengah atas di Lincoln, Nebraska. Ia memilih sekolah kedokteran di Duke University, lalu mencoba belajar biokimia di Nebraska, tetapi kemudian menghentikan semua kuliahnya, mendedikasikan waktunya untuk membaca literatur tentang kesadaran dan menulis.

            Buku pertamanya, terbit tahun 1977, adalah The Spectrum of Consciousness. Buku ini diikuti dengan sejumlah judul terkenal antara lain No Boundary, The Atman Project, dan Up from Eden. Buku lainnya termasuk The Mrriage of Sense and Soul; Sex, Ecology, and Spirituality; Grace and Spirit: Spirituality and Healing in the Life and Death of Treya Killam Wilber (Treya, istri Wilber, didiagnosis menderita kanker payudara tak lama setelah mereka menikah pada tahun 1983, dan wafat pada tahun 1989); A Brief History of Everything; dan Integral Psychology.

            Wilber tinggal di Colorado.




(50 Spiritual Classics – Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 Buku Legendaris Dunia, karya Tom Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT B  HUANA ILMU POPULER KELOMPOK GRAMEDIA)

Selasa, 21 Januari 2020

YUGA`S CHRONOLOGY

Gambar terkait

Diskusi singkat dengan perhitungan matematis dari yuga atau zaman akan menjelaskan fakta bahwa zaman sekarang untuk dunia adalah Dwapara Yuga, dan bahwa 194 tahun Yuga sekarang (AD 1894) telah berlalu, membawa perkembangan pesat dalam pengetahuan manusia.

Kita belajar dari astronomi Oriental bahwa bulan berputar di sekitar planet mereka, dan planet yang berputar pada kapaknya berputar dengan bulan mereka mengitari matahari; dan matahari, dengan planet-planetnya dan bulan-bulannya, mengambil beberapa bintang karena kembarannya dan memutarnya di sekitar 24.000 tahun di bumi kita, sebuah fenomena selestial yang menyebabkan pergerakan mundur dari titik-titik ekuinoksial membuat zodiak semakin dekat. Matahari juga memiliki gerakan lain di mana ia berputar mengelilingi pusat besar yang disebut Vishnunabhi, yang merupakan pusat kekuatan kreatif, Brahma, magntisme universal. Brahma, mengatur dharma, kebajikan  dunia internal.

Ketika matahari dalam putaran revolusi rangkapnya datang ke tempat terdekat dengan pusat besar ini, Keberadaan Brahma (peristiwa yang terjadi ketika titik balik musim gugur datang ke titik pertama Aries), dharma, kebajikan , menjadi begitu Banyak dikembangkan bahwa manusia dapat dengan mudah memahami semua, bahkan misteri Roh.

Titik balik musim gugur akan jatuh, pada awal abad kedua puluh, di antara bintang-bintang tetap di rasi Virgo, dan di bagian awal Dwapara Yuga yang naik. *

Setelah 12.000 tahun, ketika matahari pergi ke tempat di orbitnya yang terjauh dari Brahma, pusat besar (peristiwa yang terjadi ketika titik balik musim gugur berada di titik pertama Libra), dharma kebajikan mental, datang ke tempat seperti itu. keadaan tereduksi yang tidak bisa dipahami manusia di luar ciptaan material kasar. Sekali lagi, dengan cara yang sama, ketika matahari dalam perjalanan revolusi, mulai bergerak maju menuju tempat terdekat dengan pusat agung, dharma, kebajikan mental, mulai berkembang; pertumbuhan ini secara bertahap selesai dalam 12000 tahun lagi.

Masing-masing periode 12000 tahun ini membawa perubahan total, baik secara eksternal di dunia material, dan secara internal di dunia intelektual atau listrik, dan disebut sebagai ne dari Daiva Yugas atau Pasangan Elektrik. Dengan demikian, dalam periode 24000 tahun, matahari menyelesaikan revolusi di sekitar dua dan menyelesaikan satu siklus listrik yang terdiri dari 12.000 tahun dalam busur naik dan 12.000 tahun pada busur turun.


Perkembangan dharma, kebajikan, hanyalah bertahap dan dibagi menjadi empat tahap yang berbeda dalam periode 12000 tahun. Waktu 1200 tahun di mana matahari melewati 1/20 bagian orbitnya (lihat Diagram) disebut Kali Yuga. Dharma, kebajikan, kemudian berada pada tahap pertama dan baru seperempatnya dikembangkan; kecerdasan huan tidak dapat memahami apa pun di luar materi kotor dari ciptaan yang terus berubah ini, dunia luar.


Periode 1200 tahun di mana matahari melewati 2/20 bagian orbitnya disebut Dwapara Yuga. Dharma, kebajikan, kemudian berada pada tahap perkembangan kedua dan hanya setengah sempurna; intelek manusia kemudian dapat memahami benda-benda halus atau listrik dan sifat-sifatnya yang merupakan prinsip penciptaan dunia luar.

Periode 3600 tahun di mana matahari melewati bagian 3/20 orbitnya disebut Treta Yuga. Dharma, kebajikan mental, kemudian berada di panggung burung; kecerdasan manusia menjadi mampu memahami daya tarik ilahi, sumber dari semua kekuatan listrik yang menjadi dasar penciptaan bagi keberadaannya.

Periode 4800 tahun di mana matahari melewati sisa 4/20 bagian orbitnya disebut Satya Yuga. Dharma, kebajikan, kemudian berada pada tahap keempat dan melengkapi perkembangan penuhnya, kecerdasan manusia dapat memahami semua, bahkan Allah, Roh, melampaui dunia yang terlihat ini.

Manu, seorang resi besar (sage yang diterangi) dari Satya Yuga, menggambarkan para Yuga ini lebih jelas dalam bacaan berikut dari Samhita:

Empat ribu tahun, kata mereka, adalah Krita Yuga (Satya Yuga atau Zaman Keemasan dunia). Senja di pagi hari hanya memiliki ratusan, dan periode senja malamnya memiliki panjang yang sama (yaitu 400 + 4000 + 400 = 4800 +. Dalam tiga zaman lainnya, dengan senja pagi dan sore, ribuan dan ratusan berkurang oleh satu (yaitu 300 + 3000 + 300 = 3600, dll.). Siklus empat kali lipat terdiri dari 12000 tahun disebut Zaman para Dewa. Jumlah seribu zaman ilahi merupakan satu hari Brahma, dan dengan panjang yang sama adalah ini malam.

Periode Satya Yuga adalah 4000 tahun dalam durasi; 400 tahun sebelum dan sesudah Satya Yuga adalah sandhis atau periode mutasinya masing-masing dengan Yuga sebelum dan sesudahnya; karenanya 4800 tahun secara keseluruhan adalah usia yang tepat bagi Satya Yuga. Dalam perhitungan periode Yugas dan Yugasandhis lainnya, dinyatakan bahwa angka harus dikurangi dari jumlah ribuan dan ratusan yang menunjukkan periode Yugas dan sandhis sebelumnya. Dari aturan ini tampak bahwa 300 tahun sebelum dan sesudahnya adalah masa mudanya, periode-periode mutasi, yang menghasilkan total 3600 tahun.

Jadi 2000 tahun adalah usia Dwapara Yuga, dengan 200 tahun sebelum dan sesudahnya sebagai sandhis; toatl dari 2400 tahun. Terakhir, 1000 tahun adalah panjang Kali Yuga, dengan 100 tahun sebelum dan sesudahnya sebagai sandhis. Jadi 12.000 tahun, jumlah total semua periode dari keempat Yuga ini, adalah panjang salah satu dari Daiva Yugas atau Pasangan Listrik, dua di antaranya, yaitu, 24.000 tahun, membuat siklus listrik lengkap.

Dari 11501 SM, ketika Titik balik musim gugur berada di titik pertama Aries, matahari mulai bergerak menjauh dari titik orbitnya terdekat ke pusat besar ke titik paling jauh darinya, dan karenanya kekuatan intelektual manusia mulai berkurang. . Selama 4800 tahun ketika matahari melewati salah satu Pasangan Satya atau bagian 4/20 dari orbitnya, intelek manusia kehilangan sama sekali kekuatan menggenggam pengetahuan spiritual. Selama 3600 tahun setelahnya, matahari melewati Treta Yuga Descending, intelek secara berangsur-angsur kehilangan semua kekuatannya dalam menangkap pengetahuan tentang magnetisme ilahi. Selama 2400 tahun berikutnya, sementara matahari melewati Descending Dwapara Yuga, kecerdasan manusia kehilangan kekuatannya dalam menangkap pengetahuan tentang listrik dan atributnya. Dalam 1200 tahun lebih, matahari melewati Descending Kali Yuga dan mencapai titik dalam orbitnya yang paling jauh dari pusat besar; Automnal Equinox berada di titik pertama Libra. Kekuatan intelektual manusia sangat berkurang sehingga tidak bisa lagi memahami apa pun di luar materi kotor penciptaan. Periode sekitar 500 M dengan demikian merupakan bagian paling gelap dari Kali Yuga dan dari seluruh siklus 24000 tahun. Sejarah memang mendukung para resi India, dan mencatat ketidaktahuan yang meluas dan penderitaan di semua bangsa pada periode itu.

Sejak 499 M dan seterusnya, matahari mulai bergerak maju menuju pusat agung, dan kecerdasan manusia mulai berkembang secara bertahap. Selama 1100 tahun Ascending Kali Yuga, yang membawa kita ke tahun 1599 M, kecerdasan manusia begitu padat sehingga tidak dapat memahami listrik, Sukshmabhuta, hal-hal baik dari penciptaan. Di dunia politik juga, secara umum, tidak ada kedamaian di kerajaan mana pun.

Setelah periode ini, ketika sandhi transisi 100 tahun dari Kali Yuga masuk, untuk mempengaruhi persatuan dengan Dwapara Yuga berikut ini, para lelaki mulai memperhatikan keberadaan barang-barang bagus, panchatanmatra atau atribut-atribut listrik; dan perdamaian politik mulai dibangun.

Sekitar 1600 M, William Gilbert menemukan kekuatan magnetik dan mengamati keberadaan listrik dalam semua bahan material. Pada 1609 Kepler menemukan hukum astronomi yang penting, dan Galileo menghasilkan teleskop. PADA 1621, Drebbel dari Holland menemukan mikroskop. Sekitar 1670 Newton menemukan hukum gravitasi. Pada 1700 Thomas Savery memanfaatkan mesin uap dalam mengangkat air. Dua puluh tahun kemudian Stephen Gray menemukan aksi listrik pada tubuh manusia.

Di dunia politik, orang-orang mulai menghargai diri mereka sendiri, dan peradaban maju dalam banyak hal. Inggris bersatu dengan Skotlandia menjadi kerajaan yang kuat. Napoleon Bonaparte memperkenalkan kode hukum barunya ke Eropa selatan. Amerika memenangkan kemerdekaannya, dan banyak bagian Eropa damai.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dunia mulai ditutupi dengan kereta api dan kabel telegraf. Dengan bantuan mesin uap, mesin listrik, dan banyak instrumen lainnya, benda-benda halus dibawa ke penggunaan praktis, meskipun sifat mereka adalah periode 200 tahun Dwapara Sandhi, saat mutasi, Dwapara Yuga sejati pada 2000 tahun akan memulai dan akan memberikan kepada umat manusia secara umum pemahaman menyeluruh tentang listrik dan atributnya.

Itulah pengaruh besar Waktu yang mengatur alam semesta. Tidak ada manusia yang dapat mengatasi pengaruh ini kecuali dia yang, diberkati dengan cinta murni, karunia alam surgawi, menjadi ilahi; dibaptis dalam aliran suci Pranava (getaran suci Aum), ia memahami Kerajaan Allah.

Posisi dunia di era Dwapara Sandhi saat ini (1894 M) tidak ditampilkan dengan benar dalam almanak Hindu. Para astronom dan astrolog yang menghitung almanak telah dibimbing oleh anotasi yang salah dari beberapa sarjana Sanskerta (seperti Kulluka Bhatta) dari zaman kegelapan Kali Yuga adalah 432000 tahun, yang mana 4994 ha (pada tahun 1894 M) meninggal dunia, meninggalkan 427006 tahun. masih tersisa. Prospek gelap! dan untungnya satu tidak benar.

Kesalahan merayap menjadi almanak untuk pertama kalinya sekitar 700 SM selama masa pemerintahan Raja Parikshit, tepat setelah selesainya Dwapara Yuga terakhir. Pada saat itu Maharaj Yudhishtira, memperhatikan penampilan Kali Yuga yang gelap, membuat takhtanya menjadi cucunya, kata Raja Parikshit. Maharaja Yudhishtira, bersama dengan orang-orang bijak di istananya, pensiun ke Pegunungan Himalaya, surga dunia. Karena itu, tidak ada seorang pun di istana Raja Parikshit yang dapat memahami prinsip menghitung dengan benar usia beberapa Yuga.

Oleh karena itu, setelah selesainya 2400 tahun Dwapara Yuga saat itu, tidak ada yang berani membuat pengenalan Kali Yuga yang gelap lebih nyata dengan mulai menghitung dari tahun pertama dan untuk mengakhiri jumlah tahun Dwapara.

Menurut metode perhitungan yang salah ini, oleh karena itu, tahun pertama Kali Yuga diberi nomor 2401 seiring dengan usia Dwapara Yuga. Pada 499 M, ketika 1200 tahun, panjang Kali Yuga yang sebenarnya, telah lengkap, dan matahari telah mencapai titik orbitnya yang paling jauh dari pusat besar (ketika Automnal Equinox berada di titik pertama Libra di surga) , usia Kali dalam periode paling gelapnya kemudian dinomori 3600 tahun, bukannya 1200.

Dengan dimulainya Ascending Kali Yuga, setelah 499 M, matahari mulai naik di orbitnya lebih dekat ke pusat besar, dan karenanya kekuatan intelektual manusia mulai berkembang. Oleh karena itu kesalahan dalam almanak-almanak mulai diperhatikan oleh orang-orang bijak pada masa itu, yang menemukan bahwa perhitungan para resi kuno telah menetapkan periode satu Kali Yuga hanya pada 1200 tahun. Tetapi karena intelek dari orang-orang bijak ini belum berkembang dengan tepat, mereka hanya dapat membuat kesalahan itu sendiri, dan bukan alasan untuk itu. Melalui rekonsiliasi, mereka membayangkan bahwa 1200 tahun, zaman sebenarnya dari Kali, bukan tahun-tahun biasa di dunia kita, tetapi begitu banyak tahun daiva (tahun para dewa), yang terdiri dari 12 bulan daiva masing-masing 30 hari daiva, dengan setiap hari daiva sama dengan satu orang biasa dengan orang-orang ini, 1200 tahun Kali Yuga harus sama dengan 432000 tahun di bumi kita.

Namun, untuk sampai pada kesimpulan yang benar, kita harus mempertimbangkan posisi Vernal Equinox pada musim semi tahun 1894.

Buku-buku referensi astronomi menunjukkan Vernal Equinox sekarang menjadi 20 ° 54'36 '' jauh dari titik akhir Aries (Revati bintang tetap), dan dengan perhitungan akan tampak bahwa 1394 tahun telah berlalu sejak zaman ketika Vernal Equinox mulai surut dari titik pertama Aries.

Dikurangi 1200 tahun (panjang Kali Yuga Ascending terakhir) dari 1394 tahun, kita mendapatkan 194 untuk menunjukkan tahun ini ke pintu masuk dunia ke Ascending Dwapara Yuga. Kesalahan almanak yang lebih tua dengan demikian akan dijelaskan dengan jelas ketika kita menambahkan 3600 tahun ke periode 1394 tahun ini dan mendapatkan 4.994 tahun, yang menurut teori keliru yang berlaku mewakili tahun sekarang (AD1894) dalam almanak Hindu.

Dalam The Holy Science, kebenaran-kebenaran tertentu seperti tentang sifat-sifat magnetisme, aura-aura, berbagai jenis listrik, dll., Telah disebutkan, walaupun sains modern belum sepenuhnya menemukannya. Kelima jenis listrik dapat dengan mudah dipahami jika seseorang akan mengarahkan perhatiannya pada sifat-sifat saraf, yang murni bersifat listrik. Masing-masing dari lima saraf sensorik memiliki karakteristik dan fungsi unik untuk dilakukan. Saraf optik membawa cahaya dan tidak melakukan fungsi pendengaran dan saraf lainnya; saraf pendengaran pada gilirannya hanya membawa suara, tanpa melakukan fungsi saraf lain, dan sebagainya. Jadi jelas bahwa ada lima macam listrik, sesuai dengan lima sifat listrik kosmik.

Sejauh menyangkut sifat-sifat magnetis, daya pikat intelektualitas manusia saat ini sangat terbatas sehingga tidak ada gunanya mencoba membuat masalah dipahami oleh masyarakat umum. Kecerdasan manusia dalam Treta Yuga akan memahami atribut-atribut magnetisme ilahi (Treta Yuga berikutnya akan dimulai pada tahun 4099 M). Memang ada tokoh luar biasa yang hidup sekarang, yang telah mengatasi pengaruh Waktu, dapat memahami hari ini apa yang tidak dapat dipahami oleh orang biasa; buku ini bukan untuk mereka yang ditinggikan, yang tidak membutuhkan apa pun darinya.

Dalam menyimpulkan pengantar ini, kita dapat mengamati bahwa planet-planet yang berbeda, yang menjalankan pengaruhnya selama beberapa hari dalam seminggu, telah meminjamkan nama mereka ke hari masing-masing; sama halnya, berbagai bintang bintang yang berbeda, yang memiliki pengaruh selama beberapa bulan, telah meminjamkan nama mereka pada bulan-bulan Hindu. Setiap Yuga agung memiliki banyak pengaruh selama periode waktu yang dicakup olehnya; karenanya, dalam menentukan tahun-tahun itu diinginkan bahwa istilah-istilah seperti itu harus menunjukkan kepada Yuga mana mereka berasal.

Karena Yuga dihitung dari posisi ekuinoks, metode penomoran tahun-tahun yang mengacu pada Yuga masing-masing didasarkan pada prinsip ilmiah; penggunaannya akan menghindarkan banyak ketidaknyamanan yang telah muncul di masa lalu karena asosiasi dari berbagai era dengan orang-orang terkemuka daripada dengan fenomena selestial bintang tetap. Oleh karena itu kami mengusulkan untuk menyebutkan nama dan nomor tahun di mana pengantar ini telah ditulis sebagai 194 Dwapara, bukan 1894 M, untuk menunjukkan waktu pasti Yuga sekarang berlalu. Metode perhitungan ini lazim di India sampai masa pemerintahan Raja Vikramaditya, ketika era Samwat diperkenalkan. Karena metode perhitungan Yuga merekomendasikan dirinya untuk alasan, kami mengikutinya, dan merekomendasikannya agar diikuti oleh masyarakat secara umum.

Sekarang di tahun ke-194 Dwapara Yuga ini, zaman kegelapan yang telah lama berlalu di dunia menjangkau pengetahuan spiritual dan para pria membutuhkan bantuan penuh kasih dari yang lain. Penerbitan buku ini, yang diminta dari saya oleh paramguru maharaj Babaji saya yang suci, saya harap, akan menjadi pelayanan rohani.


Swami Sri Yukteswar Giri

Serampore, West Bengal
The 26th Falgun, 194 Dwapara
(AD 1894)


Kaivalya Darsanam

Hasil gambar untuk SRI YUKTESWAR

The Holy Science

By

Jnanavatar Swami Sri Yukteswar Giri


Pendahuluan

Para Suci dari segala negeri dan zaman telah berhasil dalam pencarian Tuhan mereka. Memasuki keadaan pencerahan sejati, nirbikalpa samadhi, para suci ini telah menyadari Realitas Tertinggi di balik semua nama dan bentuk. Kebijaksanaan dan nasihat spiritual mereka telah menjadi kitab suci dunia. Semua ini, meskipun secara lahiriah berbeda karena ‘jubah’ kata-kata yang beraneka ragam, semuanya adalah ungkapan -beberapa yang terbuka dan jelas, yang lain tersembunyi atau simbolis- dari kebenaran dasar Realias yang sama.

Gurudeva saya, Jnanavatar* Swami Sri Yukteswar (1855-1936) dari Serampore, sangat cocok untuk memahami kesatuan yang mendasari antara kitab suci agama Kristen dan Sanatana Dharma. Menempatkan teks suci di atas meja mind(gugusan pikiran dan perasaan)nya yang bersih, Ia dapat membedah mereka dengan pisau bedah penalaran intuitif, dan memisahkan interpolasi(penambahan atau pengurangan) dan interpretasi yang keliru oleh para ahli kitab, dari kebenaran aslinya seperti yang awalnya diberikan oleh Para Suci.


*”Perwujudan Kebijaksanaan”; dalam Bahasa Sanskrta jnana, “Kebijaksanaan”, avatar, “Inkarnasi Ilahi”.  (Catatan Penerbit)


Oleh karena wawasan spiritual yang tepat dari Jnanavatar Swami Sri Yukteswar, sekarang menjadi mungkin, melalui buku ini, untuk membangun harmoni mendasar antara Alkitab Wahyu, dan filsafat Sankhya di India.

            Seperti yang telah dijelaskan gurudeva saya dalam pengantar, halaman ini ditulis olehnya dalam kepatuhan terhadap permintaan yang dibuat oleh Babaji, Hyang Mulia gurudeva Lahiri Mahasaya, yang pada gilirannya menjadi  gurudeva dari Sri Yukteswar. Saya telah menulis tentang ketiga Great Master ini seperti kehidupan Yesus dalam buku saya, Autobiography of a Yogi (Los Angeles: Self-Realization Fellowship).

            Sutra-sutra Sanskerta yang tercantum dalam The Holy Science akan menjelaskan banyak hal tentang Bhagavad-Gita serta kitab suci besar India lainnya.

Paramahansa Yogananda


249 Dwapara (A.D. 1949)



Kata Pengantar

            Sutras…

Kaivalya Darsanam (Penjelasan Kebenaran Akhir) ini telah ditulis oleh Priya Nath Swami, putra Kshetranath dan Kadambini dari keluarga Karar.

            Atas permintaan dari Pembimbing Agung (Mahavatar Babaji) di Allahabad menjelang akhir tahun ke-194 Dwapara Yuga, paparan ini telah diterbitkan untuk kepentingan dunia.



Tahun 1894 ketika buku ini ditulis, Babaji memberi penulis gelar "Swami". Ia kemudian secara formal diinisiasi ke dalam Ordo Swami oleh Mahanta (kepala biara) dari Buddha Gaya, Bihar, dan menambahkan nama biara pada Sri Yukteswar. Ia termasuk dalam cabang Giri ("gunung") dari Ordo Swami. (Catatan Penerbit)


Tujuan dari buku ini adalah untuk memperlihatkan dengan sejelas mungkin bahwa terdapat kesatuan yang mendasari semua agama; tidak ada perbedaan pada kebenaran yang ditanamkan oleh berbagai kepercayaan; hanya ada satu metode yang dengannya dunia, baik eksternal maupun internal, telah berevolusi; dan hanya ada satu tujuan yang diterima oleh semua kitab suci, tetapi kebenaran dasar ini tidak mudah dipahami. Perselisihan yang ada antara agama yang berbeda, dan ketidaktahuan manusia, membuat hampir tidak mungkin untuk mengangkat selubung dan melihat Kebenaran Agung ini. Kredo memupuk semangat permusuhan dan pertikaian; ketidaktahuan memperluas jurang yang memisahkan satu kepercayaan dengan kepercayaan lainnya. Hanya beberapa orang yang memiliki bakat khusus yang dapat melampaui pengaruh kepercayaan mereka dan menemukan ketunggalan-mutlak dalam kebenaran yang disebarkan oleh semua agama besar.

Tujuan buku ini adalah untuk menunjukkan keharmonisan yang melatarbelakangi berbagai agama, dan untuk membantu mengikat mereka bersama. Tugas ini memang tugas yang sangat besar, tetapi di Allahabad saya dipercayakan dengan misi oleh perintah suci. Allahabad, 

Prayaga Tirta yang sakral, tempat pertemuan Sungai Gangga, Jamuna, dan Saraswati, adalah tempat berkumpulnya umat manusia duniawi dan penyembah spiritual pada saat Kumbha Mela. Manusia pada umumnya tidak dapat melampaui batas duniawi di mana mereka telah membuat batasan bagi diri mereka sendiri; Tidak demikian dengan para penyebah spiritual, walau telah meninggalkan keduniawian, mereka datang dan bergabung dalam keramaian. Namun orang-orang yang sepenuhnya asyik dengan masalah duniawi sangat membutuhkan bantuan dan bimbingan dari mereka yang kudus yang membawa terang bagi umat manusia. Jadi harus ada tempat di mana penyatuan antara dua kelompok ini mungkin. Tirtha mampu menjadi tempat pertemuan seperti itu. Situasinya seperti di pantai dunia, tapi tidak ada keributan dan pesta makan. Para sadhu (pertapa) dengan pesan untuk kepentingan umat manusia menemukan Kumbha Mela sebagai tempat yang ideal untuk memberikan instruksi kepada mereka yang dapat mengindahkannya.

Sebuah pesan yang sifatnya seperti itu saya pilih untuk disebarkan ketika saya berkunjung ke Kumbha Mela yang diadakan di Allahabad pada bulan Januari 1894. saat saya berjalan di sepanjang tepi Sungai Gangga, saya dipanggil oleh seorang pria dan mendapat kehormatan untuk  berdialog dengan orang suci yang agung, Babaji, Beliau adalah gurudeva dari guruku sendiri, Lahiri Mahasaya, dari Benares. Tokoh suci di Kumbha Mela ini adalah paramguruji maharaj* saya sendiri, meskipun demikian ini adalah pertemuan pertama kami. Selama percakapan saya dengan Babaji, kami berbicara tentang kelas khusus pria yang sekarang sering mengunjungi tempat-tempat ziarah ini. Saya dengan rendah hati menyarankan bahwa ada pria yang jauh lebih besar dalam kecerdasan daripada kebanyakan dari mereka yang hadir saat itu, orang-orang yang tinggal di belahan dunia yang jauh - Eropa dan Amerika - yang mengaku berbeda keyakinan, dan tidak mengetahui signifikansi nyata Kumbha Mela. Mereka adalah orang-orang yang cocok untuk mengadakan persekutuan dengan para penyembah spiritual, sejauh menyangkut kecerdasan; namun orang-orang intelektual semacam itu di negeri mereka, sayangnya, dalam banyak kasus mengutamakan materi. Beberapa dari mereka, meskipun terkenal karena penyelidikan mereka dalam bidang sains dan filsafat, tidak mengakui kesatuan esensial dalam agama. Kredo-kredo yang mengaku sebagai pelayan tumbuh menjadi hambatan yang hampir tidak dapat diatasi yang mengancam pemisahan umat manusia selamanya.


*Paramguru, secara harfiah berarti, "diatas guru" karena guru dari guru seseorang. Akhiran ji menunjukkan rasa hormat. Maharaj, "raja agung" adalah sebutan yang sering ditambahkan pada nama-nama tokoh spiritual yang luar biasa. (catatan penerbit)


Paramguruji maharaj saya, Babaji tersenyum dan, menghormati saya dengan gelar Swami, memaksakan kepada saya tugas untuk menulis buku ini. Saya terpilih, saya tidak tahu alasannya, untuk menghilangkan penghalang dan membantu membangun kebenaran dasar dalam semua agama.         Buku ini dibagi menjadi empat bagian, sesuai dengan empat tahap dalam pengembangan pengetahuan. Tujuan tertinggi agama adalah Atma-jnanam, Pengetahuan tentang Diri Sejati. Tetapi untuk mendapatkan ini, pengetahuan tentang dunia luar diperlukan. Oleh karena itu, bagian pertama buku ini membahas Kitab Suci Veda dan berupaya untuk menetapkan kebenaran mendasar penciptaan dan untuk menggambarkan evolusi dan involusi(kerumitan?) dunia.


            Semua makhluk, dari yang tertinggi ke yang terendah dalam mata rantai ciptaan, ditemukan ingin menyadari tiga hal: keberadaan, kesadaran, dan kebahagiaan. Maksud atau tujuan ini adalah pokok pembahasan di bagian kedua buku ini. Bagian ketiga membahas metode mewujudkan tiga tujuan hidup. Bagian keempat membahas wahyu yang datang kepada mereka yang telah melakukan perjalanan jauh untuk mewujudkan tiga cita-cita kehidupan dan yang sangat dekat dengan tujuan mereka.

            Metode yang telah saya adopsi dalam buku ini adalah pertama-tama mengucapkan sebuah proposisi dalam istilah-istilah Sanskerta dari para bijak dari Timur, dan kemudian menjelaskannya dengan merujuk pada kitab suci barat. Dengan cara ini saya telah mencoba yang terbaik untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata, apalagi konflik nyata, antara pengajaran Timur dan Barat. Ditulis sebagai buku ini, di bawah inspirasi paramgurudeva saya, dan di Zaman Dwapara semua departemen pengetahuan berkembang pesat, saya berharap bahwa pentingnya buku ini tidak akan dilewatkan oleh mereka.

ASTROLOGY AND KARMA

Hasil gambar untuk SRI YUKTESWAR

“Charlatan telah membawa sains bintang ke kondisi tercela saat ini. Astrologi terlalu luas, baik secara matematis maupun filosofis, untuk dapat dipahami dengan benar kecuali oleh orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam. Jika orang-orang bebal salah membaca langit, dan melihat ada coretan bukannya naskah, itu yang diharapkan di dunia yang tidak sempurna ini. Seseorang seharusnya tidak mengabaikan kebijaksanaan dengan ‘bijaksana.’

“Seorang anak dilahirkan pada hari itu dan pada saat itu ketika sinar langit selaras secara matematis dengan karma individualnya. Horoskopnya adalah potret yang menantang, mengungkapkan masa lalunya yang tidak dapat diubah dan kemungkinan hasilnya di masa depan. Tetapi bagan kelahiran hanya dapat ditafsirkan dengan benar hanya oleh orang-orang yang memiliki kebijaksanaan intuitif: ini sedikit. ”

“Pesan yang dengan gagah berani melintasi langit pada saat kelahiran tidak dimaksudkan untuk menekankan nasib — hasil dari kebaikan dan kejahatan di masa lalu — tetapi untuk membangkitkan kehendak manusia untuk melarikan diri dari kesulitan universalnya. Apa yang telah dia lakukan, dia bisa membatalkan. Tidak lain dari dirinya adalah penghasut dari penyebab efek apa pun yang sekarang lazim dalam hidupnya. Dia dapat mengatasi batasan apa pun, karena dia menciptakannya dengan tindakannya sendiri sejak awal, dan karena dia memiliki sumber daya spiritual yang tidak tunduk pada tekanan planet. "

“Kekaguman takhayul akan astrologi menjadikan seseorang automaton, sangat bergantung pada bimbingan mekanik. Orang bijak itu mengalahkan planet-planetnya — yaitu masa lalunya — dengan memindahkan kesetiaannya dari ciptaan kepada Pencipta. Semakin ia menyadari kesatuannya dengan Roh, semakin sedikit ia dapat dikuasai oleh materi. Jiwa selalu bebas; itu tidak dapat mati karena tidak memiliki kelahiran. Itu tidak bisa diatur oleh bintang. "

“Manusia adalah jiwa, dan memiliki tubuh. Ketika dia menempatkan indra identitasnya dengan benar, dia meninggalkan semua pola kompulsif. Selama dia masih bingung dalam keadaan amnesia spiritualnya yang biasa, dia akan mengetahui belenggu halus dari hukum lingkungan. ”

“Tuhan itu harmoni; penyembah yang menyesuaikan diri tidak akan pernah melakukan tindakan yang salah. Kegiatannya akan diatur dengan benar dan secara alami sesuai dengan hukum astrologi. Setelah doa dan meditasi yang mendalam, ia berhubungan dengan kesadaran ilahi-Nya; tidak ada kekuatan yang lebih besar dari perlindungan ke dalam itu. "

“Hanya ketika seorang musafir telah mencapai tujuannya, ia dibenarkan dalam membuang petanya. Selama perjalanan, ia memanfaatkan jalan pintas yang nyaman. ”

“Semua penyakit manusia muncul dari beberapa pelanggaran hukum universal. Tulisan suci menunjukkan bahwa manusia harus memenuhi hukum-hukum alam, sambil tidak mendiskreditkan kemahakuasaan ilahi. Dia harus berkata: 'Tuhan, aku percaya pada-Mu, dan tahu Engkau dapat membantu saya, tetapi saya juga akan melakukan yang terbaik untuk memperbaiki kesalahan yang telah saya lakukan.' Dengan sejumlah cara — dengan doa, dengan kekuatan keinginan, dengan yoga meditasi, dengan berkonsultasi dengan orang-orang suci, dengan menggunakan gelang astrologi — efek buruk dari kesalahan masa lalu dapat diminimalisasi atau dibatalkan. ”

"Semakin dalam realisasi diri seorang pria, semakin ia memengaruhi seluruh alam semesta dengan getaran spiritualnya yang halus, dan semakin sedikit ia sendiri dipengaruhi oleh fluks fenomenal."


“Ada astrologi yang lebih dalam, tidak bergantung pada kesaksian kalender dan jam. Setiap manusia adalah bagian dari Sang Pencipta, atau Manusia Kosmis; dia memiliki tubuh surgawi serta salah satu dari bumi. Mata manusia melihat bentuk fisik, tetapi mata batin menembus lebih dalam, bahkan pada pola universal di mana setiap manusia adalah bagian integral dan individual. ”


Minggu, 19 Januari 2020

Think on These Things


1964

J. KRISHNAMURTI

Hasil gambar untuk krishnamurti

Kata-kata Bijak
Jadilah orang yang revolusioner dengan mempelajari cara berpikir yang melampaui batas-batas budaya.


THINK ON THESE THINGS

“Hujan di tanah yang tandus adalah sesuatu yang istimewa, bukan? Ia mencuci daun-daun hingga bersih, bumi pun tersegarkan. Dan saya pikir kita semua seharusnya mencuci pikiran kita seluruhnya hingga bersih, seperti pohon dicuci oleh hujan, karena mereka dibebani debu berabad-abad, debu yang kita sebut pengetahuan, pengalaman. Jika Anda dan saya mau mencuci pikiran kita setiap hari, membersihknnya dari kenangan hari kemarin, kita akan memiliki pkiran yang segar, pikiran yang mampu mengatasi berbagai masalah kehidupan.”


A
pakah kehidupan Anda sama dengan perjuangan besar meraih sukses? Apakah Anda takut menjadi sosok yang biasa-biasa saja? Jika peertanyaan ini mencerminkan diri Anda, berliburlah sejenak dari perjuangan Anda dan bacalah Think on These Things. Mungkin merupakan karya filsuf J. Krishnamurti yang paling praktis, buku ini muncul dari sesi tanya-jawab dengan murid-murid sekolah di India, tetapi mampu menyentuh hati dan pikiran secara universal.

            Krishnamurti mengajari murid-murid ini bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah bukan untuk mempersiapkan kita mendapatkan pekerjaan, tetapi untuk “membantu kita memahami seluruh proses hidup”. Pendidikan adalah tentang cara mencintai, cara hidup sederhana, cara membebaskan pikiran kita dari prasangka, takhyul, dan rasa takut. Tanpa pengetahuan ini kita akan menjalani hidup dengan cara yang hampir mekanis, alih-alih menjadi orang yang sungguh-sungguh kreatif. “Jika pikiran tidak bisa menembus penghalangnya sendiri,” kata Krishnamurti, “terdapat kesedihan.”

            Dengan logikanya yang tak bisa dibantah, Think on These Things menghancurkan keyakinan kita tentang keselamatan berupa nama baik, uang, dan kesuksesan, menunjukkan bahwa menginginkan hal-hal tersebut hanya akan membawa kesedihan. Setiap orang ingin menjadi “seseorang”, tetapi Krishnamurti menunjukkan bagaimana keinginan ini justru membuat kita menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Ambisi dan kesuksesan
Buku ini menjelaskan secara terperinci tentang kesuksesan duniawi.  Budaya kita mengagungkan ambisi dan prestasi, dan konsekuensinya kita merasa harus selalu berjuang meraih sejumlah prestasi. Tetapi Krishnamurti menunjukkan bahwa keinginan untuk menjadi sesuatu selalu berakhir dalam kekecewaan dan kekosongan. Ini bukan cara yang cerdas untuk menjalani hidup karena artinya Anda selalu merasa tidak bahagia dengan keadaan sekarang ini, dikuasai rasa iri dan keinginan yang tak pernah terpuaskan. Pernyataan Krishnamurti “Kita semua ingin menjadi orang yang terkenal - dan di saat kita ingin menjadi sesuatu, kita tidak lagi bebas” adalah kebalikan dari apa yang Anda lihat dalam buku-buku motivasi. Walau demikian, pernyataan ini tampaknya benar.

            Bisa dimengerti bahwa tidak banyak menginginkan sesuatu akan membuat Anda merasa lebih puas dengan apa yang Anda miliki, tetapi siapa yang mau mengorbankan pemenuhan potensi mereka? Krishnamurti memberitahukan sebuah jalan alternatif yang tidak akan mengarah pada depresi atau kegilaan. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah membantu orang mengidentifikasi pekerjaan apa yang mereka cintai. Melakukan apa yang Anda cintai memberi manfaat ganda: Anda tidak hanya akan menemukan tingkat kepuasan yang tidak biasa dalam kehidupan sehari-hari, tetapi antusiasme Anda terhadap pekerjaan itu akan menjamin “kesuksesan”.

            Ambisi menuntut kita untuk terus-menerus hidup di masa depan, masa depan yang, jika akhirnya datang, mungkin tetap meninggalkan perasaan hampa pada kita. Tetapi profesi berarti kita bisa menikmati pekerjaan kita tanpa perasaan gelisah karena ingin mencapai hasil tertentu. Lagi pula, tidak ada yang abadi, jadi dunia ini akan menjadi jauh lebih baik bila dihuni oleh orang yang bekerja tanpa dipengarui buruknya hasrat memperoleh sesuatu. Kompetisi hanya diperlukan jika menginginkan  satu hadiah, tetapi setiap orang harus menyadari bahwa harta itu bukan ada “di luar sana” melainkan ada di dalam kecakapan dan minat kita sendiri. Itulah kecerdasan.

Mitos tentang rasa aman
Kita ingin membuat hidup ini jadi permanen, tetapi dengan melakukan hal itu kita menentang alam, dan disanalah terbaring kepedihan kita. Hanya pikiran yang selalu bergerak, tanpa tempat istirahat  dan gagasan tetap, yang bisa selaras dengan kehidupan, dan karenanya penuh kegembiraan. Manusia, kata Krishnamurti, “mengali kolam kecil untuk diri mereka sendiri jauh dari derasnya arus kehidupan, dan di kolam kecil itulah mereka stagnan, mati; dan stagnasi inilah, kematian inilah yang kita sebut kehidupan”.

            Kalimat yang keras, tetapi apakah benar bahwa kehidupan yang kita ciptakan bagi diri kita sendiri, kolam kecil berupa keluarga, pekerjaan, ketakutan, ambisi, agama dan sebagainya, adalah upaya untuk tidak merasakan realitas yang lebih besar? Semakin kita meyakini bahwa tempat yang berada di sisi sungai kehidupan ini adalah tempat yang aman, kita semakin tidak menyadari hakikat kehidupan yang sesungguhnya – perubahan yang terus-menerus. Kita bergantung pada hal-hal yang telah kita ketahui, tetapi ketergantungan ini membuat kita menjadi orang yang penuh ketakutan.

            Tetapi semua ini tidak lantas berarti kita harus menangalkan lingkungan eksternal kehidupan kita, melainkan kita perlu menyadari bahwa kita hanya menciptakan representasi kehidupan yang kita sukai. Tujuan menjalani hidup adalah untuk menemukan kebenaran, dan jika kita tidak secara aktif berusaha agar bisa lebih dekat lagi dengan inti berbagai hal, kita akan segara mati.

Memecahkan masalah
Pikiran tidak akan pernah bisa memecahkan masalah jika pikiran itu dikuasai oleh masalah tersebut. “Hanya pikran yang tidak dikuasai masalah sajalah yang bisa merasa segar untuk memahami masalah”, kata Krishnamurti. Jika Anda bisa menciptakan suatu ruang di antara pikiran-pikiran Anda, Anda akan kembali memperleh kesegaran dan kreatifitas yang tidak pernah bisa dirasakan oleh pikiran normal yang dibebani oleh masalah dan kecemasan yang datang silih  berganti.

            Jika pikiran yang membuat kita terjerumus ke dalam kekacauan dipekerjakan untuk untuk menyelesaikan kekacauan tersebut, solusi yang dihasilkan tidak akan benar-benar bagus. Tetapi dengan menutup pikiran tersebut, solusi elegan akan muncul. Kita beranggapan bahwa pikiran adalah segalanya, padahal tidak. Kita bisa memperkaya hidup kita dengan melangkah masuk ke dalam kecerdasan luas alam semesta yang eksis dalam otak kita. Ironosnya, dengan menghentikan ocehan tiada henti dari pikiran, kita juga akan memperoleh pemahaman diri. Dengan demikian, tidak berpikir, jika dilakukan dengan sengaja, bisa menjadi merupakan bentuk kecerdasan yang tertinggi.

Orang yang kreatif
Banyak orang yang hidup hanya sebagai teknisi, tulis Krishnamurti. Kita belajar secara otomatis dan melewati ujian, mendapat pekerjaan; kita mempelajari teknik untuk meraih sukses dalam masyarakat ini. Tetapi jika kita tidak memperhatikan hal-hal yang susungguhnya – keindahan, cinta, kedamaian – maka kita akan hidup di dunia yang kelihatannya berat dan terpisah-pisah. Dengan demikian kita punya pilihan: hanya menjadi seorang teknisi atau seorang pencipta, menjadi kurang menyerupai manusia atau lebih menyerupai manusia. Krishnamurti berkata:

“Engkau bisa menjadi orang yang kreatif hanya ketika ada penyerahan – artinya, sungguh, ketika tidak ada rasa terpaksa, tidak ada rasa takut tidak bisa menjadi sosok yang diinginkan, tidak bisa memperoleh sesuatu, tidak bisa mencapai tujuan.”

Seseorang yang telah belajar bagaimana masyarakat bisa berhasil dan “melakukannya dengan baik” mempeoleh semacam rasa percaya diri yang bersifat teknis. Rasa percaya ini akan menimbulkan arogansi. Tetapi ada rasa percaya diri jenis lain yang datang dari berpikir di luar sistem. Rasa percaya diri ini lebih tidak merusak. Jika kita tidak memilikinya, kata Krishnamurti, kita “akan diserap oleh masyarakat dan tersesat dalam keadaan yang biasa-biasa saja”. Jika kita berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjadi diri kita sendir, kita akan mengetahui kreativitas sejati yang tidak dibentuk oleh apa yang secara sosial diterima atau sesuai. Seorang teknisi bisa memberi “hasil”, tetapi seorang pencipta, dengan sifat dan fokus merek pada hal-hal yang penting, akan meningkatkan dunia sekitar mereka.

            Krishnamurti berbicara tentang perlunya memiliki jiwa pemberontak. Maksudnya bukan mengubah masyarakat dari dalam, tetapi memberontak melawan  cara pikir dan cara pandang yang ada. Jika Anda memberontak melawan “sistem”, jika Anda melobi agar terjadi perbaikan, bukankah hal ini sama saja dengan seorang narapidana yang memberontak di dalam penjara menuntut kondisi yang lebih baik? Revolusi yang sesungguhnya bukanlah mengeluh tentang kondisi penjara, melainkan memandang melalui jeruji-jerujinya agar bisa melihat institusi tersebut dalam konteks yang lebih besar.

            Kita perlu memandang pikiran kita dengan cara seperti ini, mengamati proses kerjanya dan memahami mengapa pikiran kita mengambil kesimpulan seperti itu. Misalnya, kita tidak bisa menghentikan ketamakan dan rasa iri hati kita dengan berusaha mengeliminasinya; perasaan itu hanya akan hilang jika kita bisa mengamati pikiran kita secara keselruhan.  Ketika kita mengakui bahwa pikiran kita penuh dengan ketamakan, rasa, kebencian, dan ambisi, kita menciptakan ruang dimana kita bukan hal-hal ini. Itulah awal dari seorang bebas yang mampu menggunakan mata air kreativitas, yang terdapat di luar pikiran yang berpikir.

Kebahagiaan dan cinta
Karena kita adalah orang yang berjuang untuk meraih sesuatu, kita juga percaya bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa kita cari. Tetapi seperti yang dengan tepat ditunjukkan oleh Krishnamurti, kebahagiaan tidak bisa “ditemukan”, kebahagiaan adalah produk sampingan dari memaknai dan menjalani hidup tanpa rasa takut. Kebahagiaan tidak dihasilkan dari prestasi dan ambisi; hidup adalah saat-saat dimana kita tidak memikirkanhal-hal tersebut, saat kita hanyut dalam suatu tugas atau merasa menjadi bagian dari lingkungan sekitar kita. Bahkan sekadar berpikir atau berbicara tentang kebahagiaan sudah mengindikasikan bahwa kita tidak menyatu dengan sumber kebahagiaan.

            Pada dasarnya, ketidakbahagiaan terjadi karena tidak adanya cinta, atau karena ada jarak antara diri kita dan orang lain. Jarak ini diciptakan oleh penilaian dan kecaman kita. Sulit untuk sungguh-sungguh mencintai jika kita sedang memikirkan diri kita sendiri dan keinginan kita; bagi orang lain, hal ini tampak dangkal. Orang yang berjuang keras akan berkata, cinta memang baik, tetapi itu hanya mimpi indah – aku harus sukses di dunia ini. Krishnamurti membantah, “Cinta adalah hal yang paling praktis di dunia.” Orang yang ambisius mencari kekuatan, dan dalam pencariannya mereka tidak bisa melihat fakta bahwa cinta adalah kekuatan terbesar yang kita ketahui. Cinta yang hebat adalah kecerdasan yang yang hebat, karena kecerdasan mampu mengenali bahwa pada akhirnya cinta adalah satu-satunya hal yang penting.

Kata penutup
Buku Krishnamurti ditulis bertahun-tahun sebelum pandangan tentang melakukan apa yang ingin dilakukan, alih-alih melakukan pekerjaan demi kepastian hidup, menjadi tren. Ia juga memahami budaya selebriti kita di mana setiap orang ingin menjadi seseorang yang lain, ingin terkenal, serta kesengsaraan yang ditimbulkannya.

            Think on These Things bukanlah tentang spiritualitas yang kita pahami secara konvensional, melainkan tentang membuka pikiran. Buku ini berbicara tentang kecerdasan, meski bukan kecerdasan seperti yang biasa kita pikirkan. Setiap orang beranggapan bahwa mereka adalah individu yang bersemangat dan berpikir bebas, padahal sering kali tidak ada yang bisa mendekati kebenaran.

            Buku ini membuat Anda bertanya kepada diri Anda sendiri: Apakah saya hanya seorang teknisi dalam hidup ini, atau seorang pencipta?

Jiddu Krishnamurti
Krishnamurti dilahirkan di Madras (Chennai) pada tahun 1895, putra dari sebuah keluarga Brahmana. Ayahnya bekerja di pusat Komunitas Teosofi di Adyar. Pada usia 15 tahun Krishnamurti dibimbing oleh pemimpin teosofi Annie Besant dan rekannya C.W. Leadbeater karena sepertinya memiliki “aura” yang luar biasa. Mereka secara resmi mengadopsi anak itu dan ia dibawa ke inggris untuk disekolahkan. Dinobatkan sebagai “Guru Dunia”, pada tahun 1911 dibentuklah organisasi seputar dirinya, Order of the Star in the East.

            Pada tahun 1929, Krishnamurti mengumumkan bahwa ia bukan mesias, atau bahkan seorang guru, lalu berpisah dengan para pelindungnya san gerakan Teosofi. Ia mulai hidup berkelana dan berceramah, serta dikenal dengan filosofi pikirannya yang mandiri dan kewaspadaan terhadap seperangkat keyakinan. Ia meninggal pada tahun 1985, dan Krishnamurti Foundation terus menerbitkan karya-karyanya.