Minggu, 29 Maret 2020

Rendah Hati,Terima Kasih, Kekayaan Yang Sejati.


JAVANOLOGY
Para Punakawan



Berhasil atau tidak kita harus tetap gembira. Gantharwa bukan hanya sebagai peramal saja, bukan hanya sebagai penonton, justru sebagai perencana atau sebagai dalang. Sejauh mana kita dipercaya Tuhan untuk sungguh-sungguh?.
Kliwonan adalah kesempatan, dalam penghayatan terdapat hambatan maka di ungkapkan agar pengertian kita satu, serasi. Merupakan kesempatan bertemu kadang sinarwawedi, gunakanlah untuk ‘take and give’, saling melengkapi, saling membutuhkan, tukar pengertian -‘sharing’.

Rendah Hati.
           
Rendah Hati (RH) adalah merek atau nama.

Ciri-ciri atau isi dari RH adalah bisa menghargai diluar dirinya, tidak tutup mata atau mengerti utuh, tanpa RH akibatnya dapat meremehkan. Menyadari bahwa kita manusia memiliki talenta masing-masing, ada positif dan negatifnya. Bisa menghargai terjadi bila kita dapat melihat talenta orang lain, jika tidak dapat berkembang menjadi sombong.

Dalam pribahasa Jawa, ‘kebo ngusu godel’, artinya kerbau minta minum pada anak kerbau. Betapa susahnya kita mendengarkan tentang kekayaan jika yang memberi orang melarat. Atau betapa susahnya orang tua mendengarkan orang muda.

Bisa RH bila mau mendengarkan. Mendengar dan memperhatikan, dan tahan nggak mendengarkan, kalau tidak akan menganggap orang lain salah atau sampah.

Dalam Injil disebutkan, “Orang yang dikatakan jahat itu pun masih ada baiknya.” Jika seorang anak minta ikan akan dikasi ikan. Yesus diprotes Rasul, “… itu kan bukan murid-Mu tapi dia mengusir roh atas diriMu, apa sebaiknya kita usir?!”, Yesus mengatakan, “Jangan.” Yesus mengajak untuk mengerti bahwa ia juga punya kebenaran; Rasul menganggap jahat semuanya.

RH itu Apa AdaNya, Kedemikian ini!.

Kita menganggap orang lain negatif, ini negatif thingking, tidak RH.

RH ialah yang tidak banyak menuntut. Sikap menuntut yaitu kalian harus memilih saya, dst.

Pandangan Jawa tentang RH adalah Rilo Narimo.

Contoh, memberi hadiah kaos, tapi kaos pemberian dipakai keset; maka si pemberi merasa diremehkan ini adalah tidak RH, ada tuntutan , tidak rela. Salah-salah adanya penyiksaan, bisa dua-duanya tersiksa; lebih jauh dampaknya bisa kelaparan. Memberi tapi ngatur. Tidak narimo, kita gerutu, masih kurang? Grenengan, ngedumel. Dengan Tuhan saja kita sering gerutu apalagi dengan sesama.

Jika RH diperas, orang yang RH adalah orang yang senang, selalu gembira, bahagia. Dihadapan Tuhan, hidupnya selalu penuh syukur,(:Jawa) selalu untung. Maka akan Fresh, Segar.

Kalau mau RH jangan Sedih. Seperti ayam senyum, domba senyum, he..he...

            Falsafah Jawa, ‘Mandireng Pribadi’.

Punya prinsip sendiri, negatif jadi orang cuek. Orang yang tak terguncangkan, dipuji tak senang dihina tak sakit.

            Umumnya, harga diri seseorang ditentukan oleh orang lain. Bahasa ‘paranormal’, harga diri seseorang adalah sejauh dia menghargai diri sendiri bukan ditentukan orang lain. Maka sering paranormal apa adanya, aneh, nyentrik, nyleneh. Ada pula yang sengaja ini tidak RH.

Terima Kasih.

Orang bisa menerima kasihnya orang karena positif thingking. Ada hajatan, di desa dikasi beras, tapi bagi kita –yang ada di kota- itu menghina, tapi bagi dia itu beras yang paling baik.

Jangan hanya cukup di dengarkan tapi dilaksanakan, jangan harus berhasil seratus persen, satu persen pun itu keberhasilan.

Kekayaan Yang Sejati.

            Pendapat para Kadang tentang apa itu kekayaan yang sejati,

Ø      Kaya di lihat dari segi manusia yaitu pangkat, kedudukan, harta; dari segi Allah adalah buah-buah roh.

Ø      Abadi, memiliki Roh Kudus.

Ø      Tetap dalam Kemanunggalan.

Ø      Yang membuat kita Tidak Terikat.

Ø      Yesus ketemu iblis di tawarkan kekayaan duniawi, untuk apa kamu memiliki itu semua tapi kehilangan dirimu. Menemukan Jati Diri dan memiliki.

