Rabu, 11 Maret 2020

THE BOOK OF CHUANG TZU


Abad ke-4


CHUANG TZU

Hasil gambar untuk Chuang Tzu

Kata-kata Bijak
Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan yang selaras dengan keteraturan alam semesta yang tak terlihat


THE BOOK OF CHUANG TZU



“Menganggap sumber sebagai kemurnian dan yang keluar dari sumber sebagai buruk; memandang peninbunan sebagai ketidakmampuan; hidup dalam kedamaian dan dengan kejernihan spiritual, inilah yang di masa lalu dikenal sebagai jalan Tao.”
“Jangan tejebak pada label; jangan memiliki rencana jahat; jangan beranggapan Anda yang menentukan kejadian; jangan bergantung pada pengetahuan. Pahami yang tak terbatas, dan mengembaralah tanpa jejak.”


C
hina 2.300 tahun yang lalu mengalami periode penuh gejolak dan perang. Para penguasa sangat menginginkan kemenangan dan bersedia memikirkan gagasan baru apa pun yang bisa membantu mereka mengalahkan lawan dan mempertahankan kekuasaan. Di masa ini hiduplah seorang filsuf yang cemerlang, Chuang Tzu. Ia diminta oleh salah seorang kaisar untuk menjadi penasihatnya, tetapi ia menolak tawaran ini karena tidak ingin dimanfaatkan oleh kekaisaran.

The Book of Chuang Tzu menjadi salah satu karya penting tentang Taoisme, bersama Tao Te Ching, yang hadir 200 tahun lebih dulu. Konon Chuang Tzu menulis sendiri tujuh bab pertama, bab lainnya ditulis oleh para pengikutnya. Bab-bab ini berisi alegori dan anekdot yang melibatkan tokoh terkenal dalam sejarah China, termasuk percakapan imajiner para pemikir besar seperti Confucius, Lao Tzu, dan Lieh Tzu.

Setelah membaca buku ini, kita bisa dengan mudah memahami keengganan Chuang Tzu bekerja untuk penguasa, karena filosofinya menolak validitas kekuasaan duniawi dan mengagumi anonimitas, bukan rencana besar. Ia menyatakan secara tidak langsung bahwa kekacauan periode Warring State terjadi karena orang telah kehilangan kesaranan tentang Tao, yang sebelumnya pernah “menyatukan langit dan bumi”.

Apa itu Tao? Tao adalah keteraturan alam semesata yang fundamental, bagaimana benda secara alami bergerak. Orang yang bijaksana atau sukses menyadari kekuatan yang mengerakkan alam semesata ini, tetap selaras dengannya, dan tidak pernah lupa bahwa ia adalah sumber segala sesuatu.

Rendah Hati di Hadapan Tao
Dalam bab “Masa Banjir Musim Gugur”. Chuang Tzu mempersembahkan alegori berikut ini.
Ketika banjir musim gugur datang, Dewa Sungai Kuning merasa senang karena areanya sekarang menjadi sangat luas. Ia mengalir dalam keagungannya melewati negeri, hingga akhirnya tiba di Laut Utara. Disana ia bertemu dengan Jo, Dewa Laut, dan merasa rendah hati melihat keluasannya dibandingkan dengan dirinya. Melihat hal ini, Dewa Sungai Kuning teringat kisah seekor kodok yang duduk dalam sumur dan terkagum-kagum melihat air yang ada di depannya, tetapi selamanya tidak mengetahui luasnya lautan. Ia ingat serangga musim panas yang hanya hidup di satu musim, yang tidak pernah mengetahui apa itu es. Demikian juga, tulisnya, seorang terpelajar yang terkurung dalam ajarannya tidak bisa memiliki pemahaman yang nyata tentang Tao. Ia mungkin menganggap dirinya hebat karena memiliki sebagian pengetahuan Taoisme, tetapi ini tidak sama dengan menjadi selaras dengan Tao.

Orang biasa tidak mau atau tidak bisa memandang prestasi mereka dari sudut pandang yang tepat. Mereka hanya memperhatikan bentangan kehidupan mereka sendiri, tidak menyadari ribuan tahun yang ada sebelum mereka atau pun kebesaran alam semesta. Mereka banyak melakukan hal-hal kecil, yang hanya menyuntikkan kecemasan dan kebingungan ke dalam dunia. Kisah ini menyiratkan bahwa kita seharusnya berhenti menganggap diri kita seperti suangai yang besar, dan menyadari bahwa kita lebih mirip setitik air dalam samudra.
Mengetahui Totalitas

Bagi manusia normal, ada perbedaan besar antara kaya dan miskin, kecil dan besar, benar dan salah, berguna dan tidak berguna. Tetapi dari sudut pandang Tao semua itu sama saja, semuanya satu. Itulah sebabnya mengapa orang yang maju tidak akan melewati hidup dengan membuat penilaian dan perbedaan, melainka tetap menjaga pikiran mereka sebagai bagian dari keseluruhan.

Keselarasan dengan Tao memungkinkan Anda mengenali totalitas kehidupan, bukan hanya bagian yang Anda sukai. Itulah sebabnya mengapa seseorang yang selaras dengan Tao akan tampak sedikit terpisah: Mereka tidak terikat dengan  satu aspek kehidupan tertentu yang merugikan orang lain. Memiliki keterikatan ini berarti menyangkal reaitas kehidupan. Orang lain, mengenal dunia hanya melalui kabut pikiran dan gagasan mereka sendiri, tidak pernah memahami keagungan Tao.

Orang yang memahami Tao bebas dari ketakutan tentang siklus kelahiran dan kematian, nasib baik dan buruk. Mereka bisa hidup tanpa terlalu tenggelam dalam pencarian hal-hal baik ataupun penghindaran hal-hal buruk, kebahagiaan mereka datang dari ketenangan dan keterpisahan yang sempurna. Mereka melihat segala sesuatu sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Mereka tidak bisa dibuat sakit hati ataupun dihancurkan reputasinya, karena mata mereka terarah pada hal-hal yang lebih besar.

Kebahagiaan Yang Ada di Balik Situasi Ekstrim
Dalam pemikiran Chuang Tzu, kita sebenarnya tidak boleh mencari kebahagiaan. Pemikiran sebagian besar orang tentang kebahagiaan adalah mengejar hal-hal yang mereka rindukan, dan dengan melakukan itu mereka terus ada dalam keadaan beraksi. Dengan pikiran terpusat ke masa depan dan hal-hal abstrak, mereka melupakan merawat tubuh mereka.

Tetapi seseorang yang selaras dengan Tao tidak mencari “kebahagiaan” jenis ini. Kebahagiaan yang sesungguhnya terjadi karena tidak memiliki beban manusia normal, yang terus berayun antara kegembiraan dan kesedihan, kemenangan dan kegagalan. Tetapi kita bisa melampaui situasi ekstrem ini dan hidup dalam keadaan “tindakan tanpa aksi”; artinya, tindakan kita dilakukan dalam keselarasan dengan Tao, bukan dalam rangka mengejar hasrat dan keinginan kita sendiri.

Sebagian besar orang bisa berkata, “Aku sekarang puas” atau “Aku merasa bahagia”, tetapi jenis kepuasan seseorang yang selaras dengan Tao adalah tidak ingat lagi apa itu kepuasan, dan tidak tahu seperti apa rasanya tidak bahagia. Kebahagiaan karenanya lebih dari sekedar mencapai sesuatu “keadaan” bahagia. Kebahagiaan ini ditemukan dengan cara melampaui prinsip normal pikiran manusia, hasrat, dan emosi, mencapai ketenangan yang sempurna.

Memilih Anonimitas
Manusia yang besar tidak memamerkan amal dan tidak berusaha mencari pengaruh. Mereka tidak memandang rendah orang yang melayani mereka, ataupun mengakui hal-hal yang tidak mereka lakukan. Meski meyakini kemampuan dirinya, mereka tidak menghukum si tamak atau si kikir. Mereka tidak mementingkan diri sendiri, bukan seperti yang dilakukan orang suci, tetapi dalam pengertian bahwa hidup mereka tidak menimbulkan gejolak. Sebaliknya, orang yang melindungi reputasinya, atau ingin terkenal atau kaya, justru menimbulkan gejolak.

Dalam percakapan dengan Confucius, Adipati Jen berkata, “Pohon yang lurus adalah pohon yang akan lebih dulu ditebang, sumur yang airnya manis adalah sumur yang akan lebih dulu kering.” Ia menunjukkan kepada Confucius bahwa pengetahuannya telah membuat dirinya menonjol: Pengetahuannya membuat dirinya menjadi pusat perhatian karena pengetahuan ini memperlihatkan kekontrasan antara dirinya yang kaya pengetahuan dan orang lain yang minim pengetahuan. Poinnya adalah bahwa seseorang yang menghabiskan waktu mereka untuk mempertahankan citra “hebat” akan berakhir sebagai orang yang sibuk mempertahankan citra; mereka hanya terus ”mengaduk-aduk”. Seseorang yang selaras dengan Tao, di sisi lain, mencerminkan sifat Tao—mereka tidak terlihat atau terdengar seperti seseorang yang istimewa, walaupun demikian mereka memiliki suatu kekuatan khusus. Adipati Jen menambahkan bahwa kekuatan sesungguhnya adalah menjadi unsur suatu kesatuan yang lebih besar, seperti seekor burung dalam suatu kawanan.

Gagasan Chuang Tzu tentang manusia yang sempurna adalah seseorang yang tidak berusaha menjadi sumber cahaya bagi dunia: Mereka berperan sebagai saluran yang jernih bagi cahaya itu, tidak peduli kapan dan dimana cahaya itu akan bersinar. Hal ini membutuhkan kerendahan hati yang total, menjadi sosok yang “kosong dan bersih”. Orang seperti ini tidak menginginkan kekuasaan dan tidak tertarik mengecam, dan konsekuensinya mereka jadi tidak dikecam. Dalam bahasa yang sederhana, mereka tidak membiarkan diri mereka masuk ke dalam tren kehidupan. Orang menganggap mereka gila karena mereka mencari anonimitas, tetapi mereka tahu bahwa inilah jalan kepuasan sejati.

Kehidupan Yang Sederhana adalah Yang Terbaik
Seorang penguasa China pernah berupaya mundur dari jabataannya dan bermaksud menyerahkan tongkat kepemimpinan pada seorang pria bernama Shan Chuan. Saat itu adalah masa di mana para penguasa diberi gelar “Anak-anak Langit”,  dan menjadi penguasa adalah kehormatan yang tertinggi. Tetapi Shan Chuan berkata, “Mengapa aku ingin memimpin sebuah negeri?” ia memiliki kehidupan yang sederhana, mengolah tanah pertanianya dan menikmati pergantian musim. Ia tidak bisa melihat kebajikan dalam kekuasaan dan kehormatan. Sekali orang memilikinya, mereka akan menghabiskan seluruh waktu mereka untuk terus berupaya memilikinya, dan ini bukan kehidupan.

Maksud Chuang Tzu, seseorang yang selaras dengan Tao selalu memilih kehidupan yang damai, bukan kekuasaan. Ironisnya, orang yang tidak tertarik dengan kekuasaan justru yang akan menjadi penguasa terbaik, tetapi kaisar dan menteri seperti in jarang ada. Demikian pula, seseorang yang selaras dengan Tao tidak menghabiskan waktu mereka untuk mengejar keuntungan. Mereka bahagia dengan diri mereka dan tidak menginginkan lebih banyak lagi. Mereka lupa mengapa mereka melakukan pekerjaan mereka, menyatu dengan pekerjaan mereka, tanpa ego atau memikirkan imbalan. Ironisnya, hal ini justru membuat hasil pekerjaan mereka menjadisangat baik.

Karakteristik Orang Yang Selaras Dengan Tao
Berikut ini adalah karakteristik orang yang selaras dengan Tao, dikumpulkan dari kisah-kisah dan ulasan Chuang Tzu:

·    Orang yang selaras dengan Tao tidak memiliki rencana besar, melainkan merespon berbagai hal yang muncul.

·     Mereka memisahkan diri dari benda-benda, karena mereka tahu bahwa hanya dengan demikian mereka bisa melihat orang lain dengan jelas.

·       Sebagian besar orang berusaha mencari pemenuhan, tetapi orang yang bijaksana ingin menjadi kosong, menjadi saluran bagi Tao.

·      Orang yang selaras dengan Tao memiliki kegembiraan seorang anak dalam hidupnya, dipadu dengan kebijaksanaan orang tua.

·    Mereka melampaui moralitas konvensional. Jika seseorang harus berpikir tentang kebajikan, hal itu berarti mereka tidak hidup dengan alami.

·    Orang yang selaras dengan Tao memandang “pengetahuan” dari sudut pandang yang tepat, mereka memiliki pengetahuan yang berasal dari kesadaran tentang totalitas hidup, melampaui pengetahuan orang yang terpelajar.

Karena mereka berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda dari orang normal, seseorang yang selaras dengan Tao mungkin tampak sedikit gila. Tetapi dari sudut pandang mereka, cara orang lain menjalani hidup itulah yang aneh.

Kata Penutup
Pintu masuk kedalam China Kuno yang dibukakan Chuang Tzu memang mengagumkan dan mungkin membangkitkan minat Anda terhadap perkembangan Taoisme. Jelas ia memiliki selera humor yang bagus, selalu menyelipkan lelucon ke dalam kekakuan adat dan hirarki masyarakat China. Tetapi yang membuat karya ini abadi adalah pemahaman Chuang Tzu yang sangat baik terhadap kondisi manusia.

Misalnya, di zaman kita, orang peduli dengan “tujuan hidup”. Tetapi ChuangTzu mengajak kita untuk mempertimbangkan bahwa alih-alih mencari pemenuhan, lebih baik mengolah pikiran yang kosong melalui kontemplasi dan meditasi agar kita bisa melihat dunia ini dengan lebih jelas. Dengan cara ini kita secara alami akan menemukan kesempatan untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan siapa diri kita dan apa yang perlu dilakukan di dunia ini. Jika kita menyadari konsep Tao ini, ia akan memberikan kepada kita kesempatan untuk terhubung kembali dengan suatu kecerdasan yang jauh lebih besar dari kecerdasan kita sendiri.

The Book of Chuang Tzu adalah karya yang bisa Anda gunakan seumur hidup, untuk dimintai nasihat setiap kali anda membutuhkan bimbingan dan pencerahan. Karena berisi alegori, dibutuhkan interpretasi, dan penerjemahan yang baik telah membuat karya ini menjadi lebih bisa diakses dari sebelumnya. Dua buku versi modern yang bagus adalah yang diterjemahkan oleh Martin Palmer dan Elizabeth Breuily, serta Jonathan Cleary.


(Sumber:
1.      Buku 50 Spiritual Classics – Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 Buku Legendaris Dunia, karya Tom Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT BHUANA ILMU POPULER KELOMPOK GRAMEDIA.
2.      Gambar: https://simple.wikipedia.org/wiki/Chuang_Tzu#/media/File:Zhuangzi.gif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar