Selasa, 24 Maret 2020

Hening


Teratai


Apa itu Hening?

Sunda, ‘Nang Ning Nung’ : Tenang, Hening, Merenung. Suara Tuhan akan terdengar dalam keheningan.

Jawa, ‘Heneng Hening’.

Air, ‘Jernih’, Cahaya, ‘Cerah’. Dalam keheningan membuat kita sensitif dan selektif (: bisa membedakan). Perumpamaan, gelas berisi air dan di dalam ditempatkan batu berwarna putih dan biru, tahu batu itu berwarna saat air dalam gelas jernih.

Keheningan bahasa lainnya adalah Kejernihan. Agama, ‘Kesucian’. Baik untuk mengerti atau penglihatan bebas dari distorsi.

Injil, ‘Kebenaran’.

Obyektif, ‘Kalau merah ya merah’.

Hindu dan Budha, ‘Jelas’.

Jawa, Berkawruh atau Mengerti—melihat, mendengar, merasa.

Hening dalam hal meditasi. Misal merenung bunga tapi banyak distorsi dan tidak jelas. Proses meditasi mengerti tentang bunga yang sebenarnya dalam hening.

Kaitannya dengan Heneng.

Heneng, ‘Tenang, Kuat, Stabil’.

Untuk melihat bunga dalam hening selama tiga detik maka perlu stabilitas. Masalah orang adalah tahu Kebenaran tapi tidak kuat. Tahu tentang Kebenaran tapi perbuatannya salah. Mempunyai niat tapi setengah terlaksana, ngak stabil.

Hening, ‘Pencerahan’.

Heneng, ‘Kekuatan’. Hening, ‘Cerah, Obyektifitas, Yang seharusnya’.

Heneng hening, ‘Pengertian dan Laku’.

Orang mengerti dulu yang benar baru dilaksanakan. ‘Kawruh bisanya nyata kanti laku’.

Masalah keributan pada dasarnya adalah masalah Kebebasan, Kemerdekaan.

Bebas dari kesalahan pemahaman, bebas dari gangguan. Meditasi hening mencari kemerdekaan.

Tenang, ‘Diam’—fisik, pikiran, hati—untuk mencapai Jernih.

Anak tangga menuju Ketenangan (Ketenangan Rohani).

Ketenangan dimiliki bila,

1.Tentram, jika tidak tentram maka jangan mimpi bisa tenang. Tentram dimiliki bila dapat…

2. Mengendalikan hawa nafsu, kunci pengendalian adalah mengendalikan ‘kuda-kuda’ -kekuatan, semangan, cerdik dan etika/suci. Kapan bisa mengendalikan hawa nafsu? Bila…

3. Rilo Narimo. Rilo, melepas barang tanpa ikatan, tanpa embel-embel. Kita sering memberi tapi tidak rela maka pemberian menjadi beban untuk keduanya. Narimo, menerima. Misal dalam pembagian ada yang diberi sepuluh dan ada yang seratus. Yang sepuluh tidak menerima hasilnya penderitaan; yang diberi seratus, jika menerima yang lepas atau lapang. Dampak tidak menerima yaitu gelisah, menggerutu, dampaknya berantai. Bisanya Rilo narimo bila…

4.Tansa Eling. Eling pada apa? Eling pada Tuhan, pada Kasih. Saling menyadari bahwa orang itu penuh kasih. Eling Kersaning Allah. Kita harus saling mengasihi. Ia yang eling Selalu ber-‘terima kasih’, bereaksi positif. Apa Kehendak Allah? Mengyadari, berpikiran positif.

Umumnya orang mulai dari tengah, ya, tidak akan sampai.

Ketenangan ada dua yaitu ketenangan fisik dan roh, yang utama adalah ketenangan roh.

Metode Hening, pertama, lihat Diriku –posisi menang, kalah atau seimbang/negosiasi. Kedua Lingkunganku, kebanyakan orang meditasi mencari tempat yang sepi (posisinya kalah).

Di Gantharwa kita belajar Meditasi Statis, jangan mengada-ada, dari apa adanya. Seperti belajar gitar duduk dulu baru bergerak, merupakan tahapan belajar.

Tokoh-tokoh Dunia, lebih panjang ‘Go Public’-nya dari pada duduk diam. Meditasi Statis (jangan berhenti disini), merupakan persiapan menuju Meditasi Dinamis.

Akan tiba saatnya ‘mata batin’ lebih cerah dibanding mata biasa. Tidak ada yang terfokus, jauh-dekat jelasnya sama dan menyenangkan, salah-salah ini sebagai pelarian, menjadi egois dan keadaan ini dibilang ketemu Tuhan.

Pelarian atau pembebasan sementara : tidur, gila, meditasi, ekstasi.

Proses untuk mencapai sesuatu, pertama, Dengan Usaha –pelajaran lima hari; kedua, Dengan Minta –fasilitas Lisensi; dan ketiga karena Kebetulan.

“Pagare dirawat sing apik lan kuncinen”.

Pagar dirawat dengan baik dan kuncilah. Kita diberi ‘kok’ tidak digunakan! Teguran buat kita. Apa artinya?