Secara umum sederhana tidak punya keinginan ialah orang kaya, makin banyak keinginan makin melarat. Membutuhkan kekayaan karena kita punya pikiran, yang membutuhkan kekayaan(:duniawi) adalah pikiran. Orang yang tidak melarat adalah orang mati, pingsan,dan tidur; tetapi kekayaan sementara.

Kaya.

Kaya menurut Jawa, punya Sikap Rilo Narimo(:arti pasif).

Injil menyebutkan, “Carilah harta yang tidak bisa diambil orang, tidak dimakan ngengat, dan tidak dapat berkarat”.

Dimana?

(cara mendapat) “Carilah Kerajaan Allah dan Kebenaran maka segala sesuatu diberikan sebagai tambahan.”

Arti Sifat, orang kaya adalah orang yang gentur tapa bratane, orang yang  menepati janji dengan semangat lebih. Yang kaya ia yang banyak janjinya. Allah Kaya karena Allah banyak Janji-Nya. Yang masih minta belum kaya. Kaisar kaya tapi minta pajak(:rakus), maka belum kaya. Dan Janji-janji itu berkwalitas.

Janji apa?

Perumpamaan : Ketemu Kaisar dikasi mobil belum puas tapi diberi kuasa menjadi puas, kuasa untuk apa saja. Kekayaan sejati bukan karena kenal terus dikasi hadiah tapi nyatu dengan kaisar atau Gusti. Gusti adalah sebagai Teman, sebagai Ayah, sebagai Ibu, dan Gusti adalah Segala-galanya.

Saudara Yesus adalah ia yang melakukan kebenaran.

Orang kejebak hanya melihat sekarang ini, ngapain begini-begini…membuat melarat.

Orang sekolah dari TK, SD, SLTP, SLTA hingga Maha Siswa untuk apa? Sasarannya adalah Kemanunggalan, itulah kaya sejati.

Sehari-hari banyak janji dan menepati dengan semangat lebih. Jangan terperosok pada harta duniawi tapi mengutamakan harta illahi. Gantharwa bukan menolak duniawi tapi secukupnya. Kaya Kawruh Kaya Laku, bukunya tebal tongkatnya kuat.

Sejati : Asli, Mula, Allah Sendiri. Sesuatu yang asli dari sumber. Keaslian semua menuju Allah.

Kaya sebenarnya itu Pas, Cukup. Bukan berlebih itu tidak kaya, orang menerjemahkan kaya itu berlebih. Kaya itu tidak kurang tidak lebih. Lebih menjadi melarat lagi.

Pas yang dimaksud Allah itu apa?

Dalam bahasa, Dimensi, ‘klop, cocok’, Kehendak, ’yang dimaksudkan ada’, Indah, ‘serasi’, Jawa, ‘kesatuan ukuran’.

Mau naik tangga ada nggak tangganya biar sampai diatas.


Ditutup dengan doa, ” Ya Bapa, berkati kami agar kami punya kemauan untuk memperbaiki dan kekuatan untuk disiplin pelaksanaannya”. Amin.


(Wejangan Kyai Ganjel pada Kliwonan 21 Oktober 1999, di Padepokan Gantharwa, Cibolerang Indah Blok H1 Caringin, Bandung, Jawa Barat)
(http://gantharwa.org/)

Sabtu, 28 Maret 2020

The Essence of Gayatri Mantra


Bṛhaspati (Sanskrit: बृहस्पति, often written as Brihaspati) is an Indian name, and refers to different mythical figures depending on the age of the text  #Dakshinamurthy_images #Dakshinamurthy_god #Dakshinamurthy_painting #medha_Dakshinamurthy #Dakshinamurthy_stotram #Dakshinamurthy_idol
Bunda Gayatri digambarkan sebagai Dewi Berwajah Lima



Makna dari mantra.

Terdiri dari dua suku kata man atau manas dan tra atau trayeti.

Manas adalah pikiran, namun tidak cukup diartikan sebagai pikiran saja. Manas adalah segala sesuatu yang berfungsi lewat otak, atau segala sesuatu yang menggunakan otak untuk mengekpresikan diri.

Dari kata manomayakosha, man juga dapat berarti mental/emosional. Segala emosi yang kita kenal berekspresi lewat otak. Bhavanainner filing, Buddha mengartikannya dengan pengertian ini. Bhavana ini kadang-kadang tidak pernah kita gunakan bahkan sampai kita mati pun.

Trayeti adalah sesuatu yang membebaskan. Membebaskan diri dari pkiran dan juga membebaskan pikiran itu sendiri.

Pertama membebaskan pikiran. Keadaan sekarang pikiran kita, emosi kita berada di wilayah tertentu dimana kita tidak bisa mengalami transcendent.
Tranpersonal Phsycology adalah Spiritualitas.

Sifat otak tidak bisa berada pada tingkat emosi yang tertinggi secara terus-menerus atau permanen. Makin kita naik dalam emosi tertinggi itu maka makin kita akan mengalami penurunan drastis, maka itu diperlukan Gayatri.

Mantra membebaskan kita dari hal yang kotor, mantra mengantar kita pada pembebasan pikiran.

Gayatri membebaskan mental-emosional dan mengantar kita masuk ke wilayah lain, mengantar pada ruang yang berbeda, pada inteligensia bahkan melampaui segalanya.

Gayatri membebaskan kita dari beban pikiran dan perasaan, inilah inti dari Gayatri Mantra.

Dalam tradisi Nath, ketika Isha Nath ini lahir pergilah orang-orang yang diutus untuk mengingatkan anak yang lahir ini dan dibisikkan Gayatri, karena Isha lahir diluar kelompok.

Gayatri adalah nama “cara memantrakan” mantra itu.

Gayatri Maha Mantra:

“Invoking the inner light of Intelligence that Dispel the Darkness of Ignorance”. Maha Mantra Gayatri membangkitkan Cahaya Diri untuk memusnahkan kegelapan karena kebodohan.

Mantra adalah mantra, membebaskan pikiran kita, tapi ada fungsi yang berbeda-beda. Ada fungsi khusus setiap mantra, membebaskan dari apa? Disebut Maha Mantra karena fungsinya Menghentikan Pikiran dan menghantar pada wilayah yang berbeda.

Gaytri sangat tergantung dari pengucapannya, karena mengantar pada frekuensi yang lain.

O bhoor bhuva sva
tat savitur vareya
bhargo devasya dheemahi
dhiyo yo na prachodayāt

(oo dibaca u, ee dibaca i)

Untuk itu, silakan mengujungi situs dibawah ini, dan merekam atau sekedar mendengar cara pengucapan Gayatri yang benar sebagaimana diajarkan oleh Sri Satya Sai Baba.



What is Gayatri?

Ke-1. “A highly revered mantra from a hymn of the Rigveda (3.62.10) an attribute to the … Seer Vishvaa-Mitra”. Merupakan metode Gaayatri yang sama, mantra ini disebut dengan generik yaitu mantra.

Ke-2. “The mantra is named for its vedic Gaayatri Mantra”. Nama Gaayatri berasal dari ‘meter’ – frekuensi itu, cara pengucapannya.

Ke-3. “As the verse can also be interpreted to invoke Savitr—the source of light—its often called saavitri”. Untuk membangkitkan “Sumber Cahaya”.

Ke-4. “Its recitation is preceded by Om (the Supreme Being) and the formula Bhoor Bhuvah Svah known as the MaahaVyaahrite (great utterance)”. Om adalah passwordnya, bukan bagian isi.

Om adalah “Sabda Kunci” – the great password. Ya, sesungguhnya “sabda”, bukan “kata”.

Bhoor Bhuvah Svaha. Dalam bahasa Sanskerta tempo doeloe disebut mahaavyaahritee, the great utterance – atau, ucapan agung. Ini merupakan formula, code untuk decode bahasa semesta.

Semesta menggunakan bahasa getaran, dan Bhoor Bhuvah Svaha inilah yang merubah getaran menjadi suara, sesuai dengan bahasa yang kita pahami, supaya kita tidak hanya menerima pesan-pesanNya, tetapi juga memahamiNya dengan baik.

Free Interpretative Translations.

Svami Vivekananda: “We meditated on the glory of that Being who has produced this universe; may the enlighten our mind”.

Kami bermeditasi kepada Kemuliaan Pribadi Utama yang dariNya alam semesta ini berasal; semoga pikiran kita tercerahkan.

S. Radhakrishna: “We meditated on the effulgent glory of the divine light; may He inspire our understanding”.

Kami bermeditasi kepada Kemuliaan Cahaya Terang Ilahi; semoga Dia mengilhami Pengertian atau Pemahaman kita.

The Arya Samaj: “O God! Gever of life, Remover of all pain and sorrow. Bestower of happiness, the Creator of the universe. Thou Art, most Luminous, adorable and destroyer of sin. We meditate upon Thee; may Thou inspire…”

"Ya Tuhan! Pemberi kehidupan, Penghilang semua rasa sakit dan kesedihan. Pemberi kebahagiaan, Pencipta alam semesta. Engkau, yang paling Bercahaya, Mulia dan Penghancur segala dosa. Kami bermeditasi kepadaMu; semoga Engkau memberikan inspirasi ... "

Atmajaya: "Oh Bunda Ilahi, Engkaulah Penguasa Tiga Alam, CahayaMU Menerangi jagad raya, Terangilah pikiran serta lembutkanlah jiwaku, Oh Bunda Ilahi, Tingkatkanlah Kesadaranku"

Penekanan dari  pernyataan-pernyataan diatas adalah berbicara tentang pikiran, perasaan, intelek; tidak bicara masalah fisik.

Maha Mantra to the point, mantra ini satu-satunya mantra yang digunakan untuk pikiran itu sendiri. Seluruh hidup kita dikuasai oleh pikiran kita.

Siddhis on the physical plane, obtain from each of the 24 syllables in the mantra.

Daftar di bawah ini adalah siddhi, “pencapaian” yang terjadi, tercapai dengan sendirinnya, tanpa mesti diharapka.

Ketika pikiran menjadi jernih, perasaan terkendali, dan jiwa tercerahkan maka pencapaian pada tataran fisik, materi, terjadi sendiri tanpa mesti diharap-harapkan.

Gayatri terdiri dari 24 huruf, dan setiap huruf mewakili satu pencapaian:

1.       ‘tat’ – tapini – keberhasilan
2.       ‘sa’ – saphalataa – keberanian
3.       ‘vi’ – visshwaa – ketekunan
4.       ‘tur’ – tushti – kesejahteraan
5.       ‘va’ – varadaa – persatuan
6.       ‘re’ – revati – kasih
7.       ‘ni’ – sukshma – kekayaan
8.       ‘yam’ – jnaana – kilau kesadaran diri
9.       ‘bhar’ – bharga – perlindungan
10.   ‘go’ – gomati – kebijaksanaan
11.   ‘de’ – devikaa – penaklukan
12.   ‘va’ – varaahi – kesetiaan
13.   ‘sya’ – simhani – kebulatan tekad
14.   ‘’dhee’ – dhyaana – kemampuan untuk bertahan
15.   ‘ma’ – maryaadaa – pengendalian diri
16.   ‘hi’ – sphutaa – kemampuan untuk berkorban dan menghadapi tantangan
17.   ‘dhi’ – medha – kemampuan untuk melihat ke depan
18.   ‘yo’ – yogamaayaa – kewaspadaan
19.   ‘yo’ – yogini – kemampuan untuk berbuat yang terbaik
20.   ‘nah’ – dhaarini – kelembutan/kemanisan/kehangatan
21.   ‘pra’ – prabhaava – idealisme
22.   ‘cho’ – ushmaa – semangat petualangan
23.   ‘da’ – drishya – kemampuan untuk memilah antara yang tepat dan yang tidak tepat untuk dilakukan
24.   ‘(y)aat’ – niranjana – pelayanan.

Jagan Terjebak!

(Jangan terjebak oleh pencapaian hanya satu aksara tersebut)

Daftar ini adalah untuk menjebak mereka yang belum siap untuk menerima keberlimpahan Bunda Gayatri. Dengan melakukan gayatri secara utuh, Anda mencapai semuanya. Biarlah Bunda Gayatri yang menentukan kiranya apa yang Anda butuhkan. Ia Maha Mengetahui. Yakinilah KasihNya.

Para Suci dalam semua agama ketika mereka berada di dunia ini sebenarnya mereka sudah melampaui surga (Janah dalam bahasa Arab). Janah adalah tempat para pitra—leluhur kita, fisik tempat ini adalah Bulan.

Raga orang yang sudah meninggal begitu kena api maka penghubung antara badan kasar dan halus—tali perak, langsung terputus.

Ada semacam grace atau rahmat dari Tuhan begitu kita mengalami kematian langsung kita di bawa ke Janah. Namun begitu sudah bersentuhan dengan Janah langsung kembali dan lahir kembali.

Namun bila yang bersangkutan sudah memiliki kesadaran tinggi maka ia akan langsung menembus Janah dan bila pribadi ini lahir kembali mereka disebut avatar, lahir bukan karena sebab-akibat tapi karena kesadarannya sendiri.

Namun ada juga yang walau pun kembali dengan penuh kesadaran ia terlupa akan tujuannya yang utama dan mengalami penurunan kesadaran. Bila dalam kelupaannya benih kesadaranya kembali, maka ia bisa mencapai Mahah.

Bila kita sudah mencapai Janah maka kita bisa memperoleh Visudha Cakra – peace. Mahamantra untuk mencapai Tapah dan Satyam. Bertapa tidak sama dengan Tapah, tapa brata itu berarti berupaya, mengusahakan untuk mencapai tujuan kita.

Lebih bagus kita menciptakan pengertian sendiri dengan rambu-rambu tujuan Gayatri, untuk mencerahkan pikiran kita, apa yang baik atau tidak baik, tepat atau tidak tepat dan simpan itu menjadi Gaayatri bagi Anda sendiri.



(Sumber:
  • Wejangan Guruji Anand Krishna, pada Sabtu 13 Agustus 2011, di Anand Krishna Center Denpasar, Jl. Pura Mertasari 27 Sunset Road, Abianbase Kuta, Pemecutan Klod, Kec. Denpasar.
  • Buku Cinta Yang Mencerahkan “Gayatri Shadhana”, Laku Spiritual bagi Orang Modern, karya Guruji Anand Krishna, Penerbit Azka Mulia Media Jakarta 2012.
  • Gambar: https://id.pinterest.com/pin/825918019147025094/)







Selasa, 24 Maret 2020

Hening


Teratai


Apa itu Hening?

Sunda, ‘Nang Ning Nung’ : Tenang, Hening, Merenung. Suara Tuhan akan terdengar dalam keheningan.

Jawa, ‘Heneng Hening’.

Air, ‘Jernih’, Cahaya, ‘Cerah’. Dalam keheningan membuat kita sensitif dan selektif (: bisa membedakan). Perumpamaan, gelas berisi air dan di dalam ditempatkan batu berwarna putih dan biru, tahu batu itu berwarna saat air dalam gelas jernih.

Keheningan bahasa lainnya adalah Kejernihan. Agama, ‘Kesucian’. Baik untuk mengerti atau penglihatan bebas dari distorsi.

Injil, ‘Kebenaran’.

Obyektif, ‘Kalau merah ya merah’.

Hindu dan Budha, ‘Jelas’.

Jawa, Berkawruh atau Mengerti—melihat, mendengar, merasa.

Hening dalam hal meditasi. Misal merenung bunga tapi banyak distorsi dan tidak jelas. Proses meditasi mengerti tentang bunga yang sebenarnya dalam hening.

Kaitannya dengan Heneng.

Heneng, ‘Tenang, Kuat, Stabil’.

Untuk melihat bunga dalam hening selama tiga detik maka perlu stabilitas. Masalah orang adalah tahu Kebenaran tapi tidak kuat. Tahu tentang Kebenaran tapi perbuatannya salah. Mempunyai niat tapi setengah terlaksana, ngak stabil.

Hening, ‘Pencerahan’.

Heneng, ‘Kekuatan’. Hening, ‘Cerah, Obyektifitas, Yang seharusnya’.

Heneng hening, ‘Pengertian dan Laku’.

Orang mengerti dulu yang benar baru dilaksanakan. ‘Kawruh bisanya nyata kanti laku’.

Masalah keributan pada dasarnya adalah masalah Kebebasan, Kemerdekaan.

Bebas dari kesalahan pemahaman, bebas dari gangguan. Meditasi hening mencari kemerdekaan.

Tenang, ‘Diam’—fisik, pikiran, hati—untuk mencapai Jernih.

Anak tangga menuju Ketenangan (Ketenangan Rohani).

Ketenangan dimiliki bila,

1.Tentram, jika tidak tentram maka jangan mimpi bisa tenang. Tentram dimiliki bila dapat…

2. Mengendalikan hawa nafsu, kunci pengendalian adalah mengendalikan ‘kuda-kuda’ -kekuatan, semangan, cerdik dan etika/suci. Kapan bisa mengendalikan hawa nafsu? Bila…

3. Rilo Narimo. Rilo, melepas barang tanpa ikatan, tanpa embel-embel. Kita sering memberi tapi tidak rela maka pemberian menjadi beban untuk keduanya. Narimo, menerima. Misal dalam pembagian ada yang diberi sepuluh dan ada yang seratus. Yang sepuluh tidak menerima hasilnya penderitaan; yang diberi seratus, jika menerima yang lepas atau lapang. Dampak tidak menerima yaitu gelisah, menggerutu, dampaknya berantai. Bisanya Rilo narimo bila…

4.Tansa Eling. Eling pada apa? Eling pada Tuhan, pada Kasih. Saling menyadari bahwa orang itu penuh kasih. Eling Kersaning Allah. Kita harus saling mengasihi. Ia yang eling Selalu ber-‘terima kasih’, bereaksi positif. Apa Kehendak Allah? Mengyadari, berpikiran positif.

Umumnya orang mulai dari tengah, ya, tidak akan sampai.

Ketenangan ada dua yaitu ketenangan fisik dan roh, yang utama adalah ketenangan roh.

Metode Hening, pertama, lihat Diriku –posisi menang, kalah atau seimbang/negosiasi. Kedua Lingkunganku, kebanyakan orang meditasi mencari tempat yang sepi (posisinya kalah).

Di Gantharwa kita belajar Meditasi Statis, jangan mengada-ada, dari apa adanya. Seperti belajar gitar duduk dulu baru bergerak, merupakan tahapan belajar.

Tokoh-tokoh Dunia, lebih panjang ‘Go Public’-nya dari pada duduk diam. Meditasi Statis (jangan berhenti disini), merupakan persiapan menuju Meditasi Dinamis.

Akan tiba saatnya ‘mata batin’ lebih cerah dibanding mata biasa. Tidak ada yang terfokus, jauh-dekat jelasnya sama dan menyenangkan, salah-salah ini sebagai pelarian, menjadi egois dan keadaan ini dibilang ketemu Tuhan.

Pelarian atau pembebasan sementara : tidur, gila, meditasi, ekstasi.

Proses untuk mencapai sesuatu, pertama, Dengan Usaha –pelajaran lima hari; kedua, Dengan Minta –fasilitas Lisensi; dan ketiga karena Kebetulan.

“Pagare dirawat sing apik lan kuncinen”.

Pagar dirawat dengan baik dan kuncilah. Kita diberi ‘kok’ tidak digunakan! Teguran buat kita. Apa artinya?

Dirawat.

Besi tidak dirawat akan berkarat, rapuh dan pencuri bisa masuk. Harus disadari Pagar dari Tuhan perlu kerja sama dari manusia (:pribdi) untuk sukses. Kalau ‘jebol’ itu bukan karena Tuhan tidak kuat tapi manusia yang tidak mau mengunci. Perkembangannya salah-salah tidak menjadi pagar lagi! Pagar jebol, jangan pernah menganggap pagar tidak kuat, pagarnya Tuhan tidak ada yang bisa menjebol, apalagi menyalahkan Pemberi-Nya. Ini karena tidak dirawat dan tidak dikunci.

Merawat dengan Janji Lisensi dan menerima pagar dengan Sumeleh, yang menerima ragu maka keraguan atau setengah-setengah pula yang diterima.

Hadiah :

Segala masalah, semuanya, tinggal minta atau memohon untuk penyelesaiannya. Setelah itu yang Sumeleh, yang ‘cul’.

Pagar Jebol karena : Emosi, Takut, Ragu-ragu/Setengah-setengah.

Sumeleh dalam permohonan, Tuhan Maha Baik, Penolong dan Tuhan menghargai kebebasan manusia. Saat kita minta saat itu di beri dan bahkan sebelum permintaan selesai di ungkapkan sudah diberi. Saat kita tolak saat itu juga akan terlepas. Saat Sumeleh itu telah menjadi tanggung jawab Tuhan.Dalam keadaan emergency –kritis, darurat- justru makin Pasrah atau Sumeleh dan itu menjadi tanggung jawab Tuhan.

Sikap Paulus, ‘Kalau aku makin kecil maka Ia makin besar’, justru dalam kelemahanku Ia makin kuat.
Sikap Semar, kalau kita makin miskin maka Ia akan memberi makin banyak.

Dalam keadaan paling gawat justru kita harus makin Pasrah dan masalah selesai. Dengan kita menyelesaikan urusan Allah maka dengan sendirinya masalah kita selesai. Ini membutuhkan Keimanan, tapi sering kita pakai logika.

Kuncinen.

Dipakai, digunakan.

Hal-hal kecil saja dilalaikan bagaimana diberikan hal-hal besar! Ngapain diberi pagar tapi tidak digunakan!

Merawat yang baik : (utuh) tanpa cacat, (kesalahan) tanpa kesalahan, (waktu) disiplin. Janji Lisensi adalah perawatan.

Gentur tapa bratane, baru sakti mandrak guna. Hasilnya pagar tidak tergoyahkan.

Teman-teman gagal, kegagalan menuding yang ngasi pagar, sikap ini berbahaya!!! Yang nggak mutu adalah saya, sadari maka kita akan bertahan.

Mengerti apa butuh pengalaman?

Kita mengerti dengan mendengar, membaca, serta mengalami; dan untuk mengerti tidak harus mengalami, pengalaman juga tidak harus pengalaman sendiri.
Mengerti dapat diraih dengan: 

           1. Informasi
           2. Pengalaman
           3. Tinar Buko, bukan dari informasi dan pengalaman, spontanitas.

Pengertian negatif tidak perlu kita alami. Pengertian yang harus dialami ialah yang positif, makin positif makin harus.

Informasi dibagi menjadi, pertama, Manusiawi, misal dengan menelpon Pak Joko. Kedua, Roh, minta tolong kadang kyai Sadak atau minta pada Tuhan dan kita menyediakan diri/membuka diri untuk mendengarkan.

Diberi nasehat tapi tidak ngerti-ngerti dan beri ketegasan, kalau urusan banyak itu ditinggalkan.

Merubah/Belajar/Mengajar :

Dialog atau Kesadaran, Hukuman, dan Denda


Merawat Pagar

1)  Dibersihkan dari ajaran sesat. 2)  Yang benar dipertahankan, di pegang teguh. 3) Diperjelas–pengertian-pengertian dasar diperjelas, jangan puas sampai disini tapi di kupas lebih dalam. Jangan dikira sebagai sarjana berhenti belajar. 

Menolong orang

a. Dengan ‘lima langkah doa’. Yang minta tolong biasanya membenarkan diri.
b. Tidak melibatkan dalam kesesatan.
c. Penekanan bahwa kesembuhan bersandar pada pasien sendiri, bukan untuk cuci tangan tapi mendidik untuk jangan menyalahkan orang lain.
d.  Kita adalah jalannya dan pasien yang menjalankan.
e. Jangan terfokus pada keberhasilan tapi menolong sebaik mungkin. Keberhasilan = karmanya dia. Apakah saya telah menolong sebaik mungkin?
f. Tugas kita merawat bukan bertanggung jawab terhadap panenan.



(Wejangan Kyai Ganjel pada Kliwonan 11 Oktober 1999, di Padepokan Gantharwa, Cibolerang Indah Blok H1 Caringin, Bandung, Jawa Barat)

(Gambar: https://id.pinterest.com/pin/557813103819263249/)

(http://gantharwa.org/)



Pandangan Kyai Ganjel tentang Hubungan Sastrojendro sedarah, Lesbi/Homo, KB...


Gunungan


Hubungan Sastrojendro sedarah?

Pada zaman Adam dan Hawa, diceritakan mempunyai anak Kain dan Habel, sesungguhnya siapa Ibu dari Kain dan Habel? Secara Genetika perkawinan satu sel, keturunan ke delapan akan hancur. Injil perjanjian Lama itu dibuat kapan? Situasi manusia keturunan yang ke berapa, manusia sudah banyak. Perjanjian Lama isinya ada berupa sejarah, cerita atau legenda, betapa sulitnya membedakan kenyataan dan legenda.

Adam dan Hawa - ciptaan yang paling berkwalitas, bisa perorangan, bisa kelompok. Adam dan Hawa tidak ada tapi personifikasi. Karena yang berbicara orang ahli atau berkuasa maka dituruti dan dipercaya masyarakat. Semua itu jangan terlalu dipersoalkan. Lapar didepan ada nasi, ya, dimakan; dari mana asal nasi jangan dipersoalkan. Yang lebih penting, kawin antara keluarga itu berkembang membuat orang makin memisahkan diri sendiri, egoisme. Bertentangan dengan kemanunggalan terhadap sesama.

Kenyataannya walau Agama melarang kawin antara keluarga tetap saja masih ada ras-ras, pembedaan-pembedaan. Harapan Allah semua manusia bersatu tidak ada pembedaan.

Kawin tidak-demokrasi, karena siapa yang mengurus anak, yang bertanggung jawab. Secara prinsip Gantharwa tidak menerima, karena dampaknya orang menjadi egois. Secara jujur kita punya pasangan, demokrasi, hati nuraninya rela nggak? Kejadiannya memang sejarah atau diceritakan karena ada bukti? Jangan mencari pembenaran yang tidak jelas.


Lesbi, homo gimana?

Salah satu teman berpendapat setuju, alasannya karena hidup itu tidak membedakan, ada kebebasan.

Bapak menanggapi, ‘tidak membedakan’ dalam hal apa? Harus jelas,  permasalahannya tidak sesederhana itu. Contoh, orang makan ikan tapi tidak sekalian makan piringnya. Kebebasan, pendapat umum identik dengan semau gue-melempar  orang bebas dst. Kebebasan yang sehat adalah merealisasi Kebenaran tanpa ada hambatan. Bebas untuk berbuat baik. Sikap ‘semau gue’ berkembang menjadi dosa, dampaknya menderita, sengsara dan akhirnya mati. Boleh makan apa saja kecuali buah terlarang.

Tuhan tidak membedakan, semua orang di undang masuk surga. Kerumunan domba satu gembala. Manusia besikap pada Tuhan berbeda-beda karena manusia bebas. Salah-salah menuduh Tuhan yang membedakan. Kerajaan Surga menabur tidak memilih subur atau tidak subur. Orang berpendapat, saya diciptakan menjadi semak berduri, jalan dan sebagainya. Dalam keluarga, orang tua menyarankan anaknya makan yang baik, perlakuan beda bila anak sedang sakit.


KB, Keluarga Berencana?

Tidak setuju, menghambat perkembangan manusia. KB adalah alasan manusia yang khawatir, menderita karena ‘over acting’- pemborosan yang tidak perlu, padahal sekitarnya banyak orang kelaparan. Karena kelaparan hanyut pada pikiran-pikiran negatif. Manusia modern adalah manusia-manusia yang keterikatan.

Dari sisi Kerja atau Karya. Apakah KB mendukung Karya? Pertama, membuat percaya pada Dia. Kedua, segala sesuatu mendukung Sastro Jendro. Diluar itu salah, walau dirasakan enak. Racun terasa madu, merasa lebih bahagia tapi semua palsu. Hidup jangan hanya mengandalkan perasaan - bisa tertipu, tapi juga mengandalkan kesadaran. Kalau hanya kesadaran bisa bahaya, jadi ‘dingin’, harus seimbang.

Dari sisi Cinta. Apakah KB sudah Cinta? Seimbang egoisme dan Sosialis, keseimbangan antara kebutuhan ku dan kepentingan masyarakat.

Dari sisi Sastro Jendro. Apakah KB sudah ya, ya, ya? Allah meng-iya-kankan ngak, diwakili sosial.


Dalam Agama Islam, istri boleh lebih dari satu maksimal empat, bagaimana?     
   
Istri lebih dari satu syaratnya, pertama, persetujuan istri pertama, secara jujur siapa istri yang mau diduakan? Kedua, dapat bersikap adil, yang adil adalah Tuhan. Istri lebih dari satu adalah sesuatu yang dibolehkan tapi tidak memungkinkan.

Kesalahan orang, tidak berlogika atau bernalar urut. Misalnya orang yang lupa dimaafkan, padahal lupa sendiri sudah salah, jika itu dimaafkan berarti menyuburkan kesalahan. Kelalaian bukan untuk di dukung atau ditolelir tapi harus dirombak total. Terlanjur bukan untuk dimaafkan, apalagi kata masyarakat bahwa kelalaian adalah takdir, adalah salah Tuhan sendiri, pendapat seperti ini dampaknya berbahaya. 

Kesalahannya tidak tahu, lalu ini dijadikan basic, diteruskan dengan nalar lurus dan dibenarkan? Kesalahannya diperbaiki, basicnya kesalahan. Yesus mengadakan perubahan total, seorang revolusioner. Menyembuhkan langsung, lumpuh jadi bisa jalan, buta jadi melihat; bukan bertahap. 
        

Ganti kelamin?            
                                
Gantharwa diawali bicara dengan pokok-pokok dan akhirnya bicara total. Prinsip ada toleransinya, dapat dirubah atau diralat asal dampaknya lebih dari prinsipnya. Misal, tidak beristri, secara prinsip salah. Toleransi, tidak beristri untuk mencintai lebih banyak manusia, boleh. Dilihat dari motivasi, sistem, dampak dan ‘plus’ kekuatan

Secara manusia bingung, buntu, tanggung resiko sendiri. Gunakan pelajaran tiga–puluh-lima hari dan kliwonan ditambah Lisensi untuk solving problem. Tugas kita, pegang buku dan tongkat, membuat orang itu mengerti dan memiliki kuasa. Lebih luas, kita sebagai penonton - menonton sekilas dan mengadili atau belajar untuk bisa bersikap jelas. Dari potongan-potongan cerita, yang bermasalah melakukan pembenaran diri. Untuk mutasi atau ganti kelamin, tidak gampang harus dilihat dari banyak sisi.


Masalah hukum dan hukuman, tebusan dari hukuman. Benar nggak Tuhan tidak menghukum?

Hukum sama dengan ketentuan, kepastian atau takdir. Takdir ialah Siapa yang Benar bersama Allah di Surga; diuraikan menjadi Kasih.

Bagaimana menjadi Benar dan bersatu dengan Allah? ‘Mencintai Allah dengan melaksanakan perintah-perintahNya’. Yesus mengatakan, ‘Aku datang bukan untuk mengadili tapi menyelamatkan’. Secara duniawi hukuman negatif, ada berat dan ringan.

Perumpamaan, Kereta Api jurusan Bandung-Jakarta akan berangkat, petugas berkata, ‘Cepat-cepatlah masuk kereta karena kereta akan berangkat ke Jakarta ’ dan kereta berangkat. Kiamat berarti kereta telah berangkat. Tuhan tidak menghukum tapi menawarkan dan manusia berkehendak bebas. Bahayanya pemahaman Takdir jadi selip bahwa hidup manusia tidak ada artinya. Tuhan Maha Pengampun, jangan selip bahwa dosa-dosa manusia di ampuni total, tidak, diampuni sebanding dengan pertobatannya.

Tebusan atau menebus dosa. Dikatakan bahwa ‘Dosa manusia ditebus dengan mati dan sengsaranya Yesus’. Pelunasan ada dua faktor, keterkaitan dua pribadi antara manusia dan Allah. Agar tejadi pelunasan maka, pertama, perlu Pertobatan. Kalau jalannya salah, kembali; salah jalan dan terperosok apa bisa kembali? Siapa yang  hutang harus bayar, sebelum Yesus yang ada hanya ini. 

Terperosok jatuh adalah resikonya sendiri, maka pihak manusia perlu pertobatan. Informasi itu disampaikan Nabi, bagaimana menebus dosa. Kedua, zaman Yesus. Yesus dikatakan penebus, menghadirkan Allah pengampun. Jatuh kejurang dengan naik ke jurang lebih cepat mana? Jika manusia hanya mengandalkan pertobatan siapa yang bisa kembali, maka ada pengampunan Tuhan. Baru penebusan terlaksana.

Melihat bahwa Tuhan Pengampun salah-salah kita menjadi orang cuek. Miliki Semangat Hindu dan Fasilitas Kristen. Disini kumpul bermacam suku mari kita petik yang positif. Kita mendapat pengampunan sebanding kita mengampuni sesama, biar tidak egois. Bertobat - menghentikan kesalahan, bagaimana bertobat jika kesalahannya tidak tahu, dengan kawruh kita tahu dimana letak kesalahan dan cara menyelesaikannya. Mari perluas pancaran terang kita.

Penebusan Yesus bukan mati di kayu salibnya, tapi Yesus yang menebarkan Kebenaran, tentang mana yang salah dan mana yang benar, tentang dimana kesalahan dan cara menyelesaikannya. Hukuman adalah balas dendam, motivasinya kebencian. Cinta itu memeluk sambil nendang, nendang dengan basicnya adalah kasih.



(Wejangan Kyai Ganjel pada Kliwonan 16 Sep 1999,  Padepokan Gantharwa, Cibolerang Indah Blok H1 Caringin, Bandung, Jawa Barat)

(http://gantharwa.org/)

(Gambar: https://id.pinterest.com/pin/840202874206376126/)