Sabtu, 07 Maret 2020

LIVING

Apakah Anda Yakin Reinkarnasi, Bagaimana Anda Meningggal dan Terlahir Kembali?

THE ART LIVING AND DYING



LIVING

Ada dua sikap yang terjadi saat menanggapi kehidupan :

1.      Melarikan diri atau tidak peduli, dan

2.      Menghadapi dengan keberanian.

Yang mendasari kedua sikap tersebut adalah Ketakutan. Saat mengalami ketakutan atau stress berat kesadaran kita jatuh pada kesadaran awal, kesadaran makan dan minum. Pada keadaan ini makanan tidak dicerna dengan baik, walau makannya banyak tapi tetap saja kurus.

kita—yang menekuni meditasi—berada di tengah-tengah, kadang melarikan diri, kadang menghadapinya. Keadaan ini merusak tubuh, dan kesadaran kita jatuh pada kesehatan dan uang.

Kita harus punya waktu menghadapi hidup.

Apa tujuan hidup kita?

Dengan jujur kita dapat melihat bahwa yang kita cari adalah Kebahagiaan. Dalam tujuan itu—kebahagiaan—disitu kita dipersatukan.

Apa yang sedang kita lakukan?

Mencari sesuatu yang kelihatannya “ada” dan sesaat lagi “tidak ada” atau mencari sesuatu yang “lestari”, ada untuk seterusnya.

Untuk meraih kebahagiaan, maka kita harus memperbaiki keadaan hari ini.

Karena pikiran, yang berekspresi lewat otak—penyimpan memori, mempunyai sifat mengolah apa yang ada dalam memori. Karena pikiran merupakan tanggapan dari memori, maka data yang ada dalam otak itulah yang akan diolah.

Untuk meraih kebahagiaan kita harus memasukkan kebahagiaan, salah sau cirinya adalah keceriaan.

Maka ‘aku’ harus diolah dengan baik.

Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1.      Potensi.
Pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan potensi kita apa nggak?
Bagaimana cari tahu?
Terlambat bangun pagi atau ‘5 menit lagi ah..’ dan terburu-buru kekantor atau tempat kerja.
Itu merupakan tanda bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak sesuai dengan potensi kita.
Itu merupakan tanda ingin menghindari kerja. Dan pekerjaan tersebut tidak pernah membahagiakan kita.
Energi kita terbatas, makin bertambah umur energi makin berkurang.

2.      Kepercayaan.
Kepercayaan penuh pada potensi atau benih.
Percaya diri, percaya pada tujuan, percaya pada serangkaian proses.
Bahwa “aku dapat melakukannya”.

3.      Skill atau Kemampuan.
Kemampuan harus terus dikembangkan.
Belajar bahasa, minimal bahasa Inggris (karena literatur dunia kebanyakan dalam bahasa Ingris).

4.      Tindakan.
Jangan menunda kebaikan.

Potensi yang tidak dikembangkan sering timbul menjadi hobi— kesukaan, kecondongan, kegemaran, minat, kecenderungan—dan hobi harus dikembangkan menjadi skill.


(Wejangan Guruji Anand Krishna, pada Temu Hati hari Sabtu 14 Oktober 2006, di Anand Krishna Center Denpasar, Jl. Pura Mertasari 27 Sunset Road, Abianbase Kuta, Pemecutan Klod, Kec. Denpasar)
(Gambar:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnsgLOuvU8yMvCLQplB8QzxvXw9bYYMq-N4OpXfRxeTC5IBU_daSMr5FBLjkBnfqVgwQ6fUS0637dxZS8dyfN8BRGTrm81LPGP3WYN_U9g5zoStXR8xEK1hCDw7UsaA9A-RNCw8Z16GzU/s320/reincarnation.jpg)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar