Jumat, 20 Maret 2020

METTA SUTRA


Gautam Buddha Images Photos Pictures Wallpapers & HD Statue Pics
The Sutra of Loving Kindness


Merupakan sutra yang singkat dari Sang Buddha. Singkat adalah kode yang harus dikodekan kembali.

Sejarah munculnya Metta Sutra.

Sang Buddha mengintruksikan kepada seorang bhiku, murid Buddha, untuk meditasi di sebuah hutan, yang konon hutan itu penuh dengan roh-roh gentayangan. Saat bermeditasi sang bhiku diganggu oleh roh-roh tersebut hingga tidak tahan. Dan melaporkan keadaan tersebut kepada Sang Buddha. Ia mengadu, “Buddha tolong cari tempat yang lebih tenang untuk meditasi”. Buddha menjawab, “Tidak perlu, saya akan berikan “senjata” untuk mengatasi keadaan tersebut. Dan senjata itu adalah Metta Sutra.

Meditasi adalah gangguan, masuk ke alam meditasi berarti mengundang gangguan. Seorang meditator adalah seorang pencari gara-gara, seorang meditator harus kegerahan jika melihat kemunafikka dan kezaliman. Ia yang membiarkan kezaliman terjadi berarti mendukung kezaliman itu.

Dalam Bahasa Sanskrit, metta adalah maitri, metra, mitra, sahabat. Dan sutra adalah tali, tali yang mempersatukan.

Metta Sutra berarti Tali Persahabatan, menjalin persahabatan.

Sang Buddha menasehati muridnya, “Bersahabatlah dengan mereka, dengan roh-roh tersebut”.

Persahabatan ada batasnya. Perumpamaan, kita bersahabat dengan air, ada air selokan, ada air minum, tapi kita tidak meminum air selokan.

Bersahabat berarti mengangkat derajatnya, mengajak ikut meditasi, setidaknya ada keinginan untuk tahu tentang meditasi. Setidaknya ada  common bond, Janji Kebersamaan.

Bersahabat berarti SATSANG.

Cinta tidak dapat dijelaskan, tapi hasilnya dapat dijelaskan, metta.

Bersahabat ada taktiknya, ada rahasianya, ada kebijaksanaannya antara lain :

Sutra-sutra

Ke-1. Berbuat Dalam Keahliannya, oleh karenanya ada pada jalur kedamaian. Keahlian dalam berbuat baik.
Karena kita sudah paham atau karena kita punya pikiran kita harus tahu apa yang harus kita makan, apa yang harus kita perbuat, apa yang harus kita rasakan, apa yang harus kita pikirkan, maka akan memperoleh kedamaian.

Aturannya bagaimana? Cari sendiri dengan memberdaya diri. Ada permasalahan pikirkan dengan pikiran yang lurus.

Ke-2. Tahu Persis Masalahnya Dimana.

Ke-3. Jangan Berbelit-belit. Buddha menasehati, “Berbicaralah apa adanya”.

Ke-4. Rendah Hati.

Ke-5. Tidak Sombong atau tidak pamer. Semoga orang-orang ini cepat puas. Puas berarti menerima segala yang datang pada kita.

Seorang meditator harus bekerja lebih efisien dari pada mereka yang tidak meditasi. Harus lebih efektif, produktif dan kreatif.

Mencari uang butuh keahlian, menghabiskan uang perlu seni. Misal, mengeluarkan uang yang hingga ratusan tahun kemudian alih-wujud uang masih ada.

Ke-6. Hemat, frugal, tapi tidak kikir. Dia tahu uang itu digunakan untuk apa.

Ke-7. Menjalankan Kewajiban tapi Tidak Terbebani.
Kewajibn lebih kecil harus mengalah pada kewajiban yang lebih besar.

“Kewajiban terhadap keluarga ku korbankan untuk melayani masyarakar, kewajiban terhadap masyarakat ku tinggalkan demi Bangsa dan Negara, kewajiban terhadap Bangsa dan Negara terpaksa ku lepas demi Umat Manusia, demi kepentingan dunia”.

Ke-8. Tenang, Penuh Kedamaian, Bijak. “Apa yang saya pahami berusaha untuk saya laksanakan”.

Ke-9. Mengambil Langkah Tepat, sehingga diperhatikan atau diteladani.
Melakukan suatu kegiatan yang tepat sehingga diperhatikan orang dan diteladani, tanpa bicara padanya harus melaksanakan kegiatan tersebut

Ke-10. Panca Indera Terkendali. Tidak ada keinginan yang berlebihan.

Ke-11. Tidak Melakukan Sesuatu yang Tidak Direstui Para Bijak.
Sekali lagi butuh satsang. Setelah itu kebijakan diulang beberapa kali. Ini pertanda kebijakan dinilai setiap saat. Tindakn ini bijak atau tidak? Dari saat ke saat.

Ke-12. Semoga Semua Makhluk Bahagia, Aman dan Ceria.
Kita harus menciptakan ‘alasan’ untuk ceria. Apapun yang terjadi harus ceria. Keceriaan adalah ekspresi damai, kasih dari dalam diri kita

Apakah orang itu lemah atau kuat, pendek atau tinggi, dilihat atau tidak dilihat, lahir atau belum, semoga semua bahagia.

 Ke-13. Semoga Tidak Menipu atau Membenci. Juga tidak memaksa untuk bersahabat.

Ke-14. Memperlakukan semua makhluk, sebagaimana Seorang Ibu yang menyayangi anak satu-satunya.

Ke-15. Menyebarkan pancaran Kasih ke seluruh dunia. Tidak dibatasi oleh apapun.

Ke-16. Tidak meniatkan jelek pada orang lain.

Ke-17. Dalam keadaan berdiri, jalan, duduk, atau rebahan Tidak Ngantuk. Banyak yang menerjemahkan mindfull sebagai awas. Ngantuk berarti Tidak mencintai.

Begitu kenal Cinta kantuk menguap, contoh saat pacaran tidak pernah ngantuk.

Ke-18. Selalu awas terhadap apa yang sedang terjadi dalam pikiran. Ingatkan akan hidup yang baik seperti sutra-sutra diatas.

Ke-19. Jangan terikat pada spekulasi.

Ke-20. Bebas dari sikap ‘harga mati”. Orang itu berubah. Pikiran jangan dipatok pada satu hal, adakan perubahan.

Ke-21. Bebas dari Ketergantungan.

Ke-22. Berjiwa atau Berhati Bersih. Bebas dari keinginan yang berlebih maka akan terbebaskan untuk selamanya dari samsara dari hal-hal dunia, dari penderitaan di dunia ini.

Nanak pun mengucapkan hal yang sama:

“Seluruh dunia sedang menderita, satu yang bahagia. Siapa? Yang selalu bergantung pada Nama Sejati, Diri kita yang Sejati”.

Wejangan ditutup dengan cerita:

Ada seorang pelacur terkenal namanya…., menyuruh asistennya membeli parfum. Kebetulan pemilik toko parfum tidak ada, dan yang melayani anaknya, dan anak ini tahu yang membeli adalah seorang pelacur terkenal maka dengan harga yang sama beberapa parfum diberikan lebih setengah-setengah.

Asisten terkejut, “Kok parfumnya banyak?” dan di jawab “Harganya sama”.

Sampai dirumah si pelacur juga terkejut, “Mengapa begini banyak”. Jawaban asisten sama seperti pemuda tadi. Di dalam hati si pelacur berpikir, “Baik sekali orang itu, saya harus ketemu dengannya”.

Disuruhlah asisten untuk menyampaikan niatnya. Anehnya jawaban anak muda itu, “Belum saatnya ada perjumpaan”. Si pelacur penasaran dan mengulangi beberapa kali dan jawaban yang diterima tetap sama.

Suatu ketika si pelacur mendapatkan tamu penting, seorang juru masak istana. Berbareng setelah itu datang juga tamu yang kaya-raya, maka diputuskan melayani yang kaya-raya duluan. Kepada para preman tempat itu ia memberikan instruksi menyingkirkan tamu juru masak tersebut. Karena terjadi miskomunikasi dibunuhlah tamu tersebut.

Setelah selesai melayani tamu kaya-raya si pelacur menanyakan, “Dimana tamu juru masak!” dijawab, “Telah disingkirkan!”. Si pelacur bertanya lagi, “Ya, dimana!?”. Akhirnya ketahuan bahwa tamu itu telah dibunuh, si pelacur terkejut dan kehabisan akal. Diputuskannya untuk menanam mayat tersebut di hutan.

Raja yang mengetahui juru masaknya tidak pulang-pulang, jadi bingung karena itu adalah juru masak yang sangat dia sayangi. Di utuslah para anak buahnya untuk mencari dan diketemukan telah mati dan dikuburkan di hutan.

Diusut-usut, ketahuan ia telah dibunuh dan dalangnya adalah si pelacur. Maka si pelacur di hukum potong kedua tangan. Dengan masih berdarah-darah ia mengajak asistennya untuk lari ke hutan dan tinggal disana.

Dalam keadaan seperti itu, anak muda penjual parfum datang untuk berjumpa si pelacur. Melalui asistennya pelacur menjawab, “Sekarang bukan saatnya untuk bertemu!”. Pemuda itu memaksa, akhirnya si pelacur menutupi kedua tangannya yang buntung dengan kain dan berjumpa pemuda itu.

Pemuda itu berkata, “Kenapa selama ini aku menolak untuk ketemu, sebenarnya aku melihat diriku sendiri, apakah aku hanya tertarik pada badanmu saja atau pada jiwamu, sekarang aku tahu!”.

“Selesai sudah bicara masalah badan, mari kita bicara tentang Jiwa, Spirit, Roh”.


(Wejangan Guruji Anand Krishna, pada Imlek hari Kamis 07 Februari 2008, di Anand Krishna Center Denpasar, Jl. Pura Mertasari 27 Sunset Road, Abianbase Kuta, Pemecutan Klod, Kec. Denpasar)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar