Minggu, 19 Januari 2020

Think on These Things


1964

J. KRISHNAMURTI

Hasil gambar untuk krishnamurti

Kata-kata Bijak
Jadilah orang yang revolusioner dengan mempelajari cara berpikir yang melampaui batas-batas budaya.


THINK ON THESE THINGS

“Hujan di tanah yang tandus adalah sesuatu yang istimewa, bukan? Ia mencuci daun-daun hingga bersih, bumi pun tersegarkan. Dan saya pikir kita semua seharusnya mencuci pikiran kita seluruhnya hingga bersih, seperti pohon dicuci oleh hujan, karena mereka dibebani debu berabad-abad, debu yang kita sebut pengetahuan, pengalaman. Jika Anda dan saya mau mencuci pikiran kita setiap hari, membersihknnya dari kenangan hari kemarin, kita akan memiliki pkiran yang segar, pikiran yang mampu mengatasi berbagai masalah kehidupan.”


A
pakah kehidupan Anda sama dengan perjuangan besar meraih sukses? Apakah Anda takut menjadi sosok yang biasa-biasa saja? Jika peertanyaan ini mencerminkan diri Anda, berliburlah sejenak dari perjuangan Anda dan bacalah Think on These Things. Mungkin merupakan karya filsuf J. Krishnamurti yang paling praktis, buku ini muncul dari sesi tanya-jawab dengan murid-murid sekolah di India, tetapi mampu menyentuh hati dan pikiran secara universal.

            Krishnamurti mengajari murid-murid ini bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah bukan untuk mempersiapkan kita mendapatkan pekerjaan, tetapi untuk “membantu kita memahami seluruh proses hidup”. Pendidikan adalah tentang cara mencintai, cara hidup sederhana, cara membebaskan pikiran kita dari prasangka, takhyul, dan rasa takut. Tanpa pengetahuan ini kita akan menjalani hidup dengan cara yang hampir mekanis, alih-alih menjadi orang yang sungguh-sungguh kreatif. “Jika pikiran tidak bisa menembus penghalangnya sendiri,” kata Krishnamurti, “terdapat kesedihan.”

            Dengan logikanya yang tak bisa dibantah, Think on These Things menghancurkan keyakinan kita tentang keselamatan berupa nama baik, uang, dan kesuksesan, menunjukkan bahwa menginginkan hal-hal tersebut hanya akan membawa kesedihan. Setiap orang ingin menjadi “seseorang”, tetapi Krishnamurti menunjukkan bagaimana keinginan ini justru membuat kita menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Ambisi dan kesuksesan
Buku ini menjelaskan secara terperinci tentang kesuksesan duniawi.  Budaya kita mengagungkan ambisi dan prestasi, dan konsekuensinya kita merasa harus selalu berjuang meraih sejumlah prestasi. Tetapi Krishnamurti menunjukkan bahwa keinginan untuk menjadi sesuatu selalu berakhir dalam kekecewaan dan kekosongan. Ini bukan cara yang cerdas untuk menjalani hidup karena artinya Anda selalu merasa tidak bahagia dengan keadaan sekarang ini, dikuasai rasa iri dan keinginan yang tak pernah terpuaskan. Pernyataan Krishnamurti “Kita semua ingin menjadi orang yang terkenal - dan di saat kita ingin menjadi sesuatu, kita tidak lagi bebas” adalah kebalikan dari apa yang Anda lihat dalam buku-buku motivasi. Walau demikian, pernyataan ini tampaknya benar.

            Bisa dimengerti bahwa tidak banyak menginginkan sesuatu akan membuat Anda merasa lebih puas dengan apa yang Anda miliki, tetapi siapa yang mau mengorbankan pemenuhan potensi mereka? Krishnamurti memberitahukan sebuah jalan alternatif yang tidak akan mengarah pada depresi atau kegilaan. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah membantu orang mengidentifikasi pekerjaan apa yang mereka cintai. Melakukan apa yang Anda cintai memberi manfaat ganda: Anda tidak hanya akan menemukan tingkat kepuasan yang tidak biasa dalam kehidupan sehari-hari, tetapi antusiasme Anda terhadap pekerjaan itu akan menjamin “kesuksesan”.

            Ambisi menuntut kita untuk terus-menerus hidup di masa depan, masa depan yang, jika akhirnya datang, mungkin tetap meninggalkan perasaan hampa pada kita. Tetapi profesi berarti kita bisa menikmati pekerjaan kita tanpa perasaan gelisah karena ingin mencapai hasil tertentu. Lagi pula, tidak ada yang abadi, jadi dunia ini akan menjadi jauh lebih baik bila dihuni oleh orang yang bekerja tanpa dipengarui buruknya hasrat memperoleh sesuatu. Kompetisi hanya diperlukan jika menginginkan  satu hadiah, tetapi setiap orang harus menyadari bahwa harta itu bukan ada “di luar sana” melainkan ada di dalam kecakapan dan minat kita sendiri. Itulah kecerdasan.

Mitos tentang rasa aman
Kita ingin membuat hidup ini jadi permanen, tetapi dengan melakukan hal itu kita menentang alam, dan disanalah terbaring kepedihan kita. Hanya pikiran yang selalu bergerak, tanpa tempat istirahat  dan gagasan tetap, yang bisa selaras dengan kehidupan, dan karenanya penuh kegembiraan. Manusia, kata Krishnamurti, “mengali kolam kecil untuk diri mereka sendiri jauh dari derasnya arus kehidupan, dan di kolam kecil itulah mereka stagnan, mati; dan stagnasi inilah, kematian inilah yang kita sebut kehidupan”.

            Kalimat yang keras, tetapi apakah benar bahwa kehidupan yang kita ciptakan bagi diri kita sendiri, kolam kecil berupa keluarga, pekerjaan, ketakutan, ambisi, agama dan sebagainya, adalah upaya untuk tidak merasakan realitas yang lebih besar? Semakin kita meyakini bahwa tempat yang berada di sisi sungai kehidupan ini adalah tempat yang aman, kita semakin tidak menyadari hakikat kehidupan yang sesungguhnya – perubahan yang terus-menerus. Kita bergantung pada hal-hal yang telah kita ketahui, tetapi ketergantungan ini membuat kita menjadi orang yang penuh ketakutan.

            Tetapi semua ini tidak lantas berarti kita harus menangalkan lingkungan eksternal kehidupan kita, melainkan kita perlu menyadari bahwa kita hanya menciptakan representasi kehidupan yang kita sukai. Tujuan menjalani hidup adalah untuk menemukan kebenaran, dan jika kita tidak secara aktif berusaha agar bisa lebih dekat lagi dengan inti berbagai hal, kita akan segara mati.

Memecahkan masalah
Pikiran tidak akan pernah bisa memecahkan masalah jika pikiran itu dikuasai oleh masalah tersebut. “Hanya pikran yang tidak dikuasai masalah sajalah yang bisa merasa segar untuk memahami masalah”, kata Krishnamurti. Jika Anda bisa menciptakan suatu ruang di antara pikiran-pikiran Anda, Anda akan kembali memperleh kesegaran dan kreatifitas yang tidak pernah bisa dirasakan oleh pikiran normal yang dibebani oleh masalah dan kecemasan yang datang silih  berganti.

            Jika pikiran yang membuat kita terjerumus ke dalam kekacauan dipekerjakan untuk untuk menyelesaikan kekacauan tersebut, solusi yang dihasilkan tidak akan benar-benar bagus. Tetapi dengan menutup pikiran tersebut, solusi elegan akan muncul. Kita beranggapan bahwa pikiran adalah segalanya, padahal tidak. Kita bisa memperkaya hidup kita dengan melangkah masuk ke dalam kecerdasan luas alam semesta yang eksis dalam otak kita. Ironosnya, dengan menghentikan ocehan tiada henti dari pikiran, kita juga akan memperoleh pemahaman diri. Dengan demikian, tidak berpikir, jika dilakukan dengan sengaja, bisa menjadi merupakan bentuk kecerdasan yang tertinggi.

Orang yang kreatif
Banyak orang yang hidup hanya sebagai teknisi, tulis Krishnamurti. Kita belajar secara otomatis dan melewati ujian, mendapat pekerjaan; kita mempelajari teknik untuk meraih sukses dalam masyarakat ini. Tetapi jika kita tidak memperhatikan hal-hal yang susungguhnya – keindahan, cinta, kedamaian – maka kita akan hidup di dunia yang kelihatannya berat dan terpisah-pisah. Dengan demikian kita punya pilihan: hanya menjadi seorang teknisi atau seorang pencipta, menjadi kurang menyerupai manusia atau lebih menyerupai manusia. Krishnamurti berkata:

“Engkau bisa menjadi orang yang kreatif hanya ketika ada penyerahan – artinya, sungguh, ketika tidak ada rasa terpaksa, tidak ada rasa takut tidak bisa menjadi sosok yang diinginkan, tidak bisa memperoleh sesuatu, tidak bisa mencapai tujuan.”

Seseorang yang telah belajar bagaimana masyarakat bisa berhasil dan “melakukannya dengan baik” mempeoleh semacam rasa percaya diri yang bersifat teknis. Rasa percaya ini akan menimbulkan arogansi. Tetapi ada rasa percaya diri jenis lain yang datang dari berpikir di luar sistem. Rasa percaya diri ini lebih tidak merusak. Jika kita tidak memilikinya, kata Krishnamurti, kita “akan diserap oleh masyarakat dan tersesat dalam keadaan yang biasa-biasa saja”. Jika kita berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjadi diri kita sendir, kita akan mengetahui kreativitas sejati yang tidak dibentuk oleh apa yang secara sosial diterima atau sesuai. Seorang teknisi bisa memberi “hasil”, tetapi seorang pencipta, dengan sifat dan fokus merek pada hal-hal yang penting, akan meningkatkan dunia sekitar mereka.

            Krishnamurti berbicara tentang perlunya memiliki jiwa pemberontak. Maksudnya bukan mengubah masyarakat dari dalam, tetapi memberontak melawan  cara pikir dan cara pandang yang ada. Jika Anda memberontak melawan “sistem”, jika Anda melobi agar terjadi perbaikan, bukankah hal ini sama saja dengan seorang narapidana yang memberontak di dalam penjara menuntut kondisi yang lebih baik? Revolusi yang sesungguhnya bukanlah mengeluh tentang kondisi penjara, melainkan memandang melalui jeruji-jerujinya agar bisa melihat institusi tersebut dalam konteks yang lebih besar.

            Kita perlu memandang pikiran kita dengan cara seperti ini, mengamati proses kerjanya dan memahami mengapa pikiran kita mengambil kesimpulan seperti itu. Misalnya, kita tidak bisa menghentikan ketamakan dan rasa iri hati kita dengan berusaha mengeliminasinya; perasaan itu hanya akan hilang jika kita bisa mengamati pikiran kita secara keselruhan.  Ketika kita mengakui bahwa pikiran kita penuh dengan ketamakan, rasa, kebencian, dan ambisi, kita menciptakan ruang dimana kita bukan hal-hal ini. Itulah awal dari seorang bebas yang mampu menggunakan mata air kreativitas, yang terdapat di luar pikiran yang berpikir.

Kebahagiaan dan cinta
Karena kita adalah orang yang berjuang untuk meraih sesuatu, kita juga percaya bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa kita cari. Tetapi seperti yang dengan tepat ditunjukkan oleh Krishnamurti, kebahagiaan tidak bisa “ditemukan”, kebahagiaan adalah produk sampingan dari memaknai dan menjalani hidup tanpa rasa takut. Kebahagiaan tidak dihasilkan dari prestasi dan ambisi; hidup adalah saat-saat dimana kita tidak memikirkanhal-hal tersebut, saat kita hanyut dalam suatu tugas atau merasa menjadi bagian dari lingkungan sekitar kita. Bahkan sekadar berpikir atau berbicara tentang kebahagiaan sudah mengindikasikan bahwa kita tidak menyatu dengan sumber kebahagiaan.

            Pada dasarnya, ketidakbahagiaan terjadi karena tidak adanya cinta, atau karena ada jarak antara diri kita dan orang lain. Jarak ini diciptakan oleh penilaian dan kecaman kita. Sulit untuk sungguh-sungguh mencintai jika kita sedang memikirkan diri kita sendiri dan keinginan kita; bagi orang lain, hal ini tampak dangkal. Orang yang berjuang keras akan berkata, cinta memang baik, tetapi itu hanya mimpi indah – aku harus sukses di dunia ini. Krishnamurti membantah, “Cinta adalah hal yang paling praktis di dunia.” Orang yang ambisius mencari kekuatan, dan dalam pencariannya mereka tidak bisa melihat fakta bahwa cinta adalah kekuatan terbesar yang kita ketahui. Cinta yang hebat adalah kecerdasan yang yang hebat, karena kecerdasan mampu mengenali bahwa pada akhirnya cinta adalah satu-satunya hal yang penting.

Kata penutup
Buku Krishnamurti ditulis bertahun-tahun sebelum pandangan tentang melakukan apa yang ingin dilakukan, alih-alih melakukan pekerjaan demi kepastian hidup, menjadi tren. Ia juga memahami budaya selebriti kita di mana setiap orang ingin menjadi seseorang yang lain, ingin terkenal, serta kesengsaraan yang ditimbulkannya.

            Think on These Things bukanlah tentang spiritualitas yang kita pahami secara konvensional, melainkan tentang membuka pikiran. Buku ini berbicara tentang kecerdasan, meski bukan kecerdasan seperti yang biasa kita pikirkan. Setiap orang beranggapan bahwa mereka adalah individu yang bersemangat dan berpikir bebas, padahal sering kali tidak ada yang bisa mendekati kebenaran.

            Buku ini membuat Anda bertanya kepada diri Anda sendiri: Apakah saya hanya seorang teknisi dalam hidup ini, atau seorang pencipta?

Jiddu Krishnamurti
Krishnamurti dilahirkan di Madras (Chennai) pada tahun 1895, putra dari sebuah keluarga Brahmana. Ayahnya bekerja di pusat Komunitas Teosofi di Adyar. Pada usia 15 tahun Krishnamurti dibimbing oleh pemimpin teosofi Annie Besant dan rekannya C.W. Leadbeater karena sepertinya memiliki “aura” yang luar biasa. Mereka secara resmi mengadopsi anak itu dan ia dibawa ke inggris untuk disekolahkan. Dinobatkan sebagai “Guru Dunia”, pada tahun 1911 dibentuklah organisasi seputar dirinya, Order of the Star in the East.

            Pada tahun 1929, Krishnamurti mengumumkan bahwa ia bukan mesias, atau bahkan seorang guru, lalu berpisah dengan para pelindungnya san gerakan Teosofi. Ia mulai hidup berkelana dan berceramah, serta dikenal dengan filosofi pikirannya yang mandiri dan kewaspadaan terhadap seperangkat keyakinan. Ia meninggal pada tahun 1985, dan Krishnamurti Foundation terus menerbitkan karya-karyanya.
             

           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar