Rabu, 08 Januari 2020

WAKTU = SANG KALA


Wejangan Kyai Ganjel pada Perayaan 1 Suro 1934, 25 Maret 2001

Kyai Ganjel dan Pak Bagyo


WAKTU = SANG KALA

            Sesuatu yang berjalan dengan sendirinya, tak dapat dikendalikan, tidak dapat dipengaruhi dan melibatkan segala sesuatu tanpa kecuali.
            Mau tak mau kita bersama waktu dan tidak dapat melepaskan diri. Tidur hanyalah sebagai salah satu anggapan terlepas dari waktu (tidak ada yang lalu, sekarang maupun yang akan datang). Setelah bangun baru sadar bahwa dirinya hanyut dalam waktu.
            Hidup kita bagaikan dalam sampan yanghanyut dalam waktu. Selama dalam sampan itulah kesempatan. Tuhan, Gusti Pangeran yang memberi kesempatan yang pas (tidak kurang dan tidak lebih, karena Dia tidak pelit, mapun tidak boros). Maka dikatakan, “Ojo leren lamun durung sayah” = “Jangan istirahat kalau tidak capai”. Banyak orang istirahat sebelum capai, kemudian jadi pemalas. Dan banyak orang capai masih memaksakan diri, kemudian tenggelam dalam nafsu dan merusak keseimbangan. Pemalas akhirnya merasa kurang waktu, terlambat dan gagal; sedang yang memaksakan diri akan menjadi rusak.
            Salah memanfaatkan waktu atau kesempatan, waktu akan menjadi hal yang sangat ditakuti. Yang indah atau cantik jadi jelek, yang baik jadi rusak, dll. Kesempatan jadi tak berharga kalau tidak dihargai; dan menjadi berharga kalau dihargai. Dengan kebodohan, lalai, dan malas, hal-hal inilah yang membuat kita kehilangan kesempatan. Menyia-nyiakan kesempatan, hidup akan menjadi sia-sia.
            Bagaimana memanfaatkan kesempatan ini?
            Di dalam  perahu yang hanyut ini, kita merealisasi panggilan secara maksimal, sehingga diri kita mencapai maksimal dihadapan Tuhan, Gusti Pangeran. Pencapaian maksimal akan terjadi, memerlukan persiapan atau kawruh dan kesungguhan atau laku. Persiapan tanpa kesungguhan adalah impian, dan kesungguhan tanpa persiapan adalah kekecewaan. Bagaikan hidup yang berjalan diatas kawat.
            Persiapan : Diawali dengan keseimbangan (Jawa = kesatuan ukuran atau serasi atau seimbang), baru melangkah dengan kesungguhan. Bila tidak demikian akan terpeleset, jatuh dan gagal.
            Berbenah diri dengan cepat :
1.      Cepat mawas diri (tahu kesalahan)
2.      Cepat bertobat (tidak mengulang kesalahan)
3.      Cepat mengampuni (selalu berniat positif atau benar)
4.      Cepat berterimakasih dan bersyukur (menghargai, tidak sombong)
5.      Cepat berjanji (berkorban, murah hati)
Dibantu dengan sedulur papat :
1.      Kekuatan
2.      Semangat
3.      Kecerdikan
4.      Ketulusan atau Kebenaran
Sehingga 5. Pancer yang bersifat Ilahi akan mencapai kemenangan.
Dengan demikian, kita akan “Gentur Topo Brotone dan Sakti Mondrakguno” (=”merealisasikan janji dengan semangat lebih, maka apa yang dimau seketika terjadi”. Baru akan menjadi Gantharwa (=kesiapsediaan berkorban membantu orang lain untuk menggapai cita-cita, terutama cita-cita manunggaling kawula lan Gusti), menjadi jivanmukta, ia yang mencapai moksa dalam kehidupan ini.
Lisensi suatu kesempatan yang Pasti! Kesempatan sebagai pemberian, kalau tidak dimanfaatkan, maka akan kehilangan segalanya.

Sekian wejangan dari Kyai Ganjel.

Rahayu,
Berkah Dalem Gusti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar