Sabtu, 19 Januari 2019

MEETING WITH REMARKABLE MAN


1960


G.I. GURDJIEFF



Kata-kata Bijak

Sebagaian besar orang menjalani hidup tanpa kesadaran.
Tolaklah kebiasaan dan jadilah dirimu sendiri.



MEETING WITH REMARKABLE MAN

“Dari sudut pandang saya, ia bisa disebut manusia istimewa, yang menonjol karena kecerdasan pikirannya, yang tahu bagaimana caranya untuk tetap terkendali dalam manifestasi yang berasal dari sifat dasar dirinya, dan disaat yang sama bersikap adil dan toleran terhadap kelemahan orang lain”


D
i semua tingkat usia, Anda dapat menemukan individu yang mengikuti minat mereka dan hidup berdasarkan prinsip mereka sendiri. Georgi Ivanovitch Gurdjieff, mungkin guru New Age yang pertama, menjalani kehidupan yang berbeda dari kebiasaan banyak orang. Ia seorang pengembara dan pencari spiritual yang keras, sekaligus juga orang yang paling praktis, sebuah contoh bagus tentang tantangan yang kita hadapi ketika harus memenuhi kebutuhan hidup sementara di sisi lain ingin mengejar minat spiritual.
            Menyemir sepatu, membuat ornamen gips, memandu wisatawan, mengadakan ritual untuk menghubungi arwah orang mati, dan memperbaiki barang-barang rumah tangga adalah beberapa di antara sekian banyak hal yang dengan senang hati ia lakukan untuk menghidupi dirinya, sejalan dengan keyakinanya bahwa hidup kita harus benar-benar menjadi bagian dari dunia ini, tetapi juga tidak berhenti dalam rutinitas yang melumpuhkan pikiran. Meski kelak menjadi lebih mapan, dengan kelompok pengikut di kota-kota Eropa dan Amerika, Gurdjieff tetap mempertahankan pandangan bahwa perubahan lingkungan eksternal baik untuk membangun kemantapan tujuan batin. Ia percaya bahwa sebagian besar orang menjalani hidup mereka sambil tidur (tanpa kesadaran), dan bahwa individualitas sejati kita hanya akan mengalami pemenuhan jika kita menantang cara0cara berpikir yang habitual.
            All and Everything, or Beelzebub’s Tales to His Grandson adalah karya besar Gurdjieff setebal 1.300 halaman, tetapi Meeting with Remarkable Man berisi unsur filosofinya sekaligus juga merupakan bacaan yang mengagumkan. Banyak berisi gambaran kasar mengenai karakter, judul buku ini agak menyesatkan, karena ternyata yang dimaksud dengan “remarkable man” (manusia istimewa) adalah mentor masa kecilnya, teman dekatnya, dan siapa saja yang membentuk pandangannya tentang dunia. Deskripsinya bukan sekadar tentang pujian, melainkan menunjukkan bagaimana setiap orang mengeluarkan aspek diri Gurdjieff yang berbeda-beda. Mari kita lihat sekilas sebagian karakter ini dan mengapa mereka dikatakan telah membentuk pandangannya.

Gurdjieff Sr.
Ayah Gurdjieff adalah orang Yunani tetapi tinggal di Armenia, di Alexandropol dan kemudian di Kars. Ia seorang asokh amatir, penyair, penyanyi, dan pendongeng yang menenggelamkan putranya dan ketiga putrinya dalam cerita rakyat, peribahasa, dan musik.
            Keluarga itu awalnya sejahtera, memiliki kawanan ternak yang banyak dan juga memelihara ternak orang lain. Tetapi wabah ternak benar-benar menghabisi semua hewan ternak mereka, membuat keluarga itu nyaris tidak punya apa-apa, dan meski berupaya di berbagai bidang usaha, mereka mereka tetap tidak bisa mendapatkan kembali kesejahteraan mereka. Merenung kembali, Gurdjieff menduga ayahnya tidak sukses menjalankan bisnisnya karena ia tidak mau mengambil keuntungan  dari keluguan atau nasib buruk orang lain. Kecekatan Gurdjieff dalam menghasilkan uang mungkin merupakan kompensasi sifat sang ayah.
            Walau demikian Gurdjieff Sr. Adalah orang yang luar biasa karena ia tetap mampu bersikap tenang dan mandiri meski keberuntungannya naik turun. Ia paling suka memandangi bintang di langit di malam hari, sebuah hobi yang bisa menempatkan kecemasan kecil ke dalam sudut pandang yang tepat. Ia menyuruh putranya untuk menumbuhkan ruang yang selalu bebas dalam pikirannya, dan untuk mengembangkan sikap wajar dalam menghadapi segala hal yang umumnya membuat orang lain merasa jijik atau mual. Misalnya, Gurdjieff akan menemukan seekor tikus atau ular tak berbisa di tempat tidurnya, yang sengaja diletakkan di sana oleh sang ayah, dan diharapkan memberi reaksi yang tenang. Pelajaran ini, mengamati tanpa menilai dan tidak menjadi budak dari reaksinya sendiri, sangat berguna bagi kehidupannya kelak yang selalu penuh perjalanan dan perubahan.

Guru-guru pertama
Meski lingkungannya terbatas, ayah Gurdjieff senang berteman dengan orang terpelajar. Salah satu diantarannya adalah seorang pria bernama Borsh, pemimpin Kars Military Cathedral setempat. Keduanya memutuskan bahwa Gurdjieff lebih baik dididik di rumah, dan Borsh pun menyusun pendidikan baginya yang sangat baik untuk ukuran kota provinsial kecil seperti itu. Sementara kedua pria itu bercakap-cakap hingga malam tentang hal-hal yang sukar dan penting, si anak laki-laki menyerap percakapan itu, menabur benih bertanya dan berfilosofi dalam kehidupannya.
Sosok lain yang memengaruhi Guerdjieff di masa mudanya adalah diakon di Kars Cathedral, Bogachevsky. Mentornya ini kelak menjadi Pendeta Evlissi dari Biara Essene Brotherhood di Laut Mati. Persaudaraan biarawan ini, tulis Gurdjieff, terbentuk lebih dari 1.000 tahun SM, dan Yesus dituntun untuk menyelami misterinya.
Bogachevsky memberitahu Gurdjieff bahwa ada dua moralitas: moralitas objektif, yang telah berkembang selama lebih dari 1.000 tahun dan menghadirkan dasar bagi kebaikan seperti yang diberikan oleh Tuhan; dan moralitas subjektif, yang berkembang dalam budaya yang dibentuk oleh kebiasaan intelektual dan sosial, yang cendrung memutarbalikan kebenaran.
Warisan sang pendeta untuk Gurjieff adalah peringatan untuk tidak mengadopsi kebiasaan orang disekitarnya. Ia harus menjalani hidup sesuai dengan suara hatinya, atau moralitas objektif. Hanya inilah yang bisa ia bawa bersama dirinya ke manapun ia pergi.

Pangeran Yuri Lubovedsky
            Teman Gurdjieff yang satu ini adalah seorang pangeran Rusia yang kaya. Istrinya yang masih muda meninggal dengan tragis, dan dalam kesedihannya ia menjadi seorang penyendiri, menarik diri ke dalam dunia ilmu gaib dan spiritualisme. Lubovedsky menghabiskan sebagian besar sisa hidupnya denga mengunjungi tempat-tempat eksotis dunia. Gurdjieff pertama kali ketemu dengannya di piramida Mesir. Di sana Gurdjieff bertindak sebagai pemandu bagi seorang arkeolog, Profesor Skridlov. Lubovedsky mengenl profesor itu, dan ketiganya menjadi sahabat seumur hidup. Sang pangeran mengunjungi banyak tempat bersama Gurdjieff, termasuk India, Tibet, dan Asia Tengah. Pertemuan terakhir mereka, dideskripsikan dengan sangat baik, terjadi kebetulan di biara terpencil di Tibet.
            Pelajaran kehidupan sang pangeran bagi Gurdjieff adalah bahwa rasa ingin tahu yang tidak konsisten, melompat dari satu minat ke minat yang lain, bisa balik mencelakakan kita. Lubovedsky menjadi tertekan, dan bercerita tentang pertemuannya dengan seorang pria Hindu yang menunjukan bahwa antusiasmenya telah mengganggu perhatian yang seharusnya ia berikan pada kehidupan internalnya. Teman Gurdjieff ini menunjukkan kepadanya tentang bahaya terlalu terikat dengan emosi kita. Seperti contoh yang diberikan oleh ayahnya, seseorang yang maju selalu mengambil jarak tertentu, merasa nyaman dengan diri mereka sendiri bagaimanapun keadaan sekitar mereka.
            Lubovedsky juga membuktikan pandangan Gurdjieff bahwa seseorang yang maju bisa menyeimbangkan pikiran, naluri dan perasaan dalam diri mereka. Sebagian orang terlalu intelektual dan imbalannya adalah kemampuan intuisi mereka, sementara yang lain tidak pernah mencapai tingkat kesopanan yang merupakan produk dari berkembangnya  pikiran. Keseimbangan dan integrasi aspek-aspek kita yang beraneka ragam merupakan hal-hal yang perlu dicapai dalam kehidupan.

Dunia menurut Gurdjieff
            Meeting with Remakable Men merupakan gabungan tak lazim antara kisah perjalanan, kebijaksanaan, dan gambaran karakter.
            Gurdjieff lebih dari sekali menyebutkan tentang ketidakpedulian dunia barat terhadap segala sesuatu tentang Asia, tetapi lingkungan tempat ia dibesarkan membuatnya bisa dengan mudah menjembatani dunia timur dan barat. Diapit oleh Turki, Rusia, dan Iran, tanah kelahirannya, Armenia, selalu menjadi tempat yang menggugah, dan iman kristennya diwarnai dengan keyakinan rakyat setempat dan kisah-kisah dari Timur Dekat. Dalam perjalanannya, ia akan mempelajari banyak bahasa dan memperdalam pengetahuannya tentang Islam, Hinduisme dan Buddhisme. Cara pandangnya terhadap dunia sangat dipengaruhi oleh Sufisme, dan oleh teman-temannya ia dianggap sebagai petapa muslim. Kepopulerannya sebagian didasari oleh keyakinan bahwa dirinya telah menemukan dan memiliki rahasia esoteris kuno. Entah hal ini benar atau tidak, aman-aman saja mengatakan bahwa ia telah melihat hal-hal yang belum pernah dilihat oleh sebagian besar orang, dan ini tentu sangat menarik bagi para pengikut pertamanya di barat.
            Kecurigaan Gurdjieff pada sumber pengetahuan yang ada berawal di masa kecilnya, ketika ia menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa menjelaskan keajaiban nyata yang ia saksikan. Hal lain yang kemudian memotivasi dirinya untuk berkelana adalah untuk merasakan berbagai hal secara langsung, dan bagian penting dari filsofi para pengikut Gurdjieff adalah desakan untuk belajar dari pengalaman—jika sesuatu benar bagi Anda, sesuatu itu memang benar. Anda menjadi penguasa bagi hidup Anda sendiri. Gurdjieff jarang membaca surat kabar, yang ia yakini akan menciptakan reaksi otomatis seperti terkejut atau bangga dalam diri para pembacanya. Budaya jurnalistik telah mengubah orang menjadi refleksi pucat dari pola pikir hari itu. Orang yang rata-rata mengonstruksi dunia yang “nyata” bagi diri mereka sendiri, padahal sebenarnya dunia mereka itu dibangun dari hasil penyaringan realitas yang sesungguhnya. Orang yang sadar, sebaliknya, mampu melihat segala hal sebagai sesuatu yang sama sekali baru.
            Gurdjieff menyebutkan pepatah kuno: “Ia baru pantas disebut manusia dan baru dapat mengandalkan segala sesuatu yang dipersiapkan oleh Yang Di Atas baginya, hanya jika ia sudah mendapatkan informasi yang diperlukan untuk dapat memelihara serigala dan domba yang dipercayakan kepadanya.” Serigala dan domba menggambarkan naluri dan perasaan kita, yang harus kita kendalikan dan seimbangkan sebelum muncul sebagai satu kesatuan. Ia meninggalkan literatur Eropa modern, karena ia merasa pikiran orang Eropa telah didominasi oleh rasio dengan mengabaikan naluri dan perasaan. Gurdjieff memformalkan filosofinya ke dalam pusat pembelajaran mandiri, yang disebut Institut for the Harmonious Development of Man; yaitu, pembelajaran untuk mencapai keseimbangan semua unsur mental dan fisik manusia.

Kata penutup
            Apakah Gurdjieff memang termasuk salah seorang filsuf abad ke-20 atau, seperti yang disebutkan oleh The Skeptic’s Dictionary, seorang pembual? Pesona kepribadiannya sedemikian besar sehingga ia memiliki sejumlah pengikut terkenal, termasuk aktris Hollywood Kathryn Mansfield, arsitek Frank Lloyd Wright, dan P.L. Travers, penulis buku-buku Mary Poppins. Tetapi pengikutnya yang paling penting ternyata adalah seorang ahli matematika, Pyotr Ouspenky, yang karyanya In Search of the Miraculous memperkenalkan pemikiran Gurdjieff kepada khalayak luas. Sebagian orang menganggap Gurdjieff adalah orang yang arogan dan tidak mau berkompromi, padahal sebenarnya ia lebih sering menjauhi publisitas. Ia memang mencari sumbangan untuk mempertahankan kelangsungan organisasinya, tetapi tidak seperti guru pengembangan pribadi zaman sekarang, ia tidak pernah ingin menciptakan industri seputar dirinya.
            Sistem pengembangan pribadi Gurdjieff, “The Work” bertujuan membawa orang keluar dari keadaan tidur mereka dan memasuki kesadaran yang lebih tinggi melalui sikap mempertanyakan diri, pertemuan kelompok, dan tarian suci. Sistem ini amat berpengaruh selama zaman kontrabudaya tahun1960-an. Hal ini bisa dilihat, misalnya, dari bagaimana metode Gurdjieff diadopsi oleh pusat Esalen di California. Filosofinya tentang kebenaran spiritual dan pengetahuan langsung dari sumbernya penting bagi gerakan New Age.
            Gurdjieff mengenali bahwa penyakit orang modern adalah, mereka bisa menjadi seseorang di suatu hari dan orang lain di hari berikutnya, dan psikologi Gurdjieff bertujuan mengintegrasikan diri mereka yang banyak itu. Seseorang yang luar biasa adalah seseorang yang melepaskan diri dari reaksi otomatis dan pengondisian kultural dan menjadi “satu”. Tanpa kesatuan antara diri dan tujuan, kita tidak bisa benar-benar memiliki kehidupan yang autentik.

Georgi Ivanovitch Gurdjieff
            Gurdjieff lahir pada tahun 1877 di Alexandropol, Armenia. Setelah bertahun-tahun berkelana, ia tiba di Rusia pada tahun 1913, tepat sebelum revolusi Bolshevikn dan selama beberapa tahun berikutnya ia membagi waktunya antara Moskow dan St. Petersburg.
            Pada tahun 1917 ia kembali ke Alexandropol, dan kemudian tinggal di tenda-tenda di pantai Laut Hitam di selatan Rusia, bekerja bersama murid-muridnya. Ia tinggal selama setahun di Constantinople dari tahun 1920, dan kemudian berkeliling ke kota-kota Eropa memberi ceramah dan presentasi. Pada tahun 1922 ia mendirikan Institut for the Harmonious Development of Man di Fontainbleu, di selatan Paris. Setelah kecelakaan mobil yang nyaris berakibat fatal, ia mulai menulis All and Everything, or Beelzebub’s Tales to His Grandson. Selama perang Dunia II Gurdjieff tinggal di Paris, dan ia wafat di Neuilly, Prancis pada tahun 1949.


(50 Spiritual Classics – Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 Buku Legendaris Dunia, karya Tom Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT BHUANA ILMU POPULER KELOMPOK GRAMEDIA)

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar