Selasa, 08 Januari 2019

KASAMPURNAN


[Wejangan Kiai Ganjel pada Perayaan Malam 1 Suro tanggal 16 April 1999]



KASAMPURNAN
(Jalan Kesempurnaan Hidup)


            1 Suro merupakan inkarnasi, merupakan awal hidup dalam terang bukan puncak. Dari tahun ke tahun manusia selalu ingin lebih, dan menggali, mengerti lebih dalam agar lebih maju dan lebih baik dari masa lalu.
            Makna Paskah, apa yang dialami Tuhan Yesus pada puncak-puncak kehidupannya. Puncak kehidupan manusia pada saat membuat keputusan dan pelaksanaan keputusan.
Membuat Keputusan
Bagaimaana Tuhan Yesus membuat keputusan,
            ...Keputusan antara mengikuti Kemauan Sendiri atau Kemauan Allah...
Berdoa di Taman Getsemane:
“Ya Bapa, lewatkan piala kesengsaraan padaku...tetapi jangan terjadi karena kehendak ku, tapi terjadilah yang menjadi Kehendak Mu
Yesus Sedih dan Gemetar, keringat meneteskan darah (:merupakan penderitaan). Disini Tuhan Yesus memberikan pengajaran bahwa dalam membuat keputusan itu bukanlah suatu hal yang main-main atau hal yang sembarangan.
            Ada berapa banyak manusia di dunia ini yang mengalami kegagalan, inti dari kegagalan karena membuat keputusan yang salah. Kenapa sampai salah membuat keputusan karena kita sering menyederhanakan sesuatu, menggampangkan, tanpa pikir panjang dan resiko kegagalan adalah lebih menyakitkan.
Pemuda-pemudi sekarang ceroboh dalam membuat keputusan, mudah berjanji/membuat keputusan dan jika di ingkari bisa menyakitkan orang lain, menyakiti perasaan orang lain.
Kualitas seorang pribadi akan terlihat saat ia membuat keputusan. Memutuskan mempunyai konsekwensi tidak ringan.
            Gantharwa mengajarkan tentang keseriusan, bahwa orang yang serius itu bukan masalah tertawa atau tidak tertawa tapi apa yang di ucapkan atau apa yang menjadi janjinya itu dinyatakan/dijalankan. Apalagi keputusan yang menyangkut Bapa itu tidak sembarangan.
Orang-orang yang tidak mengerti memandang Yesus kebingungan, bingung memutuskan mengikuti Kehendak Sendiri atau Kehendak Allah. Apakah Yesus itu benar bingung?
Sesungguhnya Yesus tidak pernah mengalami kebingungan, bagaimana Tuhan Yang Maha Tahu sampai kebingungan? Tuhan Yesus memerankan diri sebagai umat manusia, mau menyampaikan suatu pengertian bahwa manusia akan mengalami kebingungan saat membuat keputusan mengikuti kehendak sendiri atau Kehendak Allah, sama seperti Yesus saat berdoa di Taman Getsemane. Harus dilihat, Yesus sebagai Yesus atau Yesus memerankan sebagai umat manusia.

Apa yang mempengaruhi manusia membuat keputusan.
            Pada dasarnya manusia memiliki kemauan, dari kemauan menimbulkan Karso/Niat, sampai pada niat tanpa ada keberanian maka ia akan berhenti disini dengan kata lain niat yang tidak terrealisasi.
Karso membutuhkan Keberanian untuk menghasilkan suatu keputusan.
Keputusan yang lengkap/utuh dipengaruhi oleh,
      1.      Kawruh/Pengertian.
Pengertian terjadi karena pengalaman dan informasi yang diolah oleh kecerdikan. Kawruh tanpa kecerdikan akan tetap sebagai kawruh.
      2.      Kadigdayan/Kemampuan/Kekuatan.
Pertimbangkan sejauh mana Kemampuanku. Isi dari kemampuanku yaitu kemampuan diri (talenta yang dimiliki) dan dukungan/bantuan.
Memahami kemampuan apa cukup! Tidak, pertimbangkan dalam segi...
      3.      Moral/Etika.
Tanpa memperhatikan hal tersebut banyak manusia ceroboh bahkan salah dalam membuat suatu keputusan dan akhirnya menemui kegagalan.

Kegagalan itu penyebabnya ada 3(tiga):
    1.  Penyebab pertama adalah Kebodohan, tidak mengerti, selalu salah dalam membuat keputusan, hidupnya akan selalu bermasalah.
     2Penyebab kedua adalah Kelalaian/Lupa, orang yang pernah mengerti sesuatu dan saat sesuatu itu di butuhkan semua itu terlupakan.
      3.   Penyebab ketiga adalah Kemalasan, orang yang mengerti tapi tidak mau berbuat atau tidak mau melaksanakan apa yang telah dimengerti.
Ternyata membuat suatu keputusan yang serius tidak gampang, buktinya kebanyakan pasangan muda-mudi untuk melakukan perjanjian nikah tidak berani, calon Pastor dekat-dekat finish memutuskan iya atau tidak ketakutan. Sebenarnya ketakutan menjadi Pastor atau takut membuat keputusan?
Jadi orang jangan sembarangan, keputusan menetukan kedudukan Yesus dengan Bapa, membuat keputusan maka timbul jalan salib.

Pelaksanaan keputusan.
            Dulu orang menganggap meninggalnya Yesus di kayu salib adalah suatu penderitaan, “Oh menderitanya Yesus”, apakah benar? Ternyata tidak, Yesus bahkan tersennyum, “Oh bahagianya Yesus”.
Mari kita lihat penyebab penderitaan,
Kita disuruh mencuci sepatu Pak Joko, apakah kita menderita atau senang? Bila ia menerima pekerjaan dengan jengkel maka itulah penderitaan, tapi bila ia menerima pekerjaan dengan senang dan gembira itu bukan suatu penderitaan bahkan suatu kebanggaan dapat kepercayaan untuk membersihkan sepatu Pak Joko. Sama-sama nyuci sepatu tapi reaksinya berbeda, dan yang lain/penonton memberi komentar baik langsung atau tidak, “Rasain lu disuruh nyuci sepatu” atau “Kok ia yang disuruh nyuci”.

Rahasia melihat itu sebagai suatu penderitaan atau tidak...
    A.   Ia menderita karena menjadi Reaktor/Bereaksi Negatif, maka itu menjadi suatu penderitaan. Bereaksi yang positif menyenangkan dia atau bahasa lain positive thinking.
Apalagi hubungan antara Anak dan Orang Tua atau dianggap Anak oleh Orang Tua. Apakah Yesus menderita melaksanakan Kehendak Bapa? Ia melaksanakan dengan penuh kecintaan kepada Bapa. Dalam cinta tidak ada penderitaan. Penderitaan muncul karena ada dualitas—perbandingan, pembedaan, kontradiksi—sedangkan cinta melampaui pikiran penyebab dualitas.
            Sesuatu itu kita anggap penderitaan karena melakukan dengan terpaksa dan itu akan menyenangkan karena kita anggap itu adalah suatu kesempatan untuk melaksanakan tugas dari Bapa atau berbuat jasa untuk Bapa.
Karena disini ada Pengharapan Cinta maka tidak ada penderitaan.
Tanda-tanda Cinta itu pudar bila melakukan sesuatu dengan terpaksa atau jengkel.
Dalam kehidupan Yesus berkorban bahkan rela mati di kayu salib, cinta kepada umat manusia tiada penderitaan, penonton tidak mengerti lebih dalam hanya kulitnya saja.
            Bahwa Yesus tidak menderita, kalau kita menganggap Yesus menderita berarti sama artinya kita menyebut Nama Allah dengan tidak hormat.

      B.    Puncaknya Yesus dikayu salib dan Yesus berteriak-teriak:
“Eli-eli lama sabaktani...”, Ya Tuhanku, ya Tuhanku kenapa kau tinggalkan aku. 
Yesus berteriak-teriak bukan Yesus sebagai Yesus, tapi memerankan diri sebagai umat manusia.
Manusia menderita kedua, penderitaan dari pelaksanaan keputusan yang puncaknya adalah urusan Hidup dan Mati, apakah aku tetap pada keputusanku.
Salah-salah saat pelaksanaan keputusan orang merasa bahwa itu adalah suatu penderitaan. Jangankan sampai mati, sementara orang-orang suci atau merasa suci dan mengalami penderitaan ia menggerutu dan mengeluh, “Mana keadilan Tuhan”. Jangan beriman yang dangkal.

Apa yang ingin Allah sampaikan lewat Guru untuk Anak-anak Jawa:
      A.   Pagare dirawat sing apik lan kuncinen, artinya pagar itu dirawat yang baik dan kuncilah.
Bagaimana merawat pagar?
a)  Membersihkan Pagar, pengertian kebenaran belum utuh tercampur pengertian yang salah, Anda harus meluruskannya jangan dicampuri dengan ajaran-ajaran yang sesat.
b)    Mempertahankan, apa yang memang baik itu dipertahankan.
c)    Diperjelas, jangan diterima sebagai Doa yang sempit—hanya sebagai doa pagar—artinya yang luas, Pagar Pengetahuan. Diperjelas dan Dimengerti.
Terbebas dari gaibing iblis dan manusia yang jahat”, penjelasan, Pengertian dari Allah itu sendiri murni, bersih yang tercampur disini saat aku menerima salah-salah tercampur dengan dasar yang tertanam—dalam kehidupan duniawi—dan dalam perjalanan kadang-kadang pengertian hilang atau tidak ku mengerti lagi, maka perlu dipertahankan dan apa yang diterima maknanya diperjelas.
Kuncinen atau Kuncilah!
Punya pagar yang bagus itu belum lengkap sebagai pagar jika belum dikunci, maka pagar Difungsikan atau Digunakan. Adanya kunci ya dikunci.
Difungsikan untuk,
1.      Egoisku, melindungi diri.
2.      Orang lain, melindungi orang lain yang minta tolong pada Anda.
      B.    Diterima dalam Gambaran.
“Orang lari maraton pada lintasan bulat di Stadion, dimana garis Start dan Finish di garis yang sama. Dengan fasilitas kecerdikannya, finish hanya dengan melangkah satu langkah ke belakang. Sebelum melangkah ia bersantai-santai. Dan yang tanpa fasilitas ia lari keliling dengan sungguh-sungguh dan akhirnya sampai finish, dan yang punya fasilitas kelabakan sampai lebih lambat bahkan tidak sampai.”
Makna : KESUNGGUHAN, betapa pentingnya kesungguhan jangan hanya mengandalkan fasilitas.
      C.    Jalan Kesempurnaan Hidup.
Jalan menuju Kesempurnaan  secara luas dan banyak selama Pelajaran, apa yang ditekankan?
KEMAUAN DENGAN SEMANGAT LEBIH, Gentur Tapa Bratane.
Merupakan jalan  mencapai kesempurnaan hidup, kenapa?
Guru merefleksi diri dan ternyata benar, jika dunia menerima apa adanya tanpa semangat lebih maka tidak akan ada kemajuan dunia, dan ini menuju kesempurnaan.
Untuk mencapai  kesempurnaan Coret kata Lumayan.


Sekian Wejangan dari Kiai Ganjel.
https://gantharwa.org  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar