Sabtu, 27 Oktober 2018

Seseorang yang telah meraih Kesempurnaan Diri


"Sekarang ketahuilah secara singkat bagaimana seseorang yang telah meraih Kesemputnaan Diri, sekaligus mencapai Brahman, Kesadaran Jiwa Tertinggi; yang juga adalah Pengetahuan Tertinggi atau Pengetahuan Sejati".

1. "Ia yang sudah berpandangan jernih".
    Buddhi adalah hasil penghalusan mind, gugusan pikiran dan perasaan. Buddhi adalah mind yang sudah dewasa, yang dapat memilah antara mana yang tepat dan mana yang tidak tepat. Kejernihan pandangan adalah syarat utama, syarat-syarat lain adalah pengembangan  dari syarat utama. Sifat- sifat lain adalah sesuatu yang alami, otomatis terjadi jika kita sudah berpandangan jernih.

2. "Keteguhan dalam Kesadaran Jiwa".
    (Kesadaran Jiwa yang dimaksud adalah hubungan antara Jivatman atau roh individu dan Paramatman atau Gusti Pangeran)
Kita tahu persis bila badan, indra dan sebagainya bukanlah hakikat diri kita.

3. "Dirinya terkendali".
    Memiliki rasa percaya-diri yang bukan saja tinggi tapi juga hakiki. Kesadaran hakiki melahirkan kepercayaan diri yang hakiki.

4. "Tidak terpengaruh oleh pendapat atau apa yang dikatakan orang".
    Tidak terpengaruh oleh pendapat-pendapat yang tidak menunjang kesadaran jiwa.

5. "Bebas dari keterikatan dengan dunia benda, dan dualitas suka/tak suka".
    Sudah tidak tertarik dengan permainan gundu. Ia menjadi warga semesta, tak terbatasi oleh batas-batas dunia ciptaan manusia.

6. "Ia senantiasa menarik diri ke tempat yang sepi".
    Mencari tempat yang sepi, baik untuk hunian maupun untuk laku spititual, meditasi dan sebagainya. Bukan karena sombong tapi karena urusannya sudah beda.

7. "Makan secukupnya".
    Ini tentang pengendalian diri, semua ini adalah urusan self-awareness, kesadaran diri.

8. "Mengupayakan pengendalian badan, indra, ucapan serta pikiran"


9. "Memusatkan seluruh kesadaran pada diri yang sejati - melakoni meditasi"


10. "Berlindung pada vairagya -  melepaskan segala keterikatan duniawi"


11. "Ia menjadi ceria"

      Keceriaan adalah hasil dari keaadaran tertinggi, dimana ia mulai mengapresiasi keindahan jagat-raya. Keceriaannya adalah keceriaan polos, tulus, lugu. Keceriaan seorang anak kecil yang sedang mengamati dan menikmati warna-warni dunia.


12. "Ia tidak lagi berduka"
      Erat kaitannya dengan keceriaan. Jika ia hanya berada dalam keadaan suka, maka ketika keadaan berubah, ia akan berduka. Keadaan suka tidaklah sama dengan keceriaan. Keceriaan melampaui suka dan duka. Suka dan duka tergantung pada keadaan di luar diri. Keceriaan adalah sikap hidup yang muncul dari kesadaran diri.

https://www.anandkrishna.org/id/ 
 

Punya Karma


Punya Karma atau Penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan yang mulia. Para pemandu rohani seperti Ramakrishna, Hazrat Isa, dan lainnya menderita karena urusan Punya Karma. Mereka adalah genre yang berbeda. Mereka tidak berada dalam kelompok yang sama seperti kita.

Jangan cepat-cepat menghakimi mereka. Jangan pula menganggap kita berada dalam kelompok mereka dan membenarkan penderitaan kita sebagai hasil dari punya karma, perbuatan yang mulia.
Seorang Punya Atma-Diri, Pribadi yang Mulia-tidak hanyatidak terbawa oleh pengalaman duka, tidak hanya tetap berkarya, tapi tetap menjadi berkah bagi semesta.

Ditengah badai topan sedahsyat apa pun, kita akan tetap menemukan mereka-para Maitreya, Mitra Jagat Raya itu-melayani sesama makhluk.

Semoga kita semua bisa menjadi seperti mereka.

Kemudian, tidak ada lagi benih-benih baru yang muncul dan terkumpul. Para Maitreya, Miyra Jagat Raya, bagaikan awan pembawa berkah ditengah musim kemarau, ditengah gurun Sahara. Mereka adalah siraman berkah, hujan berkah. Mereka tidak terbawa oleh gugusan pikiran dan perasaan. Meteka tidak terbawa oleh nafsu. Mereka menggunajan buddhi, Intelijensi untuk menjalani hidup, sekaligus berbagi kehidupan.
Dan, Selagi berbagi itu, mereka mengambil sikap sebagai Saksi - inilah Kesadaran-Jiwa. Sebagai Saksi, mereka melihat "Diri"-nya, melihat Pribadi Agung, melihat Sang Jiwa Agung dimana-mana.

Yang melayani adalah Dia.

Yang dilayani adalah Dia, dan aksi pelayanan itu sendiri adalah Dia. Dengan kesadaran seperti ini, mereka senantiasa hidup dalam kebenadan mutlak, hidup dalam moksa, dalam nirvana. Selagi masih berbadan-masih tampak sama seperti kita-, sesungguhnya mereka sudah bebas dari segala kesadaran rendah, dari segala keterikatan. Mereka adalah...

Manusia Sempurna, Jivan Mukta, sudah bebas dari kesadaran jasmani, pikiran, perasaan, apalagi nafsu rendahan dan tuntutan indra. 

(Di kutip dari Buku Yoga Sutra Patanjali Bagi Orang Modern, hal. 186-187)

VIGYANA BHAIRAVA TANTRA, BAB 1. DUNIA TANTRA



VIGYANA BHAIRAVA TANTRA OSHO

BAB 1. DUNIA TANTRA

(Pengantar Penterjemah: Vigyana Bhairava Tantra adalah percakapan mengenai 112 metode meditasi antara Siwa dan Dewi Parwati. Vigyana Bhairava Tantra ini dibahas, dijelaskan dan diberikan komentar oleh OSHO kepada murid-murid beliau yang disebut juga Sanyasin dan dibukukan dengan judul The Book of Secret (Kitab Ajaran Rahasia). Bab ini merupakan terjemahan dari Chapter 1. The World of Tantra. Bab-Bab yang ganjil berisikan pembahasan OSHO mengenai sutra-sutra dari Vigyana Bhairava Tantra, sedangkan bab-bab yang genap berisi tanya-jawab antara OSHO dengan para sanyasin beliau. Team penterjemah dari OSHO Indonesia akan membagikan terjemahan dalam dua versi yaitu versi bahasa Indonesia saja dan versi dua bahasa Indonesia-inggris. Semoga apa yang team penterjemah kerjakan ini dapat bermanfaat bagi para praktisi spiritual di tanah air. Semoga semua makhluk, di semua alam, di semua tingkatan, di segenap penjuru mata angin, bebas dari penderitaan dan dari sebab-sebab penderitaan. Semoga semua makhluk dapat hidup bahagia, damai dan tentram.)
OSHO IndonesiaSUTRA/AYAT:
DEWI BERTANYA: OH SIWA, APAKAH REALITAMU/HAKIKAT MU? APAKAH SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI? APAKAH INTINYA? SIAPAKAH PUSAT RODA SEMESTA? APAKAH HIDUP YANG DI LUAR SEGALA WUJUD DAN SEKALIGUS MERESAPI SEMUA WUJUD?

BAGAIMANA KITA DAPAT SEPENUHYA MASUK KE DALAMNYA, MELAMPAUI RUANG DAN WAKTU, MELAMPAUI SEGALA NAMA DAN MELAMPAUI SEMUA PENJELASAN? MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU!

SUTRA:
DEVI ASKS: OH SHIVA, WHAT IS YOUR REALITY? WHAT IS THIS WONDER-FILLED UNIVERSE? WHAT CONSTITUTES SEED? WHO CENTERS THE UNIVERSAL WHEEL? WHAT IS THIS LIFE BEYOND FORM PERVADING FORMS? HOW MAY WE ENTER IT FULLY, ABOVE SPACE AND TIME, NAMES AND DESCRIPTIONS? LET MY DOUBTS BE CLEARED!

Beberapa poin pengantar. Pertama, dunia VIGYANA BHAIRAVA TANTRA bukan intelektual, bukan filsafats. Doktrin tidak ada artinya. Vighyana Bhairava Tantra terkait dengan metode, dengan teknik - sama sekali bukan prinsip. Kata ‘tantra' berarti teknik, metode, jalan. Jadi ini bukan filsafats – catat! Vigyana Bhairava Tantra tidak berurusan dengan masalah intelektual dan pertanyaan-pertanyaan. Ia tidak berurusan dengan “mengapa”; namun berkaitan dengan "bagaimana"; bukan dengan apakah kebenaran itu, tapi bagaimanakah kebenaran dapat dicapai.

TANTRA berarti teknik. Jadi risalah ini adalah satu risalah ilmiah. Ilmu pengetahuan tidak berurusan dengan mengapa, ilmu pengetahuan berurusan dengan bagaimana. Itu lah perbedaan mendasar antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Filsafat bertanya, "Mengapa

segala sesuatu ini ada (keber-ada-an ini)?" Ilmu pengetahuan bertanya, "Bagaimana segala sesuatu ini?" Saat engkau mengajukan pertanyaan, bagaimana? Metode, teknik, menjadi penting. Teori menjadi berarti; pengalaman langsung menjadi tujuan utama.

Tantra adalah ilmu pengetahuan, tantra bukan filsafat. Memahami filsafat itu mudah karena hanya kecerdasanmu yang diperlukan. Jika engkau dapat memahami bahasa, jika engkau dapat memahami konsep, engkau dapat memahami filsafat. Engkau tidak memerlukan perubahan; engkau tidak memerlukan transformasi. Jika engkau tetap dirimu yang sekarang, engkau dapat memahami filsafat tetapi tidak dengan tantra.

Sebaliknya engkau membutuhkan perubahan..., mutasi. Hanya jika engkau berbeda tantra dapat dipahami, karena tantra bukan dalil intelektual, tantra adalah pengalaman langsung. Kecuali engkau terbuka dan mudah menerima, siap, mudah tersentuh oleh pengalaman, tantra tidak akan datang kepadamu.

Filsafat berhubungan dengan pikiran. Kepalamu saja sudah cukup; totalitasmu tidak diperlukan. Tantra membutuhkan totalitasmu. Inilah tantangannya yang lebih dalam. Engkau harus ada sepenuhnya di dalamnya. Tidak setengah-setengah, terpisah-pisah. Diperlukan sebuah pendekatan yang berbeda, sikap yang berbeda, pikiran berbeda untuk menerimanya. Oleh karena itu, Dewi Parwati terdengar seperti mengajukan pertanyaan filsafat.

OSHO IndonesiaTantra dimulai dengan pertanyaan Dewi Parwati. Semua pertanyaan dapat dicerna secara filsafat. Sungguh, setiap pertanyaan dapat dicerna dengan dua cara: secara filsafats atau secara total, secara intelektual atau eksistensial. Sebagai contoh, jika seseorang  bertanya, "Apa itu cinta?" Engkau dapat memandangnya secara intelektual, engkau dapat mendiskusikan, engkau dapat mengusulkan teori, engkau dapat berdebat untuk sebuah dugaan-dugaan/hipotesis. Engkau dapat membuat sistem, sebuah doktrin - dan engkau mungkin tetap tidak mengetahui sama sekali apa itu cinta.

Untuk membuat sebuah doktrin, pengalaman langsung tidak diperlukan. Justru sebaliknya, semakin sedikit engkau tahu akan lebih baik karena engkau dapat mengajukan doktrin tanpa keraguan. Hanya orang buta yang dengan mudah dapat mendefinisikan apa itu cahaya. Bila engkau tidak tahu engkau akan yakin. Ketidaktahuan selalu berani; pengetahuan selalu ragu-ragu. Dan semakin engkau tahu, semakin engkau merasa bahwa dasar pijakanmu semakin lemah. Semakin engkau tahu, semakin engkau merasakan betapa bodohnya dirimu. Dan mereka yang benar-benar bijaksana, mereka menjadi bodoh. Mereka menjadi sesederhana dan sepolos anak-anak, selugu dan sesederhana mereka yang idiot.

Semakin sedikit engkau tahu, semakin baik. Untuk menjadi filosofis, untuk menjadi dogmatis, menjadi doktriner (berpegang pada doktrin) - itu mudah. Untuk mengatasi masalah secara intelektual adalah sangat mudah. Tapi untuk mengatasi masalah secara eksistensial - bukan hanya untuk berpikir tentang hal itu, tetapi untuk hidup melaluinya, untuk menjalaninya, untuk membiarkan dirimu bertransformasi dengannya - adalah sulit.

Artinya adalah, untuk mengetahui cinta, seseorang harus mencintai. Hal ini berbahaya karena engkau tidak akan pernah sama lagi. Pengalaman ini akan mengubahmu. Saat engkau memasuki cinta, engkau memasuki (menjadi) orang yang berbeda. Dan ketika engkau keluar darinya engkau tidak akan mampu mengenali wajah lamamu; wajah lamamu tidak akan menjadi milikmu lagi. Sebuah akhir dari wajah yang lama akan muncul.

Akan ada jarak, akan ada perbedaan, manusia yang lama sudah mati dan manusia baru telah datang. Itulah yang dikenal sebagai kelahiran kembali - yang lahir dua kali (dwijati).

Tantra adalah non-filsafat dan eksistensial. Jadi tentu saja Dewi Parwati mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tampak filosofis, tapi Siwa tidak akan menjawab dengan cara filosofis. Jadi sebaiknya ini dipahami di awal; Jika tidak, engkau akan bingung, karena Siwa tidak akan menjawab satu pertanyaan. Semua pertanyaan yang ditanyakan Dewi Parwati, Siwa tidak akan menjawabnya sama sekali. Dan Siwa tetap memiliki jawaban! Dan sungguh, Dia yang menjawab semua itu, bukan orang lain - tetapi di alam yang berbeda.

Dewi Parwati bertanya, “Apakah hakikat-Mu, Tuanku?" Dia tidak akan menjawabnya. Sebaliknya, Siwa memberikan teknik. Dan jika Dewi Parwati melakukan teknik ini, dia akan tahu. Jadi jawabannya agak berputar; tidak langsung. Siwa tidak akan menjawab "Siapakah Aku." Dia akan memberikan teknik - dengan melakukannya engkau akan tahu.

OSHO IndonesiaUntuk tantra, melakukan adalah mengetahui, dan tidak ada pengetahuan lainnya. Kecuali engkau melakukan sesuatu, kecuali engkau berubah, kecuali engkau memiliki perspektif yang berbeda untuk melihat, untuk melihatnya, kecuali engkau bergerak dalam dimensi yang sama sekali berbeda dari intelek, tidak akan ada jawaban. Semua jawaban-jawaban yang dapat diberikan - adalah kebohongan. Semua filsafat adalah kebohongan. Engkau mengajukan pertanyaan dan filsafat memberikan jawaban. Itu memuaskanmu atau tidak memuaskanmu. Jika memuaskan, engkau menjadi pengikut filsafat itu, tetapi engkau tetap sama. Jika tidak memuaskan, engkau pergi mencari beberapa filsafat lain yang akan engkau yakini. Tapi engkau tetap sama; engkau tidak tersentuh sama sekali, engkau tidak berubah.

Tidak perduli apakah engkau seorang Hindu atau Islam atau Kristen atau Jaina, tidak ada bedanya. Seseorang di balik Hindu atau Islam atau Kristen adalah sama. Berbeda hanya kata-kata, atau pakaian. Pria yang pergi ke gereja atau ke kuil atau masjid adalah orang yang sama. Hanya berbeda wajah, dan semua itu adalah wajah-wajah yang palsu; sekedar topeng. Di balik topeng engkau akan menemukan orang yang sama - kemarahan yang sama, keberingasan yang sama, kekerasan yang sama, keserakahan yang sama, nafsu yang sama - semuanya sama. Apakah seksualitas Islam berbeda dari seksualitas Hindu? Apakah kekerasan Kristen berbeda dari kekerasan Hindu? Semuanya sama! Kenyataannya tetap sama; hanya berbeda pakaian.

Tantra tidak peduli dengan pakaianmu, tantra peduli denganmu. Jika engkau mengajukan pertanyaan itu menunjukkan dimana dirimu. Ini menunjukkan bahwa di manapun engkau berada engkau tidak bisa melihat; itulah mengapa ada pertanyaan. Seorang pria buta bertanya, "Apakah cahaya itu?" Dan filsafat akan mulai menjawab apa itu cahaya. Tantra hanya akan mengetahui ini: Jika seseoang bertanya “Apakah cahaya itu?” itu hanya menunjukkan bahwa ia buta. Tantra akan mulai mengoperasi mata orang itu, mengubah orang itu, sehingga ia bisa melihat. Tantra tidak akan mengatakan apa itu cahaya. Tantra akan memberitahu bagaimana caranya mendapatkan penglihatan, bagaimana caranya dapat melihat, bagaimana caranya mendapatkan penglihatan. Ketika penglihatan ada, jawabannya akan berada di sana. Tantra tidak akan memberikan jawabannya; tantra akan memberikan teknik untuk mendapatkan jawabannya.

Sekarang, jawaban ini tidak akan menjadi intelektual. Jika engkau mengatakan sesuatu tentang cahaya kepada orang buta, ini adalah intelektual. Jika si buta itu mampu melihat, ini eksistensial. Inilah yang ku maksudkan ketika aku mengatakan tantra adalah

eksistensial. Jadi Siwa tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan Dewi Parwati, tetapi tetap Dia akan menjawab - itu hal pertama.

Hal kedua: Tantra adalah jenis bahasa yang berbeda. Engkau harus tahu sesuatu tentang hal itu sebelum kita masuk ke dalamnya. Semua risalah tantra adalah dialog antara Siwa dan Dewi Parwati. Dewi Parwati bertanya dan Siwa menjawab. Semua risalah tantra dimulai dengan cara ini. Mengapa? Mengapa metode ini? Hal ini sangat berarti. Ini bukan dialog antara guru dan murid, ini adalah dialog antara dua kekasih. Dan tantra menandakan bahwa ini hal yang sangat berarti: bahwa ajaran yang lebih dalam tidak dapat diberikan kecuali ada cinta diantara keduanya - murid dan guru. Murid dan guru harus menjadi pecinta yang mendalam. Hanya dengan seperti itu keadaan yang lebih tinggi, keadaan  yang  melampaui segala  sesuatu, dapat  diekspresikan, dapat terungkapkan.

Jadi ini adalah bahasa cinta; murid harus bersikap penuh cinta. Tapi bukan hanya itu, karena teman bisa menjadi kekasih. Tantra mengatakan murid harus bergerak sebagai yang reseptif, kemampuan menerima, sehingga murid harus dalam reseptivitas feminin; hanya dengan begitu hal ini dimungkinkan. Engkau tidak perlu menjadi seorang wanita untuk menjadi seorang murid, tetapi engkau perlu berada dalam sikap penerimaan yang feminim. Ketika Dewi Parwati bertanya, Ini berarti sikap feminim yang bertanya. Mengapa penekanan ini ada pada sikap feminim?

OSHO IndonesiaPria dan wanita tidak hanya memiliki fisik yang berbeda, mereka memiliki psikologis/ kejiwaan yang berbeda. Seksualitas tidak hanya memiliki perbedaan dalam tubuh; tetapi juga berbeda dalam psikologi. Pikiran feminim berarti penerimaan - penerimaan total, berserah, cinta. Seorang murid membutuhkan psikologi feminim; jika tidak, ia tidak akan mampu untuk belajar. Engkau dapat bertanya, tetapi jika engkau tidak terbuka maka engkau tidak dapat menerima jawaban. Engkau dapat mengajukan pertanyaan dan masih tetap saja tertutup. Maka jawabannya tidak bisa menembus dirimu. Pintumu tertutup; engkau mati. Engkau tidak terbuka.

Sebuah reseptivitas/penerimaan yang feminim berarti seperti-rahim sebuah sarana penyerapan di kedalaman batin, sehingga engkau dapat menerima. Dan tidak hanya itu – ada lebih banyak hal lagi yang tersirat. Seorang wanita tidak hanya menerima sesuatu, saat ia menerima, itu akan menjadi bagian dari tubuhnya. Seperti seorang anak yang diterimanya. Seorang wanita akan mengandung; saat ada pembuahan, anak akan  menjadi bagian dari tubuh femininnya. Bukan sesuatu yang asing. Karena itu telah diserapnya. Sekarang si anak akan hidup bukan sebagai sesuatu yang ditambahkan ke sang ibu, tapi sebagai bagian, seperti ibu itu sendiri. Dan si anak tidak hanya diterima: tubuh feminin menjadi kreatif; sehingga anak mulai tumbuh.

Seorang murid membutuhkan reseptivitas/penerimaan seperti-rahim. Apapun yang diterima tidak akan dikumpulkan sebagai pengetahuan yang mati. Yang engkau terima harus tumbuh di dalam dirimu; harus menjadi darah dan tulang di dalam dirimu. Ia harus menjadi bagian dari dirimu sekarang. Ia harus tumbuh! Pertumbuhan ini akan mengubahmu, akan men-transformasikan-mu - si penerima. Itulah sebabnya tantra menggunakan perangkat/tekhnik ini. Setiap risalah dimulai dengan Dewi Parwati mengajukan pertanyaan dan Siwa menjawabnya. Dewi Parwati adalah pendamping Siwa, bagian feminin-Nya.

Satu hal lagi .... Psikologi modern saat ini, terutama psikologi mendalam, mengatakan bahwa manusia itu adalah keduanya pria dan wanita. Tidak ada yang hanya laki-laki dan

tidak ada yang hanya perempuan; semua orang adalah bi-seksual. Kedua jenis kelamin dimiliki oleh setiap orang. Penelitian ini merupakan penelitian yang sangat baru di Barat, tetapi untuk tantra ini sudah merupakan salah satu konsep paling dasar yang telah ada selama ribuan tahun. Engkau harus melihat beberapa gambar dari Siwa sebagai ARDHANARISHWARA - setengah pria, setengah wanita. Tidak ada konsep lain seperti itu di seluruh sejarah manusia. Siwa digambarkan sebagai setengah pria, setengah wanita.

Jadi Dewi Parwati bukan hanya permaisuri, dia adalah setengah bagian dari Siwa. Hanya jika seorang murid menjadi setengah bagian yang lain dari guru, adalah mustahil untuk menyampaikan ajaran yang lebih tinggi, metode esoteric rahasia. Ketika engkau menjadi satu dengan guru di sana tidak akan ada keraguan. Ketika engkau menjadi satu dengan guru - sehingga benar-benar satu, begitu mendalam dalam kesatuan - tidak ada argumen, tidak ada logika, tidak ada alasan. Ketika engkau hanya menyerap; menjadi seperti rahim. Dan kemudian ajaran mulai tumbuh dalam dirimu dan mengubahmu.

Itulah sebabnya tantra ditulis dalam bahasa cinta. Ada sesuatu yang harus dipahami tentang bahasa cinta. Ada dua jenis bahasa: bahasa logika dan bahasa cinta. Ada dua perbedaan mendasar di antara keduanya.

OSHO IndonesiaBahasa logika adalah agresif, argumentatif, keras. Jika aku menggunakan bahasa yang logis aku menjadi agresif pada pikiranmu. Aku mencoba untuk meyakinkanmu, untuk mengubahmu, membuatmu menjadi boneka. Argumenku adalah “benar” dan engkau “salah”. Bahasa logika adalah egosentris: "Aku benar dan engkau salah, jadi aku harus membuktikan bahwa aku benar dan engkau salah." Aku tidak peduli denganmu, yang ku perdulikan adalah egoku. Ego ku selalu “benar."

Bahasa cinta benar-benar berbeda. Aku tidak perduli dengan egoku; Aku prihatin denganmu. Aku tidak peduli untuk membuktikan sesuatu, untuk memperkuat ego aku. Aku perduli untuk membantu engkau. Ini adalah kasih sayang untuk membantumu untuk tumbuh, untuk membantumu bertransformasi, untuk membantumu dilahirkan kembali sebagai makhluk spiritual.

Kedua, logika akan selalu menjadi intelektual. Konsep dan prinsip akan signifikan, argumen akan signifikan. Dengan bahasa cinta apa yang dikatakan tidak begitu signifikan; itu adalah cara mengatakan. Kata-kata adalah wadah, dan wadah tersebut tidak penting; isi, pesan yang lebih penting. Ini adalah pembicaraan dari hati-ke-hati, bukan diskusi pikiran-ke-pikiran. Ini bukan perdebatan, tapi adalah penyatuan.

Jadi ini jarang terjadi: Dewi Parwati duduk di pangkuan Siwa dan bertanya, dan Siwa menjawab. Ini adalah dialog cinta - tidak ada konflik, seakan-akan Siwa sedang berbicara kepada dirinya sendiri. Mengapa penekanannya harus pada cinta - bahasa cinta? Karena jika engkau sedang jatuh cinta dengan gurumu, maka seluruh dirimu berubah; menjadi berbeda. Maka engkau tidak mendengar kata-kata-nya. Maka  engkau hanya menyerapnya. Lalu kata-kata menjadi tidak relevan, tidak bermakna. Sungguh, keheningan diantara kata-kata menjadi lebih signifikan, lebih bermakna. Apa yang dikatakannya dapat menjadi bermakna atau tidak bermakna ... tetapi yang penuh makna itu adalah tatapan-nya, mata-nya, sentuhan, gerakan dan gemulai-nya, kasih sayang-nya, cinta-nya.

Itu sebabnya tantra memiliki alat/tekhnik tetap yang tidak bisa diubah, sebuah struktur. Setiap risalah dimulai dengan Dewi Parwati bertanya dan Siwa menjawab. Tidak ada argumen di sana, tidak ada kata yang sia-sia, tidak ada pemborosan kata-kata. Hanya

pernyataan sederhana mengenai fakta, pesan-pesan singkat tanpa keinginan untuk meyakinkan, tetapi hanya untuk sebuah keterhubungan.

Jika engkau menghadapi Siwa dengan pertanyaan dengan pikiran yang tertutup, Ia tidak akan menjawabmu dengan cara ini. Pertama ketertutupanmu harus dihancurkan. Lalu Ia harus menjadi agresif. Kemudian prasangkamu, persepsimu harus dihancurkan. Kecuali engkau dibersihkan sepenuhnya dari masa lalumu, tidak ada yang bisa diberikan kepadamu. Tapi ini tidak begitu dengan permaisuri-Nya Dewi Parwati; dengan Dewi Parwati tidak ada masa lalu.

Ingat, ketika engkau sedang jatuh cinta yang sangat dalam pikiranmu berhenti. Tidak ada masa lalu; saat ini menjadi segalanya. Ketika engkau sedang jatuh cinta saat ini adalah satu-satunya waktu, sekarang adalah segalanya - tidak ada masa lalu, masa depan. Jadi Dewi Parwati benar-benar terbuka. Tidak ada pertahanan - tidak ada yang harus dibersihkan, tidak ada yang harus dihancurkan. Tanah telah siap, hanya benih yang harus ditanam. Tanah tidak hanya siap, tapi menyambut, menerima, meminta untuk diresapi.

OSHO IndonesiaSehingga semua perkataan yang akan kita bahas akan menjadi pesan-pesang singkat (telegraf). Kata-kata ini hanya sutra (kalimat-kalimat pendek), tetapi masing-masing sutra, setiap telegraf pesan dari Siwa senilai Veda, senilai Alkitab, senilai Quran. Setiap kalimat bisa menjadi dasar dari kitab suci yang besar. Kitab Suci adalah logika - engkau harus mengajukan, membela, berdebat. Di sini tidak ada argumen, hanya pernyataan- pernyataan cinta yang sederhana.

Ketiga, arti dari kata VIGYANA BHAIRAVA TANTRA berarti teknik untuk melampaui kesadaran. VIGYANA berarti kesadaran, BHAIRAVA berarti keadaan yang melampaui kesadaran, dan TANTRA berarti metode: metode untuk melampaui kesadaran. Ini adalah doktrin tertinggi - tanpa doktrin apapun (doktrin tanpa doktrin).

Kita tidak sadar, sehingga semua ajaran agama adalah tentang bagaimana melampaui ketidaksadaran, bagaimana menjadi sadar. Misalnya, Krishnamurti, Zen, Mereka semua mengajarkan cara membuat kita lebih sadar/terjaga, karena kita semua tidak sadar. Jadi bagaimana menjadi lebih sadar, terjaga? Dari ketidaksadaran, bagaimana cara berpindah menuju kesadaran?

Tapi tantra mengatakan bahwa ini adalah dualitas - tidak sadar dan sadar. Jika engkau berpindah dari ketidaksadaran ke kesadaran, engkau hanya pindah dari satu dualitas ke dualitas lain. Bergerak melampaui keduanya! kecuali engkau bergerak melampaui keduanya engkau tidak pernah dapat mencapai akhir, jadi jangan menjadi sadar maupun tidak sadar; hanya melampaui, hanya menjadi (just be). Jangan menjadi sadar maupun tidak sadar - hanya Menjadi (just be)! Ini adalah melampaui yoga, melampaui Zen, melampaui semua ajaran.

'Vigyana' berarti kesadaran, dan 'Bhairava' adalah istilah yang spesifik, istilah tantra untuk “Ia yang telah melampaui”. Itulah sebabnya Siwa adalah Bhairava dan Dewi Parwati dikenal sebagai Bhairavi - Mereka yang telah melampaui dualitas.

Dalam pengalaman kita, hanya cinta yang dapat memberikan secercah pengalaman. Itu sebabnya cinta menjadi alat yang sangat dasar untuk menanamkan kebijaksanaan tantra. Dalam pengalaman kita, kita dapat mengatakan bahwa hanya cinta melampaui dualitas. Ketika dua orang sedang jatuh cinta, semakin dalam mereka bergerak ke dalam cinta, semakin berkurang kesadaran bahwa mereka adalah dua, mereka semakin menjadi satu.

Dan akan sampai pada titik puncaknya ketika dimana mereka hanya kelihatannya saja dua. Di dalam mereka adalah satu; dualitas terlampaui.
Hanya dalam arti ini ketika Yesus mengatakan bahwa "Tuhan adalah cinta" menjadi bermakna; tidak sebaliknya. Cinta adalah pengalaman terdekat dengan Tuhan. Ini tidak berarti bahwa Tuhan adalah cinta, sebagaimana umat Kristen menafsirkan - bahwa Tuhan memiliki cinta seorang ayah untukmu. Omong kosong! “Tuhan adalah cinta" adalah pernyataan tantra. Ini adalah berarti bahwa cinta adalah satu-satunya hakikat dalam pengalaman kita yang terdekat yang dapat kita capai untuk menuju Tuhan, menuju yang ilahi. Mengapa? Karena dalam cinta kesatuan dirasakan. Tubuh tetap dua, tapi sesuatu yang melampaui tubuh bergabung dan menjadi satu.

Itulah mengapa ada begitu banyak orang mendambakan hubungan seks. Yang didambakan sebenarnya adalah kesatuan, tapi kesatuan itu bukan seksual. Dalam hubungan seks dua tubuh hanya menipu perasaan menjadi satu, tetapi mereka tidak satu, mereka hanya terhubung bersama-sama. Tapi untuk satu saat dua tubuh saling melupakan satu sama lain, dan kesatuan fisik tertentu dirasakan. Mendambakan ini tidak buruk, tapi berhenti disitu adalah berbahaya. Mendambakan sex ini menunjukkan dorongan lebih dalam untuk merasakan kesatuan.

OSHO IndonesiaDalam cinta, di keadaan yang lebih tinggi, bagian yang terdalam dari diri kita bergerak, menyatu dengan sang kekasih, dan ada perasaan kesatuan disana. Dualitas lenyap. Hanya dalam cinta yang non-dualistik seperti ini kita dapat miliki secercah pengalaman seperti apa keadaan Bhairava itu. Kita dapat mengatakan bahwa keadaan Bhairava adalah cinta mutlak tanpa pernah kembali lagi, tidak ada kejatuhan kembali dari puncak cinta. Ia akan tetap ada di puncak.

Kita telah mengatakan tempat tinggal Siwa di Kailash. Itu hanya simbolik: Kailash adalah puncak tertinggi, puncak paling suci. Kita telah membuatnya sebagai tempat tinggal Siwa. Kita bisa pergi ke sana tapi kita harus turun lagi, itu tidak dapat menjadi tempat tinggal kita. Kita bisa pergi berziarah. Ini adalah TIRTAYATRA - ziarah, perjalanan. Untuk sesaat kita dapat menyentuh puncak tertinggi itu; lalu kita harus turun kembali.

Di dalam cinta perjalaan suci ini terjadi, tetapi tidak untuk semua karena hampir tidak ada yang bergerak melampaui seks. Sehingga kita harus hidup di lembah, lembah gelap. Kadang-kadang seseorang bergerak ke puncak cinta, tapi kemudian harus jatuh kembali karena itu begitu memusingkan. Cinta itu sangat tinggi dan engkau sangat rendah, dan karena itu sangat sulit untuk tinggal di sana. Mereka yang memiliki cinta, mereka tahu bagaimana sulitnya untuk terus mencintai. Kita harus kembali lagi dan lagi. Ini adalah tempat tinggal Siwa. Ia tinggal di sana; di ketinggian cinta adalah tempat tinggal-Nya.

Seorang Bhairava tinggal di dalam cinta; Itulah tempat tinggal-nya. Ketika aku mengatakan Itu adalah tempat tinggal-nya, yang kumaksud sekarang ia bahkan tidak menyadari cinta - Karena jika engkau tinggal di Kailash engkau tidak akan menyadari bahwa ini adalah Kailash, ini adalah puncaknya. Puncak menjadi polos. Siwa tidak menyadari cinta. Kita menyadari cinta karena kita hidup di yang bukan-cinta. Dan karena kontras itu kita merasakan cinta. Siwa adalah cinta. Keadaan Bhairava berarti seseorang telah menjadi cinta, bukan mencintai; seseorang harus menjadi cinta, tinggal di puncak. Puncak itu telah menjadi tempat tinggal-nya.

Bagaimana membuat puncak tertinggi ini menjadi mungkin: melampaui dualitas, melampaui ketidaksadaran, melampaui kesadaran, melampaui tubuh dan melampaui jiwa, melampaui dunia dan melampaui apa yang disebut MOKHSA - pembebasan? Bagaimana

untuk mencapai puncak ini? Tekniknya adalah tantra. Tapi tantra adalah murni teknik, sehingga akan menjadi sulit untuk memahaminya. Pertama mari kita memahami pertanyaannya, apa yang ditanyakan Dewi Parwati.

OH SIWA, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU? Mengapa pertanyaan ini? Engkau juga dapat mengajukan pertanyaan ini, tapi itu tidak akan membawa makna yang sama. Jadi cobalah memahami mengapa Dewi Parwati bertanya, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU? Dewi Parwati berada dalam cinta yang mendalam. Ketika engkau berada dalam cinta yang mendalam, untuk pertama kalinya engkau mengalami realitas batin. Kemudian Siwa bukanlah bentuk, bukanlah tubuh. Ketika engkau sedang jatuh cinta, tubuh kekasihmu menghilang, lenyap. Bentuknya menjadi tiada dan yang tak berbentuk menjadi terungkap. Engkau menghadapi jurang, menghadapi kedalaman kekosongan. Itulah sebabnya kita begitu takut kepada cinta. Kita dapat menghadapi tubuh, kita dapat menghadapi wajah, kita dapat menghadapi bentuk, tapi kita takut untuk menghadapi jurang kekosongan.

Jika engkau mencintai seseorang, jika engkau benar-benar mencintai, tubuh-nya pasti akan lenyap. Dalam beberapa saat klimaks, pada puncaknya, wujud akan menguap, dan melalui yang tercinta engkau akan memasuki yang tak berwujud. Itulah mengapa kita takut
- itu adalah seperti jatuh ke dalam jurang yang tak bertepi. Jadi pertanyaan ini bukan hanya pertanyaan sederhana: OH SIWA, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU?

OSHO IndonesiaDewi Parwati pasti telah jatuh cinta kepada wujudnya. Hal ini dimulai dengan cara itu. Dia pasti telah mencintai pria ini sebagai seorang pria, dan sekarang ketika cinta telah menjadi dewasa, ketika cinta telah berbunga, pria ini menghilang. Dia menjadi tak berwujud. Kini pria ini tidak dapat ditemukan dimana-mana. OH SIWA, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU? Ini adalah pertanyaan yang ditanyakan dalam kondisi cinta yang sangat kuat dan mendalam. Dan ketika pertanyaan diajukan, itu akan menjadi berbeda dalam pikiran yang bertanya.

Jadi buatlah situasi, pertanyaan dalam pikiranmu. Dewi Parwati harus menjadi bingung - Siwa telah menghilang. Ketika cinta mencapai puncak sang kekasih akan lenyap. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini terjadi karena sesungguhnya, semua orang tidak berwujud. Engkau bukan tubuh. Engkau bergerak sebagai tubuh, engkau hidup sebagai tubuh, tetapi engkau bukan tubuh. Ketika kita melihat seseorang dari luar, ia adalah tubuh. Cinta menembus kedalam. Kemudian kita tidak melihat seseorang dari luarnya. Cinta dapat melihat seseorang sebagaimana orang tersebut dapat melihat dirinya sendiri dari dalam. Kemudian wujud pun lenyap.

Seorang biksu Zen, Rinzai, mencapai pencerahan-nya, dan hal pertama yang ia tanyakan adalah, "Di mana tubuhku? Kemana tubuhku telah pergi?” Dan ia mulai mencari. Dia memanggil murid-murid-nya dan berkata, "Pergi dan cari tahu di mana tubuhku. Aku telah kehilangan tubuhku.“

Ia telah memasuki yang tak berwujud. Engkau juga keber-ada-an yang tak berwujud, tapi engkau mengetahui dirimu sendiri tidak secara langsung, tapi melalui mata orang lain. Engkau mengetahui melalui cermin. Kadang, sambil melihat di cermin, engkau menutup mata dan berpikir, bermeditasi: jika tidak ada cermin, bagaimana engkau dapat mengetahui wajahmu? Jika tidak ada cermin, maka tidak akan ada wajah. Engkau tidak memiliki wajah; cermin yang memberikanmu wajah. Coba pikirkan dunia dimana tidak ada cermin. Engkau sendirian - tidak ada cermin sama sekali, bahkan mata orang lain tidak dapat dijadikan cermin. Engkau sendirian di sebuah pulau sepi; tidak ada yang bisa mencerminkanmu. Maka apakah engkau masih akan memiliki wajah? Atau apakah

engkau masih akan memiliki tubuh? Engkau tidak dapat memilikinya lagi. Engkau tidak dapat memilikinya sama sekali. Kita mengetahui diri kita sendiri hanya melalui orang lain, dan yang lain hanya bisa mengetahui bentuk luar. Itulah sebabnya kita menjadi teridentifikasi dengannya.

Mistikus Zen yang lain, Hui-Hai pernah mengatakan kepada murid-murid-nya, "Ketika engkau telah kehilangan kepalamu dalam meditasi, segera datang kepadaku. Ketika engkau kehilangan kepalamu, segera datang kepadaku. Ketika engkau mulai merasa  tidak memiliki kepala, jangan takut; segera datang kepadaku. Ini adalah saat yang tepat. Sekarang sesuatu dapat diajarkan kepadamu. "Dengan masih memiliki kepala, tidak ada ajaran yang mungkin. Kepala selalu ada di antaranya.

SUTRA:
DEWI BERTANYA: OH SIWA, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU? APAKAH SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI?

APAKAH ASAL USULNYA, YANG MEMBENTUKNYA, YANG MENYEBABKANNYA ADA? SIAPAKAH YANG MENGENDALIKAN PERPUTARAN ALAM SEMESTA INI?

APAKAH HIDUP YANG DI LUAR SEGALA WUJUD DAN SEKALIGUS MERESAPI SEMUA WUJUD?

OSHO IndonesiaBAGAIMANA KITA DAPAT SEPENUHYA MASUK KE DALAMNYA, MELAMPAUI RUANG DAN WAKTU, MELAMPAUI SEGALA NAMA DAN MELAMPAUI SEMUA PENJELASAN?

MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU

Dewi Parwati bertanya kepada Siwa, OH Siwa, APAKAH REALITA MU? - siapakah engkau? Wujudnya telah lenyap; maka ada pertanyaan. Dalam cinta engkau memasuki yang lain sebagai dirinya sendiri. Bukan engkau yang menjawab. Engkau menjadi satu, dan untuk pertama kalinya engkau memahami sebuah jurang - kehadiran yang tak berwujud.

Itu sebabnya selama berabad-abad, dan berabad-abad, kita tidak membuat sebuah patung, gambaran dari Siwa. Kita hanya membuat SiwaLINGA - simbolnya. Siwalinga hanya sebuah wujud yang tak berbentuk. Ketika engkau mencintai seseorang, ketika engkau memasuki seseorang, ia menjadi hanya kehadiran yang bercahaya. Siwalinga hanya sebuah kehadiran bercahaya, hanya sebuah aura cahaya.

Itu sebabnya Dewi Parwati bertanya, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU?

APAKAH SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI? Kita mengetahui alam semesta, tapi kita tidak pernah tahu itu sebagai keajaiban yang menakjubkan. Anak-anak mengetahui, para pecinta mengetahui. Kadang-kadang penyair dan orang gila juga mengetahuinya. Kita tidak tahu bahwa semesta ini adalah keajaiban yang menakjubkan. Semuanya hanya pengulangan - tidak ada harapan, tidak ada puisi, tidak ada prosa, hanya datar. Itu tidak menciptakan lagu di dalam dirimu; itu tidak menciptakan tarian di dalam dirimu; itu tidak melahirkan puisi di dalam dirimu. Seluruh alam semesta terlihat berjalan seperti mekanik. Anak-anak melihatnya dengan mata yang takjub. Ketika mata penuh ketakjuban, alam semesta adalah menakjubkan.

Ketika engkau sedang jatuh cinta, sekali lagi engkau menjadi seperti anak-anak. Yesus berkata, "Hanya mereka yang seperti anak-anak yang dapat masuk ke kerajaan Tuhan." Mengapa? Karena jika alam semesta bukanlah sebuah keajaiban, engkau tidak religius. Alam semesta dapat dijelaskan - kemudian pendekatanmu menjadi ilmiah. Alam semesta dapat diketahui atau tidak diketahui, tapi yang tidak diketahui, yang dapat diketahui setiap hari; bahwa itu tidak dapat diketahui. Alam semesta menjadi tidak dapat diketahui, sebuah misteri, hanya ketika matamu penuh dengan ketakjuban.

Dewi Parwati mengatakan, APAKAH SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI? Tiba-tiba ada lompatan dari pertanyaan pribadi ke pertanyaan yang sangat tidak personal. Ia bertanya, APAKAH REALITA/HAKIKAT MU? dan lalu tiba-tiba, APAKAH SEMESTA YANG MENAKJUBKAN INI?

Ketika bentuk lenyap, kekasihmu menjadi alam semesta itu sendiri, yang tak berbentuk, tak terbatas. Tiba-tiba Dewi Parwati menyadari bahwa ia tidak menanyakan pertanyaan tentang Siwa; dia menanyakan pertanyaan tentang seluruh alam semesta. Sekarang Siwa telah menjadi seluruh alam semesta. Sekarang semua bintang bergerak di dalam dirinya, dan seluruh cakrawala dan seluruh ruang dikelilingi olehnya. Sekarang ia adalah faktor besar yang melingkupi -. “Yang Maha Melingkupi-" Karl Jaspers telah mendefinisikan Tuhan sebagai “Yang Maha Melingkupi.”

OSHO IndonesiaKetika engkau memasuki cinta, semakin dalam, ke dunia cinta yang terdalam, pencinta dan yang dicintai lenyap, wujudnya lenyap, dan sang kekasih menjadi gerbang menuju alam semesta. Rasa ingin tahumu dapat menjadi sesuatu yang ilmiah - kemudian engkau harus melakukan pendekatan melalui logika. Maka engkau harus tidak memikirkan yang tanpa wujud . Maka berhati-hatilah dengan yang tak berwujud; dan tetap puas dengan yang berwujud. Ilmu pengetahuan selalu memperhatikan wujud/bentuk. Jika ada yang tak berwujud diajukan kepada pikiran-pikiran ilmiah, ia akan menurunkannya menjadi wujud/ bentuk – jika tidak memiliki wujud/bentuk itu tidak ada artinya. Pertama berikan sebuah wujud, sebuah definisi wujud; hanya setelah itu kemudian penyelidikan dapat dimulai.

Dalam cinta, jika ada wujud maka tidak akan ada akhirnya. Lenyapkan wujud! Ketika ia menjadi tak berbwujud, tak tertangkap oleh pikiran, tanpa batas, saling memasuki satu dan yang lainnya, seluruh alam semesta menjadi kesatuan, maka hanya ketika itu alam semesta menjadi menakjubkan.

APAKAH ASAL USULNYA (alam semesta ini), YANG MEMBENTUKNYA, YANG
MENYEBABKANNYA ADA? Kemudian Dewi Parwati melanjutkan. Dari alam semesta ia melanjutkan bertanya; Apakah asal usulnya, yang membentuknya, yang menyebabkannya ada? Yang tak berbentuk ini, alam semesta menakjubkan ini, dari mana datangnya? Dari mana asalnya? Atau apakah tidak memiliki asal? Apakah yang menjadi benihnya?

SIAPAKAH YANG MENGENDALIKAN PERPUTARAN ALAM SEMESTA INI? tanya Dewi
Parwati. Roda ini terus bergerak dan bergerak - perubahan besar ini, perubahan yang konstan. Tapi siapa yang mengendalikan/memusatkan roda ini? Dimana sumbu, pusat yang tak bergerak itu?

Dewi Parwati tidak berhenti untuk sebuah jawaban. Dia melanjutkan bertanya seolah-olah dia tidak bertanya kepada siapa pun, seakan berbicara kepada dirinya sendiri.

APAKAH HIDUP YANG DI LUAR SEGALA WUJUD DAN SEKALIGUS MERESAPI SEMUA WUJUD?


BAGAIMANA KITA DAPAT SEPENUHYA MASUK KE DALAMNYA, MELAMPAUI RUANG DAN WAKTU, MELAMPAUI SEGALA NAMA DAN MELAMPAUI SEMUA PENJELASAN?
MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU. Penekanannya bukan pada pertanyaan tapi pada keraguan: MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU! Hal ini sangat berarti. Jika engkau menanyakan pertanyaan intelektual, engkau meminta jawaban yang pasti sehingga masalahmu terpecahkan. Tapi Dewi Parwati mengatakan, MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU! Ia tidak benar-benar meminta jawaban. Ia meminta transformasi pada pikirannya, karena pikiran yang meragukan akan tetap meragukan apapun jawaban yang diberikan. Catat itu: pikiran yang meragukan akan  tetap meragukan. Jawaban tidak relevan. Jika aku memberikan satu jawaban dan engkau memiliki pikiran meragu, engkau akan tetap meragukannya. Jika aku memberikan  jawaban lain, engkau akan meragukan itu juga. Engkau memiliki pikiran yang meragukan. Pikiran meragukan berarti engkau akan memberikan tanda tanya untuk apa pun.

Jadi jawaban adalah tidak berguna. Engkau bertanya kepadaku, "Siapa yang menciptakan dunia?" Dan aku katakan "A" menciptakan dunia. Maka engkau harus bertanya, "Siapa yang menciptakan 'A'?" Jadi masalah sebenarnya adalah bukan bagaimana untuk menjawab pertanyaan. Masalah sebenarnya adalah bagaimana mengubah pikiran yang meragukan, bagaimana cara membuat pikiran yang tidak meragu - atau, yang penuh kepercayaan. Jadi Dewi Parwati mengatakan, MOHON HAPUSKANLAH KERAGUANKU.

OSHO IndonesiaDua atau tiga hal lagi .... Ketika engkau mengajukan pertanyaan, engkau dapat bertanya untuk banyak alasan. Mungkin salah satunya adalah, engkau hanya ingin konfirmasi. Engkau sudah tahu jawabannya, engkau memiliki jawabannya, engkau hanya ingin dikonfirmasi bahwa jawabanmu benar. Maka pertanyaanmu adalah palsu, pseudo; itu bukan pertanyaan. Engkau dapat mengajukan pertanyaan bukan karena engkau siap untuk merubah dirimu, tetapi hanya sebagai rasa ingin tahu.

Pikiran terus bertanya. Dalam pikiran pertanyaan muncul seperti daun-daun di pohon. Itu adalah sifat alami dari pikiran - untuk mempertanyakan. Jadi ia terus bertanya. Bukan soal apa yang engkau pertanyakan, dengan apa pun yang diberikan pada pikiran itu akan menciptakan pertanyaan. Pikiran adalah mesin untuk memproduksi pertanyaan, untuk membuat pertanyaan. Jadi berikan apapun dan pikiran akan memotong-motongnya dan menciptakan banyak pertanyaan. Satu pertanyaan dijawab, dan pikiran akan membuat banyak pertanyaan lagi dari jawaban itu. Ini sudah terjadi dalam seluruh sejarah filsafat.

Bertrand Russell mengingat ketika ia masih anak-anak ia diberitahu bahwa suatu hari, ketika ia cukup dewasa untuk memahami semua filsafat, semua pertanyaan akan terjawab. Lalu kemudian, Ketika ia berumur delapan puluh tahun, ia berkata, "Sekarang aku bisa mengatakan bahwa pertanyaanku masih ada di sana, tetap seperti ketika aku masih anak-anak dulu. Tidak ada pertanyaan lain muncul karena teori filsafat ini.” Kemudian ia berkata, "Ketika aku masih muda aku sering berkata, filsafat adalah penyelidikan untuk mendapatkan jawaban akhir. Sekarang aku tidak bisa mengatakan hal itu. Filsafat adalah penyelidikan untuk pertanyaan yang tak berujung.“

Jadi satu pertanyaan menciptakan satu jawaban dan banyak pertanyaan lainnya. Pikiran yang meragukan itulah masalahnya. Dewi Parwati mengatakan, "Jangan khawatir dengan pertanyaanku. Aku punya begitu banyak hal untuk ditanyakan: Apa realitas/hakikat-MU? Apakah alam semesta yang menakjubkan ini? Apa yang menyusun benihnya? Siapa  yang mengendalikannya? Bagaimanakah kehidupan yang melampaui bentuk? Bagaimana kita bisa memasuki sepenuhnya di atas ruang dan waktu? Tapi jangan khawatir dengan

pertanyaan-pertanyaanku. Mohon hapuskan keraguanku. Pertanyaan-pertanyaan ini aku tanyakan karena mereka berada di pikiranku. Aku menanyakan mereka hanya untuk menunjukkan kepadamu pikiranku, tetapi jangan memberi banyak perhatian kepada mereka. Sungguh, jawaban tidak akan memenuhi kebutuhanku. Kebutuhanku adalah ... mohon hapuskan keraguanku.“

Tapi bagaimana keraguan itu bisa dihapuskan? Dapatkah jawaban melakukannya? Apakah ada jawaban yang akan dapat menjernihkan keraguanmu? Pikiran adalah keraguan itu sendiri. Jadi bukan pikiran yang meragukan, tapi pikiran adalah keraguan itu! kecuali pikiran menjadi lenyap, keraguan tidak bisa hapuskan.

Siwa akan menjawab. Jawabannya adalah teknik - yang tertua, teknik yang paling kuno. Tapi engkau dapat menyebutnya juga yang terbaru karena tidak ada yang dapat ditambahkan lagi. Teknik ini lengkap - seratus dua belas teknik. Teknik ini telah mencakup semua kemungkinan, semua cara untuk menjernihkan pikiran, melampaui pikiran. Tidak ada satu metode pun dapat ditambahkan kedalam seratus dua belas metode Siwa. Dan buku ini, VIGYANA BHAIRAVA TANTRA, berusia lima ribu tahun. Tidak ada yang dapat ditambahkan; tidak ada kemungkinan untuk menambahkan sesuatu. Buku ini sangat lengkap. Ini adalah yang paling kuno dan juga yang paling baru. Tua seperti bukit tua - metode yang tampaknya kekal - dan mereka juga baru seperti embun yang muncul sebelum matahari, dan karena itu mereka begitu segar.

OSHO IndonesiaSeratus dua belas metode meditasi ini merupakan keseluruhan ilmu untuk men- transformasi-kan pikiran. Kita akan memasukinya satu per satu. Kita akan mencoba untuk memahaminya secara intelektual. Tapi gunakan kecerdasanmu hanya sebagai alat, bukan sebagai tuan. Gunakan sebagai instrumen untuk memahami sesuatu, tapi jangan menjadikanya hambatan. Ketika kita berbicara mengenai teknik ini, kesampingkan pengetahuan masa lalumu, apa yang engkau telah ketahui, informasi apapun yang telah engkau kumpulkan. Kesampingkan mereka, mereka hanya debu yang berkumpul di jalan.

Terima metode ini dengan pikiran yang segar - dengan keterjagaan, tentu saja, tapi tidak dengan argumentasi. Dan jangan membuat kesalahan bahwa pikiran argumentatif adalah pikiran yang terjaga. Bukan begitu, karena saat engkau masuk ke wilayah argumen engkau telah kehilangan kesadaran, engkau telah kehilangan keterjagaan tersebut. Maka engkau tidak berada di sini.

Metode ini bukan milik agama apapun. Ingat, mereka bukan Hindu, seperti teori relativitas bukan milik orang Yahudi karena Einstein yang menemukannya. Dan Radio dan televisi bukan Kristen. Tidak ada yang mengatakan, "Mengapa engkau menggunakan listrik? Ini adalah Kristen, pikiran Kristen yang menemukannya. Ilmu pengetahuan bukan milik ras dan agama -. Dan tantra adalah ilmu pengetahuan. Jadi ingat, ini bukan Hindu sama sekali. Teknik ini ditemukan oleh Hindu, tetapi teknik ini bukan Hindu. Itu sebabnya teknik ini tidak akan menyebutkan ritual agama apapun. Tidak ada kuil yang dibutuhkan. Engkau sudah cukup menjadi kuil bagi dirimu sendiri. Engkau adalah laboratorium; seluruh eksperimen adalah untuk pergi kedalam dirimu. Tidak ada keyakinan yang dibutuhkan.

Ini bukan agama, ini adalah ilmu pengetahuan. Tidak ada keyakinan yang dibutuhkan. Tidak diperlukan untuk percaya pada Al-Quran atau Veda atau Buddha atau Mahavira. Tidak, tidak ada keyakinan yang dibutuhkan. Hanya keinginan untuk bereksperimen sudah cukup, keberanian untuk bereksperimen sudah cukup; Itulah keindahannya. Penganut Islam dapat berlatih dan akan dapat menggapai makna yang lebih dalam dari Al’quran. Penganut Hindu dapat berlatih dan untuk pertama kalinya akan dapat mengetahui apakah

Veda itu. Dan penganut Jain dapat berlatih dan penganut Buddha dapat berlatih; Mereka tidak perlu meninggalkan agama mereka. Tantra akan memenuhi mereka, di mana pun mereka berada. Tantra akan membantu, apapun jalan yang mereka pilih.

Jadi ingatlah ini, tantra adalah murni ilmu pengetahuan. Engkau mungkin seorang Hindu atau Islam atau Parsi atau apapun - tantra tidak menyentuh agamamu sama sekali. Tantra hanya mengatakan agama adalah urusan sosial. Jadi beragama apapun; itu tidak jadi persoalan. Tapi engkau bisa melakukan transformasi/perubahan pada dirimu, dan untuk transformasi itu diperlukan metodologi ilmiah. Ketika engkau sakit, ketika engkau telah jatuh sakit atau terjangkit penyakit TBC atau apa pun, maka apakah engkau seorang Hindu atau Islam tidak ada bedanya. TBC tidak perduli terhadap agama Hindu-mu, terhadap agama islam-mu, keyakinan-mu - politik, sosial atau agama. TBC harus diobati secara ilmiah. Tidak ada TBC Hindu, tidak ada TBC Islam.

Engkau berada dalam ketidaktahuan, engkau berada dalam konflik, engkau tertidur. Ini adalah penyakit, penyakit spiritual. Penyakit ini harus dirawat dengan tantra. Engkau tidak relevan, keyakinanmu tidak relevan. Hanya kebetulan saja bahwa engkau dilahirkan di suatu tempat dan orang lain lahir di tempat lain. Ini hanya kebetulan. Agamamu adalah suatu kebetulan, jadi jangan berpegang teguh dengan itu. Gunakan beberapa metode ilmiah untuk mengubah dirimu.

OSHO IndonesiaTantra sangat tidak terkenal. Dan bahkan jika dikenal, itu sangat banyak disalahpahami. Ada alasan untuk itu. Lebih tinggi dan lebih murni sebuah ilmu pengetahuan, semakin kecil kemungkinan masyarakat akan tahu mengenai hal itu. Kita telah mendengar nama teori relativitas. Dikatakan bahwa hanya dua belas orang yang memahaminya semasa Einstein masih hidup. Dari seluruh dunia hanya satu lusin pikiran bisa memahami itu. Sangat sulit bahkan bagi seorang Albert Einstein untuk membuatnya dapat dipahami, untuk membuatnya dimengerti, karena hal itu bergerak begitu tinggi, berjalan di atas kepalamu. Tapi itu dapat dipahami. Sebuah teknis, pengetahuan matematika yang dibutuhkan; pelatihan diperlukan, dan kemudian dapat dipahami. Namun tantra lebih sulit karena tidak ada pelatihan yang akan dapat membantu. Hanya transformasi yang dapat membantu.

Itulah sebabnya tantra tidak pernah bisa dipahami oleh orang banyak. Dan yang selalu terjadi jika engkau tidak bisa memahaminya, paling sedikit engkau akan salah paham, karena hanya dengan begitu engkau bisa merasakan, "Oke, aku mengerti." Engkau tidak bisa hanya tetap diam.

Kedua, bila engkau tidak dapat memahami suatu hal, engkau mulai menjelek-jelekkannya sebagai hal yang menghinamu. Engkau tidak dapat memahaminya! Engkau? Engkau tidak memahaminya? Itu tidak mungkin. Pasti ada yang salah dengan hal itu sendiri. Orang tersebut kemudian mulai menjelek-jelekkannya, mulai berbicara omong kosong, dan kemudian ia merasa, "Sekarang sudah tidak apa-apa.”

Jadi tantra tidak dipahami; tantra disalahpahami. Karena Tantra begitu dalam dan begitu tinggi maka hal itu adalah wajar. Kedua, karena tantra bergerak melampaui dualitas, sudut pandangnya adalah amoral. Tolong pahami kata ini: ‘moral’, 'imoral', 'amoral'. Kita memahami moralitas, kita memahami tidak bermoral, tapi menjadi sulit jika ada sesuatu yang amoral - melampaui keduanya.

Tantra adalah bebas dari moral (amoral). Lihatlah dengan cara ini .... Sebuah obat adalah bebas dari moral; bukan bermoral dan bukan tidak bermoral (immoral). Jika engkau

memberikannya kepada pencuri itu akan membantu; jika engkau memberikannya kepada orang suci itu akan membantu. Tidak akan membuat perbedaan antara pencuri dan orang suci. Obat tidak bisa mengatakan, "Ini adalah pencuri jadi aku akan membunuhnya, dan ini adalah orang suci jadi aku akan membantunya." Sebuah obat adalah hal yang ilmiah. Apakah engkau seorang pencuri atau orang suci itu tidak ada bedanya.

Tantra adalah amoral. Tantra mengatakan, tidak ada moralitas yang diperlukan - tidak ada moralitas tertentu yang dibutuhkan. Sebaliknya, engkau tidak bermoral karena engkau memiliki pikiran yang sangat terganggu. Jadi tantra tidak dapat membuat prasyarat, engkau harus menjadi bermoral dan kemudian engkau dapat berlatih tantra. Tantra mengatakan, ini tidak masuk akal.

Seseorang sakit, demam, dan dokter datang dan mengatakan, "Pertama turunkan demam-mu; jadilah cukup sehat terlebih dahulu. Maka hanya setelah itu bisa aku berikan obat.” Ini adalah apa yang terjadi. Seseorang pencuri datang ke orang suci dan berkata, "Aku seorang pencuri. Beritahu aku bagaimana untuk bermeditasi.” Orang suci mengatakan, ”Pertama tinggalkan profesimu. Bagaimana engkau bisa bermeditasi jika engkau tetap pencuri? “

OSHO IndonesiaSeorang pencandu alkohol datang dan ia berkata, "Aku seorang pecandu alkohol. Bagaimana aku bisa bermeditasi?” Orang suci mengatakan, "Kondisi pertama, tinggalkan alkohol, kemudian hanya setelahnya engkau dapat bermeditasi. "Kondisi ini menjadi seperti bunuh diri. Pria itu menjadi pencandu alcohol atau pencuri atau tidak bermoral karena ia memiliki pikiran yang terganggu, pikiran yang sakit. Itu adalah merupakan efek, konsekuensi dari pikiran yang sakit, dan ia diberitahu, "Pertama jadi baik dan kemudian engkau bisa bermeditasi." Tapi kemudian saat itu siapa yang membutuhkan meditasi? Meditasi adalah pengobatan. Meditasi adalah obat.

Tantra adalah bebas moral (amoral). Ia tidak bertanya siapa dirimu. Engkau menjadi seorang manusia sudah cukup. Dimanapun engkau berada, apapun engkau, engkau diterima.

Pilih teknik yang sesuai dengan dirimu, berikan energimu secara penuh ke dalamnya, dan engkau tidak akan sama lagi. Sungguh, teknik yang otentik akan selalu seperti itu. Jika aku membuat persyaratan, itu menunjukkan aku memiliki teknik yang palsu - Aku katakan, "Pertama lakukan ini dan pertama jangan lakukan itu, dan kemudian ..." Dan semua persyaratan itu adalah tidak mungkin karena pencuri dapat mengubah benda yang akan dicurinya, tetapi ia tidak dapat menjadi bukan-pencuri.

Seseorang yang serakah dapat mengubah objek keserakahannya, tapi ia tidak dapat menjadi tidak-serakah. Engkau dapat memaksanya atau ia dapat memaksa dirinya sendiri menjadi tanpa-keserakahan, tapi itu juga akan terjadi karena keserakahan tertentu. Jika surga yang dijanjikan mungkin ia akan mencoba untuk menjadi tidak-serakah. Tapi ini adalah keserakahan untuk sebuah standard kesempurnaan. Surga, MOKHSA - pembebasan; SATCHITANANDA - keberadaan, kesadaran, kebahagiaan, mereka akan menjadi obyek keserakahannya.

Tantra mengatakan, engkau tidak dapat mengubah manusia kecuali engkau memberinya teknik yang otentik untuk berubah. Hanya dengan khotbah tidak ada yang dapat berubah. Dan engkau dapat melihat ini di seluruh dunia. Apapun yang dikatakan tantra tertulis di seluruh dunia - begitu banyak khotbah, begitu banyak moral, begitu banyak imam,

pengkhotbah. Seluruh dunia ini penuh dengan mereka, namun semuanya tetap begitu buruk dan tidak bermoral.
Mengapa ini terjadi? Hal yang sama akan terjadi jika engkau memberikan sebuah rumah sakit untuk para pengkhotbah. Mereka akan pergi ke sana dan mereka akan mulai berkhotbah. Dan mereka akan membuat setiap orang sakit merasa, "Engkau bersalah! Engkau telah membuat sendiri penyakit ini; sekarang rubahlah penyakit ini.” Jika para pengkhotbah diberikan rumah sakit, akan jadi seperti apa kondisi rumah sakit itu? Sama seperti kondisi di seluruh dunia.

Pengkhotbah pergi berkhotbah. Mereka terus memberitahu orang-orang, "Jangan marah," tanpa memberikan teknik apapun. Dan kita telah menndengar ajaran ini begitu lama sehingga kita bahkan tidak pernah mengajukan pertanyaan: "Apa yang kau katakan? Aku marah dan engkau hanya mengatakan, 'Jangan marah.’ Bagaimana itu mungkin? Ketika aku marah itu berarti ‘Aku memiliki kemarahan, dan engkau hanya memberitahu aku, 'Jangan marah.’ Jadi aku hanya bisa menekan diri aku sendiri.

OSHO IndonesiaTapi itu akan menciptakan lebih banyak kemarahan. Itu akan menciptakan rasa bersalah - karena jika aku mencoba untuk mengubah dan tidak bisa mengubah diriku, itu akan menciptakan rasa rendah diri. Ini memberikanku perasaan bersalah, bahwa aku tidak mampu, aku tidak bisa menang atas kemarahanku. Tidak ada yang bisa menang! Engkau perlu senjata lain, engkau perlu teknik tertentu, karena kemarahanmu hanya indikasi dari pikiran yang terganggu. Dengan mengubah pikiran yang terganggu maka indikasi akan berubah. Kemarahan hanya menunjukkan apa yang ada di dalam. Dengan mengubah yang ada di dalam yang di luar akan berubah.

Jadi tantra tidak peduli dengan apa yang disebut moralitas. Sungguh, untuk menekan moralitas berarti, merendahkan; itu tidak manusiawi. Jika seseorang datang kepadaku dan berkata, "Tinggalkan kemarahan terlebih dahulu, tinggalkan seks terlebih dahulu, tinggalkan ini dan itu," maka aku menjadi tidak manusiawi. Apa yang aku katakan adalah mustahil. Dan kemustahilan itu akan membuat pria itu merasa tidak berarti di dalam dirinya. Dia akan mulai merasa rendah diri; Dia akan terdegradasi dalam pandangannya sendiri. Jika seseorang mencoba yang mustahil, ia akan merasa menjadi orang yang gagal. Dan ketika seseorang menjadi orang yang gagal ia akan mulai merasa yakin bahwa ia adalah orang yang berdosa.

Para pengkotbah harus meyakinkan seluruh dunia bahwa "Engkau adalah orang berdosa." Itu hal yang baik bagi mereka, karena hanya dengan engkau yakin bahwa engkau berdosa, pekerjaan mereka bisa tetap ada. Engkau harus menjadi orang berdosa: lalu hanya dengan begitu gereja, kuil dan masjid terus memiliki kemakmurannya. Keberadaanmu sebagai pendosa adalah kesuksesan mereka. Rasa bersalahmu adalah dasar dari semua keberhasilan gereja. Semakin bersalah engkau, semakin banyak gereja akan terus naik lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Mereka dibangun di atas rasa bersalahmu, pada dosamu, pada rasa rendah dirimu. Demikian, mereka telah menciptakan kemanusiaan yang lemah dan rendah diri.

Tantra tidak peduli dengan apa yang disebut moralitas, formalitas sosialmu, dll. Itu tidak berarti tantra mengatakan untuk menjadi tidak bermoral- tidak! Tantra adalah  begitu sangat tidak perduli dengan moralitasmu sehingga tantra tidak bisa mengatakan untuk menjadi tidak bermoral. Tantra memberikan kepadamu teknik ilmiah untuk mengubah pikiran, dan begitu pikiran berubah maka karaktermu akan berubah. Setelah dasar struktur berubah, seluruh bangunan akan menjadi berbeda. Karena sikap bebas moral ini, tantra tidak dapat ditoleransi oleh yang engkau sebut sebagai orang-orang kudus, orang suci,

mereka semua menentangnya - karena jika tantra berhasil, maka semua omong kosong ini yang terjadi atas nama agama akan berhenti.
Lihat ini: Kekristenan berjuang melawan sangat banyak kemajuan ilmiah. Mengapa? Hanya karena jika kemajuan ilmu pengetahuan telah ada di dunia material, maka waktunya akan menjadi tidak terlalu lama lagi ketika ilmu pengetahuan akan mulai menembus bidang psikologi dan juga dunia spiritual. Jadi Kekristenan mulai berusaha melawan kemajuan ilmiah, karena sekali engkau mengetahui bahwa engkau dapat mengubah materi melalui teknik, tidak lama lagi engkau pun akan mengetahui bahwa engkau dapat mengubah pikiran melalui teknik - karena pikiran adalah tidak lain selain materi yang halus.

Ini adalah proposisi tantra, pikiran itu tidak lain adalah materi/fisik halus; itu dapat diubah. Dan begitu engkau memiliki pikiran yang berbeda engkau akan memiliki dunia yang berbeda, karena engkau melihat melalui pikiran. Dunia yang engkau lihat, secara khusus engkau lihat melalui pikiran. Ubahlah pikiran, dan engkau akan melihat ada dunia yang berbeda. Dan jika tidak ada pikiran ... itu adalah tujuan utama untuk tantra, untuk membawa ke kondisi ketika tidak ada pikiran. Kemudian lihatlah dunia tanpa mediator. Ketika mediator tidak ada, engkau mengalami yang sebenarnya, karena kini tidak ada perantara antara engkau dan yang nyata. Maka tidak ada yang dapat menyimpang, tidak ada penyalahartian.

OSHO IndonesiaJadi tantra mengatakan bahwa jika tidak ada pikiran, itu adalah keadaan Bhairava - sebuah keadaan tidak ada-pikiran. Untuk pertama kalinya engkau melihat dunia, seperti itulah, sebagaimana adanya. Jika engkau memiliki pikiran, engkau terus MENCIPTAKAN sebuah dunia; engkau terus memaksakan, memproyeksikan. Jadi yang pertama ubahlah pikiran, kemudian mengubah dari pikiran ke tanpa-pikiran. Dan seratus dua belas metode ini dapat membantu setiap orang. Ada metode yang mungkin tidak berguna bagimu. Itulah sebabnya Siwa memberikan banyak metode. Pilih metode apapun yang cocok untukmu. Tidak sulit untuk mengetahui mana yang cocok untuk dirimu.

Kita akan mencoba untuk memahami setiap metode dan bagaimana cara memilih satu metode untuk dirimu sendiri, metode yang dapat mengubahmu dan pikiranmu. Pemahaman ini, pemahaman intelektual ini akan menjadi kebutuhan dasar, tapi ini bukan akhir. Apapun yang aku bicarakan di sini, cobalah.

Sungguh, ketika engkau mencoba metode yang memang tepat untukmu engkau akan segera merasakan klik saat itu juga. Jadi aku akan terus berbicara tentang metode di sini setiap hari. Engkau mencobanya. Hanya bermain dengannya - pulang dan mencoba. Metode yang tepat, kapanpun engkau kebetulan melakukannya, itu akan klik begitu saja. Sesuatu meledak di dalam dirimu, dan engkau tahu itu "Ini adalah metode yang tepat untuk aku." Namun upaya diperlukan, dan engkau mungkin akan terkejut ketika tiba-tiba suatu hari salah satu metode itu mencengkerammu.

Jadi sementara aku berbicara di sini, sama seperti dengan bermain-main dengan metode ini. Aku katakan bermain Karena engkau tidak boleh terlalu serius. Hanya bermain! Sesuatu mungkin cocok bagimu. Jika cocok bagimu, maka jadilah serius, dan kemudian pergilah jauh ke dalamnya - intens, jujur, dengan semua energimu, dengan segenap akal budimu. Tapi sebelum itu hanya bermainlah.

Aku menemukan saat sedang bermain pikiran akan lebih terbuka. Sementara saat engkau serius pikiranmu tidak begitu terbuka; ia tertutup. Jadi hanya bermainlah. Jangan terlalu

serius, hanya bermain. Dan metode ini sederhana, engkau dapat hanya bermain dengan mereka.
Ambil satu metode dan bermain dengan itu untuk sedikitnya tiga hari. Jika itu memberikan engkau perasaan kedekatan tertentu, jika itu memberikanmu perasaan sejahtera, jika memberikanmu perasaan bahwa ini adalah untukmu, maka jadilah serius tentang hal itu. Kemudian lupakan yang lain, jangan bermain dengan metode lain. Setia dengannya - sedikitnya selama tiga bulan. Keajaiban akan menjadi mungkin. Satu-satunya hal adalah teknik itu pasti untukmu. Jika teknik ini bukan untukmu, maka tidak akan terjadi apa-apa. Kemudian engkau akan melakukannya seumur hidupmu, tapi tidak ada apapun yang akan terjadi. Jika metode ini memang untukmu maka bahkan tiga menit saja sudah cukup.

Jadi seratus dua belas metode ini dapat menjadi pengalaman penuh keajaiban untukmu, atau hanya menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk didengar saja - itu tergantung kepadamu. Aku akan mulai menggambarkan setiap metode dari sebanyak mungkin sudut pandang. Jika engkau merasa memiliki kedekatan dengannya, bermainlah dengannya selama tiga hari. Jika engkau merasa itu cocok, sesuatu pada dirimu merasa klik dengannya, teruskan selama tiga bulan. Hidup adalah sebuah keajaiban. Jika engkau belum juga mengerti misteri itu, itu hanya menunjukkan bahwa engkau tidak memiliki teknik tentang bagaimana cara mendekatinya.

OSHO IndonesiaSiwa mengusulkan seratus dua belas metode. Ini adalah semua metode yang mungkin. Jika tidak ada yang klik dan tidak ada yang dapat memberikan perasaan bahwa ini adalah untukmu, maka tidak ada metode yang tersisa untukmu - ingat hal ini. Kemudian lupakan spiritualitas dan berbahagialah. Maka ini bukan untukmu.

Tapi seratus dua belas metode ini adalah untuk seluruh umat manusia - untuk semua masa yang telah berlalu dan untuk semua masa yang akan datang. Selama masa ini tidak pernah ada, dan tidak akan pernah ada satu orang, yang dapat mengatakan, "Seratus dua belas metode ini semuanya tidak berguna bagi aku." Mustahil! Ini tidak mungkin!

Setiap jenis pikiran telah diperhitungkan. Dalam tantra telah diberikan teknik bagi setiap jenis pikiran yang mungkin ada. Ada banyak teknik untuk manusia yang belum ada saat ini; mereka adalah untuk masa depan. Ada banyak teknik untuk manusia yang sudah tidak ada sekarang; mereka adalah untuk masa lalu. Tapi jangan takut. Ada banyak metode dimana itu adalah untuk dirimu. Jadi kita akan memulai perjalanan ini pada esok hari.





"....buku-buku OSHO yang memberi saya perubahan yang mendalam lainnya dalam hidup saya. Saya menyesal saya tidak bertemu dengannya secara pribadi, dan saya merasa prihatin Pemerintah AS melewatkan kesempatan di tahun 86."

- Madonna, Penyanyi

“Saya membaca banyak buku OSHO dan saya percaya pemberontakan (rebellion) adalah favorit saya sejauh ini’’
- Lady Gaga, Penyanyi