Dirawat.

Besi tidak dirawat akan berkarat, rapuh dan pencuri bisa masuk. Harus disadari Pagar dari Tuhan perlu kerja sama dari manusia (:pribdi) untuk sukses. Kalau ‘jebol’ itu bukan karena Tuhan tidak kuat tapi manusia yang tidak mau mengunci. Perkembangannya salah-salah tidak menjadi pagar lagi! Pagar jebol, jangan pernah menganggap pagar tidak kuat, pagarnya Tuhan tidak ada yang bisa menjebol, apalagi menyalahkan Pemberi-Nya. Ini karena tidak dirawat dan tidak dikunci.

Merawat dengan Janji Lisensi dan menerima pagar dengan Sumeleh, yang menerima ragu maka keraguan atau setengah-setengah pula yang diterima.

Hadiah :

Segala masalah, semuanya, tinggal minta atau memohon untuk penyelesaiannya. Setelah itu yang Sumeleh, yang ‘cul’.

Pagar Jebol karena : Emosi, Takut, Ragu-ragu/Setengah-setengah.

Sumeleh dalam permohonan, Tuhan Maha Baik, Penolong dan Tuhan menghargai kebebasan manusia. Saat kita minta saat itu di beri dan bahkan sebelum permintaan selesai di ungkapkan sudah diberi. Saat kita tolak saat itu juga akan terlepas. Saat Sumeleh itu telah menjadi tanggung jawab Tuhan.Dalam keadaan emergency –kritis, darurat- justru makin Pasrah atau Sumeleh dan itu menjadi tanggung jawab Tuhan.

Sikap Paulus, ‘Kalau aku makin kecil maka Ia makin besar’, justru dalam kelemahanku Ia makin kuat.
Sikap Semar, kalau kita makin miskin maka Ia akan memberi makin banyak.

Dalam keadaan paling gawat justru kita harus makin Pasrah dan masalah selesai. Dengan kita menyelesaikan urusan Allah maka dengan sendirinya masalah kita selesai. Ini membutuhkan Keimanan, tapi sering kita pakai logika.

Kuncinen.

Dipakai, digunakan.

Hal-hal kecil saja dilalaikan bagaimana diberikan hal-hal besar! Ngapain diberi pagar tapi tidak digunakan!

Merawat yang baik : (utuh) tanpa cacat, (kesalahan) tanpa kesalahan, (waktu) disiplin. Janji Lisensi adalah perawatan.

Gentur tapa bratane, baru sakti mandrak guna. Hasilnya pagar tidak tergoyahkan.

Teman-teman gagal, kegagalan menuding yang ngasi pagar, sikap ini berbahaya!!! Yang nggak mutu adalah saya, sadari maka kita akan bertahan.

Mengerti apa butuh pengalaman?

Kita mengerti dengan mendengar, membaca, serta mengalami; dan untuk mengerti tidak harus mengalami, pengalaman juga tidak harus pengalaman sendiri.
Mengerti dapat diraih dengan: 

           1. Informasi
           2. Pengalaman
           3. Tinar Buko, bukan dari informasi dan pengalaman, spontanitas.

Pengertian negatif tidak perlu kita alami. Pengertian yang harus dialami ialah yang positif, makin positif makin harus.

Informasi dibagi menjadi, pertama, Manusiawi, misal dengan menelpon Pak Joko. Kedua, Roh, minta tolong kadang kyai Sadak atau minta pada Tuhan dan kita menyediakan diri/membuka diri untuk mendengarkan.

Diberi nasehat tapi tidak ngerti-ngerti dan beri ketegasan, kalau urusan banyak itu ditinggalkan.

Merubah/Belajar/Mengajar :

Dialog atau Kesadaran, Hukuman, dan Denda


Merawat Pagar

1)  Dibersihkan dari ajaran sesat. 2)  Yang benar dipertahankan, di pegang teguh. 3) Diperjelas–pengertian-pengertian dasar diperjelas, jangan puas sampai disini tapi di kupas lebih dalam. Jangan dikira sebagai sarjana berhenti belajar. 

Menolong orang

a. Dengan ‘lima langkah doa’. Yang minta tolong biasanya membenarkan diri.
b. Tidak melibatkan dalam kesesatan.
c. Penekanan bahwa kesembuhan bersandar pada pasien sendiri, bukan untuk cuci tangan tapi mendidik untuk jangan menyalahkan orang lain.
d.  Kita adalah jalannya dan pasien yang menjalankan.
e. Jangan terfokus pada keberhasilan tapi menolong sebaik mungkin. Keberhasilan = karmanya dia. Apakah saya telah menolong sebaik mungkin?
f. Tugas kita merawat bukan bertanggung jawab terhadap panenan.



(Wejangan Kyai Ganjel pada Kliwonan 11 Oktober 1999, di Padepokan Gantharwa, Cibolerang Indah Blok H1 Caringin, Bandung, Jawa Barat)

(Gambar: https://id.pinterest.com/pin/557813103819263249/)

(http://gantharwa.org/)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar