Minggu, 29 Maret 2020

Rendah Hati,Terima Kasih, Kekayaan Yang Sejati.


JAVANOLOGY
Para Punakawan



Berhasil atau tidak kita harus tetap gembira. Gantharwa bukan hanya sebagai peramal saja, bukan hanya sebagai penonton, justru sebagai perencana atau sebagai dalang. Sejauh mana kita dipercaya Tuhan untuk sungguh-sungguh?.
Kliwonan adalah kesempatan, dalam penghayatan terdapat hambatan maka di ungkapkan agar pengertian kita satu, serasi. Merupakan kesempatan bertemu kadang sinarwawedi, gunakanlah untuk ‘take and give’, saling melengkapi, saling membutuhkan, tukar pengertian -‘sharing’.

Rendah Hati.
           
Rendah Hati (RH) adalah merek atau nama.

Ciri-ciri atau isi dari RH adalah bisa menghargai diluar dirinya, tidak tutup mata atau mengerti utuh, tanpa RH akibatnya dapat meremehkan. Menyadari bahwa kita manusia memiliki talenta masing-masing, ada positif dan negatifnya. Bisa menghargai terjadi bila kita dapat melihat talenta orang lain, jika tidak dapat berkembang menjadi sombong.

Dalam pribahasa Jawa, ‘kebo ngusu godel’, artinya kerbau minta minum pada anak kerbau. Betapa susahnya kita mendengarkan tentang kekayaan jika yang memberi orang melarat. Atau betapa susahnya orang tua mendengarkan orang muda.

Bisa RH bila mau mendengarkan. Mendengar dan memperhatikan, dan tahan nggak mendengarkan, kalau tidak akan menganggap orang lain salah atau sampah.

Dalam Injil disebutkan, “Orang yang dikatakan jahat itu pun masih ada baiknya.” Jika seorang anak minta ikan akan dikasi ikan. Yesus diprotes Rasul, “… itu kan bukan murid-Mu tapi dia mengusir roh atas diriMu, apa sebaiknya kita usir?!”, Yesus mengatakan, “Jangan.” Yesus mengajak untuk mengerti bahwa ia juga punya kebenaran; Rasul menganggap jahat semuanya.

RH itu Apa AdaNya, Kedemikian ini!.

Kita menganggap orang lain negatif, ini negatif thingking, tidak RH.

RH ialah yang tidak banyak menuntut. Sikap menuntut yaitu kalian harus memilih saya, dst.

Pandangan Jawa tentang RH adalah Rilo Narimo.

Contoh, memberi hadiah kaos, tapi kaos pemberian dipakai keset; maka si pemberi merasa diremehkan ini adalah tidak RH, ada tuntutan , tidak rela. Salah-salah adanya penyiksaan, bisa dua-duanya tersiksa; lebih jauh dampaknya bisa kelaparan. Memberi tapi ngatur. Tidak narimo, kita gerutu, masih kurang? Grenengan, ngedumel. Dengan Tuhan saja kita sering gerutu apalagi dengan sesama.

Jika RH diperas, orang yang RH adalah orang yang senang, selalu gembira, bahagia. Dihadapan Tuhan, hidupnya selalu penuh syukur,(:Jawa) selalu untung. Maka akan Fresh, Segar.

Kalau mau RH jangan Sedih. Seperti ayam senyum, domba senyum, he..he...

            Falsafah Jawa, ‘Mandireng Pribadi’.

Punya prinsip sendiri, negatif jadi orang cuek. Orang yang tak terguncangkan, dipuji tak senang dihina tak sakit.

            Umumnya, harga diri seseorang ditentukan oleh orang lain. Bahasa ‘paranormal’, harga diri seseorang adalah sejauh dia menghargai diri sendiri bukan ditentukan orang lain. Maka sering paranormal apa adanya, aneh, nyentrik, nyleneh. Ada pula yang sengaja ini tidak RH.

Terima Kasih.

Orang bisa menerima kasihnya orang karena positif thingking. Ada hajatan, di desa dikasi beras, tapi bagi kita –yang ada di kota- itu menghina, tapi bagi dia itu beras yang paling baik.

Jangan hanya cukup di dengarkan tapi dilaksanakan, jangan harus berhasil seratus persen, satu persen pun itu keberhasilan.

Kekayaan Yang Sejati.

            Pendapat para Kadang tentang apa itu kekayaan yang sejati,

Ø      Kaya di lihat dari segi manusia yaitu pangkat, kedudukan, harta; dari segi Allah adalah buah-buah roh.

Ø      Abadi, memiliki Roh Kudus.

Ø      Tetap dalam Kemanunggalan.

Ø      Yang membuat kita Tidak Terikat.

Ø      Yesus ketemu iblis di tawarkan kekayaan duniawi, untuk apa kamu memiliki itu semua tapi kehilangan dirimu. Menemukan Jati Diri dan memiliki.

Secara umum sederhana tidak punya keinginan ialah orang kaya, makin banyak keinginan makin melarat. Membutuhkan kekayaan karena kita punya pikiran, yang membutuhkan kekayaan(:duniawi) adalah pikiran. Orang yang tidak melarat adalah orang mati, pingsan,dan tidur; tetapi kekayaan sementara.

Kaya.

Kaya menurut Jawa, punya Sikap Rilo Narimo(:arti pasif).

Injil menyebutkan, “Carilah harta yang tidak bisa diambil orang, tidak dimakan ngengat, dan tidak dapat berkarat”.

Dimana?

(cara mendapat) “Carilah Kerajaan Allah dan Kebenaran maka segala sesuatu diberikan sebagai tambahan.”

Arti Sifat, orang kaya adalah orang yang gentur tapa bratane, orang yang  menepati janji dengan semangat lebih. Yang kaya ia yang banyak janjinya. Allah Kaya karena Allah banyak Janji-Nya. Yang masih minta belum kaya. Kaisar kaya tapi minta pajak(:rakus), maka belum kaya. Dan Janji-janji itu berkwalitas.

Janji apa?

Perumpamaan : Ketemu Kaisar dikasi mobil belum puas tapi diberi kuasa menjadi puas, kuasa untuk apa saja. Kekayaan sejati bukan karena kenal terus dikasi hadiah tapi nyatu dengan kaisar atau Gusti. Gusti adalah sebagai Teman, sebagai Ayah, sebagai Ibu, dan Gusti adalah Segala-galanya.

Saudara Yesus adalah ia yang melakukan kebenaran.

Orang kejebak hanya melihat sekarang ini, ngapain begini-begini…membuat melarat.

Orang sekolah dari TK, SD, SLTP, SLTA hingga Maha Siswa untuk apa? Sasarannya adalah Kemanunggalan, itulah kaya sejati.

Sehari-hari banyak janji dan menepati dengan semangat lebih. Jangan terperosok pada harta duniawi tapi mengutamakan harta illahi. Gantharwa bukan menolak duniawi tapi secukupnya. Kaya Kawruh Kaya Laku, bukunya tebal tongkatnya kuat.

Sejati : Asli, Mula, Allah Sendiri. Sesuatu yang asli dari sumber. Keaslian semua menuju Allah.

Kaya sebenarnya itu Pas, Cukup. Bukan berlebih itu tidak kaya, orang menerjemahkan kaya itu berlebih. Kaya itu tidak kurang tidak lebih. Lebih menjadi melarat lagi.

Pas yang dimaksud Allah itu apa?

Dalam bahasa, Dimensi, ‘klop, cocok’, Kehendak, ’yang dimaksudkan ada’, Indah, ‘serasi’, Jawa, ‘kesatuan ukuran’.

Mau naik tangga ada nggak tangganya biar sampai diatas.


Ditutup dengan doa, ” Ya Bapa, berkati kami agar kami punya kemauan untuk memperbaiki dan kekuatan untuk disiplin pelaksanaannya”. Amin.


(Wejangan Kyai Ganjel pada Kliwonan 21 Oktober 1999, di Padepokan Gantharwa, Cibolerang Indah Blok H1 Caringin, Bandung, Jawa Barat)
(http://gantharwa.org/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar