Sabtu, 27 Oktober 2018

Berjiarah bersama Krishnamurti



“Hanya pribadi yang tidak terperangkap di dalam masyarakatlah
yang bisa mempengaruhi masyarakat secara fundamental.....”

Ini bukan penyelidikan egois¹

Secara psikologis Anda adalah dunia, dan dunia adalah Anda; dimana manakala Anda memahami diri Anda sendiri maka Andapun mengerti seluruh struktur dan sifat dari seluruh umat manusia. Ini bukan sekedar penyelidikan egois, karena manakala Anda memahami diri Anda sendiri, Andapun beranjak melampaui diri sendiri, dimana suatu dimensi lain datang mengejawantah.

Apa yang akan membuat kita berubah? Lebih banyak lagi kejutan-kejutankah? Lebih banyak lagi bencanakah? Bentuk pemerintahan yang berbedakah? Citra-citra berbedakah? Ideal-ideal yang berbedakah? Anda telah mengalami beraneka-rupa yang seperti ini, namun sampai kinipun Anda belum berubah juga. Semakin canggih tingkat pendidikan kita, semakin beradablah kita jadinya — beradab disini berarti menjadi lebih tersingkir dari alam— semakin tak manusiawi kita jadinya.

Lalu, apa yang harus kita perbuat? Sejauh tak satupun dari hal-hal yang di luar saya ini akan membantu, termasuk semua dewa-dewa, dan sejauh menjadi semakin tampak nyata kalau hanya sayalah yang harus memahami  diri saya  sendiri. Saya harus mengerti apa adanya diri saya dan merubah diri  secara radikal.

Adakah terjadi Evolusi secara psikologis?²

Memang terjadi sebentuk evolusi dari primata menuju apa yang disebut dengan manusia. Terjadi evolusi dari tidak tahu menjadi tahu. Evolusi mengimplikasikan waktu; akan tetapi secara psikologikal, ke dalam, terjadikah evolusi? Apakah Anda mengikuti pertanyaan ini?

Keluar, orang bisa melihat betapa arsitektur telah jauh lebih maju dari hanya gubuk primitif menuju gedung modern; dan dalam dunia mekanika dari gerobak roda-dua menuju kendaraan bermotor, pesawat jet, pergi ke bulan, dan lain sebagainya —itu memang terjadi, senyatanya tak ada keraguan akan apakah hal itu mengalami evolusi atau tidak. Namun, adakah terjadi evolusi ke dalam? Anda percaya itu terjadi, Anda sangka itu terjadi, bukankah begitu?

Jangan katakan “ada” atau “tidak ada”. Hanya sekedar memberi pernyataan tegas adalah hal yang paling bodoh, namun mencari-tahu adalah awal dari kebijaksanaan.

Baiklah, sekarang ini, adakah evolusi secara psikologis? Yaitu, saya berkata “Saya akan menjadi sesuatu”, atau “Saya tidak akan menjadi sesuatu”; menjadi ataupun tidak menjadi melibatkan waktu — ya tidak? “Saya akan kurang pemarah dua hari lagi”, “Saya akan lebih baik-hati dan kurang agresif, lebih penolong, tidak sedemikian mementingkan diri sendiri, egois”; semua itu mengimplikasikan waktu —”Saya begini” dan “Saya akan begitu”.

Saya berkata bahwa saya akan berevolusi secara psikologis —akan tetapi adakah evolusi seperti itu benar-benar terjadi? Akankah saya berbeda dalam setahun? Sementara menyakiti sekarang, dimana sekarang seluruh sifat saya keras dan menyakiti, seluruh pembawaan saya, pendidikan saya, pengaruh-pengaruh sosial dan tekanan-tekanan budaya telah mengembang-biakkan kekerasan pada diri saya; disamping mewarisi kekerasan dari binatang, dari hak-hak teritorial dan hak-hak seksual dan sebagainya —akankah kekerasan ini berevolusi menuju tanpa-kekerasan? Bisakah kekerasan menjadi kasih?

Bisakah Pikiran Menghadirkan Perubahan?³

Bisakah pikiran menghadirkan suatu perubahan vital? Hingga kini, kita bergantung pada si pikiran bukan? Revolusi politik, apakah itu ekstrim kanan ataupun kiri, merupakan hasil dari pemikiran. Namun, bisakah pikiran merubah manusia secara fundamental, merubah Anda dan saya?

Bila Anda mengatakan bisa, maka Anda harus mengetahui semua implikasi-implikasinya —bahwasanya manusia merupakan produk dari waktu, bahwasanya tak ada apapun yang melampaui waktu, dan seterusnya dan seterusnya.

Makanya, jika saya hendak melakukan sebentuk perubahan fundamental pada diri saya, bisakah saya menghandalkan pikiran sebagai alat yang mampu menghadirkan transformasi itu? Atau, bisakah terjadi suatu perubahan fundamental hanya manakala pikiran berakhir?

Maka, masalah saya adalah melakukan eksperimen guna mencari-tahu, dan saya hanya bisa mencari-tahu melalui pemahaman-diri, melalui memahami diri saya sendiri, dengan memperhatikannya, dengan tetap waspada terhadap momen-momen padamana (biasanya) saya lengah. Hanya manakala saya mulai mengerti proses pemikiran saya sendiri, disanalah saya bisa mengetahui apakah ada atau tidak suatu kemungkinan terjadinya perubahan fundamental; sebelum itu terjadi, hanya sekedar penegasan, bahwa saya bisa atau tidak bisa berubah, kecil signifikansinya.
Bagaimana Anda berubah?

Apakah Anda melihat diri Anda sendiri seperti apa adanya? Pernahkah Anda dengan sadar melakukan kritik-diri? Sudahkah Anda mengetahui apa adanya Anda —berikut kemarahannya, kecemburuannya, ambisinya, kebenciannya, dan lain sebagainya itu?

Sekarang, apa yang dapat Anda harapkan akan merubah Anda? Mari kita mulai disini. Bagaimana Anda berubah? Apa yang membuat Anda berubah? Adakah Anda berubah karena itu akan membantu Anda? Ataukah, Anda (ingin) berubah karena ia menyenangkan untuk dilakukan? Apakah Anda (ingin) berubah karena adanya campur-tangan ketakutan disini? Atau karena Anda sangka bahwa, dengan berubah, Anda akan menjadi manusia yang lebih baik? Atau bilamana Anda manut-manut saja, Anda akan mendapatkan lebih banyak uang, Anda lebih dihormati dan seterusnya, dan seterusnya?            Atas alasan itukah Anda berubah, kalau memang benar-benar Anda telah berubah? Dan apakah Anda memang telah berubah dalam hal apapun?

Mohon pertanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini sendiri. Jangan biarkan saya yang menanyakannya kepada Anda; Andalah yang sepatutnya menayakannya sendiri. Sudahkah Anda berubah dalam hal apapun? Dan bilamana sudah, (pertanyakanlah) apa yang membuat Anda berubah?
Itu bukan Transformasi

Bagi kebanyakan dari kita, perubahan mengimplikasikan kesinambungan diri kita dalam suatu bentuk termodifikasi. Bilamana kita merasa tidak puas terhadap sebentuk gagasan tertentu, ritual tertentu, pengkondisi tertentu, kita akan menyingkirkannya untuk kemudian mengambil pola yang tetap sama, namun dengan suatu lingkungan pergaulan yang berbeda, suatu warna berbeda, ritual berbeda, istilah-istilah berbeda. Yang tadinya dalam bahasa latin Latin, sekarang Sanskrit, atau bahasa lainnya, namun tetap saja pola lama diulang-ulang kembali; dan konyolnya, berada dalam pola ini, kita sangka kalau kita telah bergerak, telah berubah.

Karena kita merasa tidak puas terhadap apa adanya kita; kita pergi dari satu guru ke guru lainnya. Sementara itu, melihat kebingungan tentang diri kita dan di dalam diri kita sendiri, menyaksikan peperangan-peperangan yang tiada henti-hentinya, menyaksikan pengerusakan yang terus-menerus meningkat, menyaksikan penghancuran dan penderitaan, kitapun mengidan-idamkan sebentuk sorga, sebentuk kedamaian; serta mencari-cari suatu perlindungan yang (kita sangka) bisa memberi kita sebentuk rasa aman, sebentuk keajegan, dengan apa kita terpuaskan.

Maka, manakala pikiran memproyeksikan sebentuk gagasan dan terikat kepadanya, berjuang menujunya, sesungguhnya itu bukanlah perubahan, itu bukanlah transformasi, itu bukanlah revolusi, oleh karena itu masih di dalam wilayah pikiran, wilayah waktu. Guna membersihkan semua itu, kita mesti sadar akan apa yang kita perbuat, kita mesti waspada terhadapnya.
Persepsi tentang pentingnya Perubahan

Pertanyaan: Mungkinkah di antara kita, yang hidup di dalam masyarakat ini khususnya, menghadirkan perubahan seperti yang Anda bicarakan?

Krishnamurti: Jika kita sebagai individu tidak menghadirkan perubahan ini, bagaimana ia bisa terjadi? Bila Anda dan saya, yang hidup dalam masyarakat ini, tidak melakukannya, lantas siapa yang akan melakukannya? Pihak penguasa, para milioner, mereka yang dengan rasa kemilikan yang tinggi tidak akan melakukannya. Ia memang harus dikerjakan oleh orang-orang biasa seperti Anda dan saya ini —dan saya tidak mengatakan ini secara retorikal dengan bodoh.

Bilamana Anda dan saya melihat pentingnya arti perubahan ini, maka bukanlah semangat yang akan menghadirkannya, melainkan persepsi akan pentingnya perubahan itulah yang akan mengantarkannya.

Seorang anak manusia boleh jadi punya semangat untuk berdiri tegak berhadapan dengan apa-apa yang didiktekan oleh masyarakat, akan tetapi orang itulah yang mengerti problema pelik dari perubahan itu, yang mengerti seluruh struktur masyarakatnya —yang adalah dirinya— dia sendirilah yang yang menjadi sosok pribadi, dan bukan hanya sekedar seorang wakil dari yang kolektif itu. Hanya pribadi yang tidak terperangkap di dalam masyarakatlah yang bisa mempengaruhi masyarakat secara fundamental.....

˜

Dihimpun dan diterjemahkan oleh Gung Dé.
______________________________
¹Dari: “This Light in Oneself”, hal. 14-15.
²Dari: “Talks with American Students”, hal. 177-178.
³Dari: “The Collected Works vol VII”, hal. 15.
Dari: “The Collected Works vol XII”, hal. 291.
Dari: “The Collected Works vol VII”, hal. 7-8.
Dari:  “The Collected Works vol X”, hal. 13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar