Sabtu, 18 Januari 2020

JIwa Mistik, JIwa Merdeka

Hasil gambar untuk rabindranath tagore
Rabindranath Tagore


"This is the ultimate end of man,
to find the One which is in him;
which is his truth, which in his soul;
the key with which he opens
the gate of the spiritual life,
the heavenly kingdom."

Menemukan Dia Hyang Tunggal
di dalam dirinya, itulah tujuan akhir
kehidupan manusia;
Hyang Tunggal itulah kebenaran dirinya,
Hyang Tunggal itulah jiwanya;
penemuan itulah yang mengantarnya pada
kehidupan spiritual dan membukakan
pintu gerbang surga bagi dirinya..."

Rabindranath Tagore (1861-1941)
Mistik, Penyair, dan Pendidik


Jiwa merdeka adalah Jiwa yang bebas dari kesadaran jasmani yang serba terbatas. Kesadaran jasmani hanyalah salah satu lapisan dari lapisan-lapisan kesadaran diri manusia.

Dengan memperhatikan lapisan kesadaran jasmani saja, kita tidak bisa hidup sepenuhnya. Perkembangan diri kita pun sudah pasti tidak utuh. Kemudian, dengan hidup setengah-setengah dan perkembangan jiwa yang pincang, kita berkeluh kesah dan menyerapahi kehidupan.

Rabindranath Tagore mengatakan bahwa "tujuan akhir kehidupan manusia adalah...
"Menemukan Dia Hyang Tunggal."
Dan, tidak menemukan-Nya di suatu tempat yang jauh dari keramaian; di atas bukit, di tengah hutan, di padang pasir, atau di tepi sungai yang disucikan. Tidak pula di tempat ibadah, atau di tempat-tempat yang dikeramatkan.

Bagi Rabindranath Tagore, Ia Hyang Maha Tunggal Ada-nya mesti ditemukan "di dalam diri"-di dalam diri Anda, di dalam diri saya, di dalam diri kita masing-masing. Ketika seorang "pencari" menyadari hal ini, bahwa ia mesti menemukan Hyang Tunggal di dalam dirinya, maka ia layak disebut mistik.

Seorang Mistik Berhenti Mencari Di Luar. Mencari "di luar" berarti mencari sesuatu yang "tidak ada di dalam diri". Dengan demikian,Anda menciptakan ketergantungan baru pada "sesuatu di luar diri". Anda menciptakan belenggu baru dan membelenggu diri sendiri.

Dengan cara itu, Anda tidak pernah bebas. Jiwa tidak pernah merdeka. Seorang mistik menyadari hal itu, maka ia berhenti mencari di luar diri. Ia mulai meniti jalan ke dalam diri.

Dalam pencarian itu, terlebih dahulu ia menemukan sampah-sampah yang ada di dalam dirinya. Terlebih dahulu ia menemukan segudang ketidakbenaran yang selama ini dipercayainya sebagai kebenaran. Seperti...

Mengupas Kulit Buah Durian. Kulit berduri buah durian mesti dibuang, Anda tidak bisa memakannya. Anda tidak bisa bersikap, "sayang, masak dibuang?" Kulit durian tidak berguna.
Namun, dalam proses pengupasan itu, Anda mesti berhati-hati. Jika tidak, Anda bisa melukai tangan Anda sendiri. Bahkan, sudah berhati-hati pun, ada kalanya jari Anda tetap tergores. Tetapi risiko itu mesti ditanggung. Tidak ada jalan lain untuk menikmati daging durian. Anda mesti mengupasnya. 

Barangkali Anda bertanya: "Apa tidak mungkin minta bantuan orang lain untuk mengupasnya?"
Untuk buah durian bisa. Bahkan, Anda bisa membeli buah yang sudah dikupas.
Untuk perjalannan ke dalam diri, tidak bisa. Mau tidak mau Anda mesti mengeruk dan membersihkan sendiri lapisan tebal daki pikiran, perasaan, obsesi, pendapat dan pandangan keliru yang telah menempel lama pada diri Anda.
untuk itu dibutuhkan Latihan-latihan Pembersihan dan Pemberdayaan Diri.


(Diambil dari Buku Kearifan Mistisisme - Panduan untuk Menyelaraskan Diri dengan Semesta dan Menyerap Suara Yang Maha Ada, karya Anand Krishna, hal 176-178)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar