Minggu, 15 Maret 2020

SEKS, CINTA, DAN SPIRITUALITAS


Shiva Parvati
Shiva-Shakti



T : Adakah yang dapat menjelaskan senggama itu apa?

J : Menyangkut rasa.

T : Apa rasa seperti manis, asam, pahit?

J : …..

T : Bagaimanakah rasa senggama itu?



Suatu rasa yang tidak terjelaskan. Tuhan tidak terjelaskan maka seks itu Tuhan. (Tertawa)

Dalam urutan anak tangga, seks adalah anak tangga pertama dan spiritualitas anak tangga terakhir.

Dapatkah dipisahkan?

Mungkinkah sampai pada lantai teratas tanpa melalui lantai dasar? Sekotor apapun lantai dasar, bagaimanapun adanya ia tak dapat dipisahkan dengan lantai teratas.

Pada saat puncak senggama napas berhenti sejenak, berhenti secara alami. Sesaat itu kita melupakan segala-galanya, terjadi rileksasi total.

Orang dengan melakukan seks dapat melupakan segalanya, kita dengan meditasi melupakan segalanya nggak?

Meditasi meningkatkan energi dan energi yang meningkat itulah Kundalini.


Cinta dapat di Tumbuh-kembangkan :

Pertama, PIKIRKAN TENTANG CINTA.

Dalam keadaan apapun mengingat Cinta, mengingat Tuhan. Apapun yang kita lakukan yang terpikir adalah Cinta.

Keadaan sekarang, seluruh energi terfokuskan pada obyek Cinta bukan pada Cinta itu sendiri.

Cinta dalam bahasa lain disebut bhavana, perasaan yang sudah melekat pada jiwa. Bhavana dapat ditempuh dari vipassana, masuk kedalam diri. Baru dari dalam kita melihat gerakan energi kita apakah ke bawah atau ke atas.

Ini dapat disebut Kundalini meningkat. “Dengan penuh kesadaran menyadari bahwa selama ini kita telah menghamburkan energi dan sekarang kita akan berusaha meningkatkan”.

Buddha memberikan nasihat:

“Berikan 25% energimu untuk Cinta”. Energi yang terpusatkan pada Cinta, Metta, Maitreya, persahabatan.

Cerita:

Suara awal saat Big Bang mungkin “darrr”. Setelah suara itu terdapatlah Raksasa atau Danawa, Dewa dan Manusia. Masing-masing menerjemahkan “suara” itu sesuai dengan tingkat kesadaran yang yang dimiliki.
Raksasa menerjemahkan sebagai “dhea”, passion atau Nafsu. Dewa yang sedang bersenang-senang menerjemahkan sebagai “dham”, Mengendalikan Diri. Dan manusia menerjemahkan sebagai “dham”, Berbagi Rasa.

Manusia sekarang adalah 3 in 1, dalam diri manusia ada raksasa, dewa dan manusia.

25% energi untuk mengembangkan cinta, baru mengembangkan diri. Bagaimana mengukur energi? Buddha memberi tips, 25% waktumu untuk cinta.

Afirmasi : “Aku penuh dengan cinta”.


Kedua, MEWUJUDKAN PIKIRAN KITA.

Nasihat :
“Hati-hatilah tentang apa yang kau pikirkan, karena pikiran dapat mewujud”.
Buddha sangat yakin 25% energi untuk cinta cukup, ia akan membakar 75% hal lainnya. Seperti bangunan bertingkat, jika lantai dasar terbakar maka semua bangunan akan terbakar.


Ketiga, DIJAGA, DIPELIHARA.
Agar cinta tumbuh terus. Tanpa ini tidak akan terjadi apa-apa.


Keempat, MELAKONI CINTA DALAM HIDUP SEHARI-HARI.

Buddha memberi tips 25% waktu untuk cinta. Guruji memberi discount hanya 4 Jam sehari untuk cinta.

4 Jam untuk melakukan hal-hal yang ada kaitannya dengan cinta. Pada awalnya dapat difokuskan dalam satu ruangan, disitu kita membaca buku-buku tentang cinta, nonton film cinta dll.

Keadaan sekarang, kekerasan ada dimana-mana—di koran, televisi, masyarakat dsb. Tidak mau ngantri adalah kekerasan, membanting pintu adalah kekerasan, nyalip mobil lain adalah kekerasan, membuat orang lain menunggu juga adalah kekerasan.

Banyak hal disekitar kita yang membutuhkan cinta—tanaman, bebatuan, hewan, manusia, segalanya membutuhkan cinta.
Jadilah Pekerja Cinta. Lapangan kerja sangat luas.

Cinta menuntut agar mengelola Bali dengan baik, Bali tidak butuh ruko, yang hanya membebani Bank, pemerintah. Jika tidak pergeseran atau perubahan ke arah kehancuran akan terjadi. Terjadi perlahan, sedikit demi sedikit, seperti kodok dalam panci air yang sedang dipanasi, mati perlahan.

Apa yang terjadi di Bali, terjadi di Indonesia. Bali harus menjadi Harmoni dan Menyebarkan Cinta.

Kelima, MENGEKSPRESIKAN, MENULARKAN CINTA DAN MENGUKUHKAN CINTA DALAM MASYARAKAT.

Ini tugas kita semua.


Ciri-ciri Pecinta atau ciri-ciri Cinta ada dalam diri :

1.       Gampang tidur.

2.       Gampang bangun.

3.       Tidak mimpi buruk atau mimpi yang membuat gelisah.

4.    Dicintai lebih banyak orang dari pada yang memusuhi. Karma 20, yang mencintai tidk lebih dari 20-an orang dan yang memusuhi tidak lebih dari 20-an orang.

5.    Dicintai lebih banyak makhluk-makhluk halus dari pada yang memusuhi. Roh gentayangan karena tidak mengenal cinta, baru mengenal keterikatan.

6.    Dilindungi malaikat atau dewa—roh-roh yang sudah tinggi, yang tidak buru-buru bersatu dengan Tuhan.

7.     Selalu selaras dengan elemen-elemen alami. Buddha menyebutkan orang-orang seperti ini tidak dapat di celakai oleh api, senjata tajam dan racun.

Bahasa sekarang, api—sangat panas dalam diri, sering sariawan. Senjata—orang yang sering kecelakaan, kena pisau. Racun—maakanan yang menciptakan racun.

Orang tidak selaras atau tidak alami, banyak sendawa, terlalu banyak kentut, terlalu kedinginan, terlalu kepanasan, sedikit-sedikit minum obat.

8.       Mudah memasuki alam meditasi.

9.       Cinta membuat wajah berseri-seri.

10. Ketika mati atau ajal tiba, pikiran tidak kacau. Pikiran mempunyai potensi kacau saat kematian.

Janji Tuhan :
“Kau berasal dari Tuhan akan kembali pada Tuhan”purnaam adah purnaam idam.

Tips: Saat mati tagih Janji Tuhan

11. Menyempurnakan Lingkaran. Lahir dalam keluarga yang mendukung, menunjang spiritual kita.



(Wejangan Guruji Anand Krishna, pada Temu Hati 4 Maret 2007, pukul: 19.00-21.00 Wita, di Anand Krishna Center Denpasar, Jl. Pura Mertasari 27 Sunset Road, Abianbase Kuta, Pemecutan Klod, Kec. Denpasar)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar