Rabu, 24 April 2024

Diam dan Pengendalian Diri

(Sumber : Internet)

Mengapa harus diam….

Diawal perjalanan spiritual, perjalanan kedalam diri, kita dinasehati oleh pemandu spiritual kita untuk diam.

Lebih jauh dijelaskan, diam dalam pengertian sederhana adalah diam secara pisik, “Usahakan agar tubuh tetap diam”. Kemudian pelatihan pun dimulai, kita mulai melatih pisik untuk diam dalam postur khusus kita pribadi - terdapat berbagai macam postur - secara tetap dan teratur dalam jangka waktu tertentu. Dalam keadaan diam dengan suatu postur tertentu terjadi perubahan-perubahan kimia khusus dalam tubuh yang pada gilirannya membuat tubuh makin sehat.

Dalam perjalanan untuk tetap diam, kita mulai menyadari pikiran-piiran dan perasaan-perasaan kita menjadi lebih perlahan atau kurang aktif. Makin mendalam kita dalam keadaan diam, pikiran dan perasaan kita menjadi makin pelan atau lebih tepatnya jarak antara pikiran satu dengan yang lainnya makin jauh. Semakin lama kita berada dalam keadaan itu pikiran dan perasaan seolah diam.

Terjadinya transformasi….

Ada sebuah kisah yang menarik tentang seorang mistikus luar biasa, dimana dalam masa mudanya ia sangat sering menatap sebuah pohon dalam waktu yang lama. Bagaimana pohon itu benar-benar diam, dan dalam kediamannya itu ia tumbuh dan berkembang. Dari luar kita pernah melihat ranting dan daunnya bergerak padahal gerak itu terjadi karena tiupan angin, dan pohon beserta ranting dan daunnya tetaplah diam. Diamnya pohon seolah ia mendengarkan sesuatu dengan penuh perhatian. Kediamannya itu membuat ia tumbuh.

Dalam kediaman yang mendalam, dalam ketenangan dan keheningan itu transformasi terjadi, kesadaran dirinya pun mulai meluas, menembus batas pikiran dan perasaan yang selama ini memenjarakannya. Kesadarannya bersentuhan langsung dengan keadaan sekitar, langit biru yang indah nan cemerlang, hembusan angin yang harum dan segar diiringi kicauan burung yang merdu terangkai dalam bingkai kehidupan yang indah dan penuh kebahagiaan, sungguh luar biasa. Kebahagiaan berada dimana-mana bersatu dan terjalin dengan kebinekaan yang ada. Inilah surga, kemana lagi kita mencarinya?

Apa hubungannya dengan pengendalian diri…

Saat kita tidak bisa diam kendali tubuh dan kesadaran kita sepenuhnya berada dibawah kendali pikiran dan perasaan kita. Kita lahir, menjalani kehidupan dengan banyak penderitaan, sakit dan kemudian kematian menghampiri, kita sepenuhnya dalam belenggu pikiran dan perasaan kita. Lahir, mati dan lahir lagi kemudian mati lagi, dalam lingkaran penderitaan ini kita hidup.

Kecuali sentuhan seorang master menghampiri kehidupanmu maka tidak ada kemungkinan bagi kita untuk keluar dari lingkaran penderitaan ini. kehadiran seorang master, seorang guru dalam kehidupan kita itu bukan karena ketekunanmu, bukan karena akumulasi karma kita tapi kehadiran seorang master benar-benar karena berkah keberadaan, karunia dan kasih dari Bunda Alam Semesta.

Kehadiran sang master untuk menunjukan kepada kita jalan menuju kesempurnaan, “Temukanlah guru sejati di dalam dirimu.” Karena guru sejati adalah sumber pengetahuan dan kebenaran, diatas segalanya ia adalah penuntun, pemandu untuk menggapai kesejatian diri. Apa yang harus dilakukan, bagaimana menjalani hidup biarlah guru sejati yang menuntunmu. Serahkan kendali hidupmu kepada sang guru sejati.

Apakah ketika kesadaran sudah meluas kita bertemu dengan guru sejati…

Tetaplah dalam keadaan diam, buatlah dirimu sangat terbuka untuk menerima segala kemungkinan, bersabar dan yakinlah akan kasih dan kurniaNya.

 

Sembah bhaktiku kepadaMu, Oh Bunda Semesta yang menghadirkan sadguru, guru sejati dalam hidupku.

 

Berkah Shakti Om.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar