Sabtu, 19 Januari 2019

PENDALAMAN



PENDALAMAN

1
Berhentilah mencari Tuhan. Mau mencari di mana? Dia berada dimana-mana. Lebih baik mencari setan, mencari hewan dalam diri. Begitu mereka tertaklukkan, terjinakkan, Ketuhanan dalam diri akan muncul ke permukaan.

2
Jika ada tempat-tempat atau individu-individu yang dapat memicu terjadinya peningkatan kesadaran, ada juga yang bisa menyebabkan kemerosotan kesadaran. Karena itu seseorang harus sangat berhati-hati.

3
Meyakini kemandirian diri hendaknya tidak membuat seseorang menjadi sombong, angkuh dan meremehkan peran para penuntun, para guru. Jika itu yang terjadi, terjadilah kemerosotan kesadaran.

4
Sangat sulit meningkatkan kembali kesadaran yang sudah merosot, karena kemerosotan kesadaran akan meningkkatkan kekuatan mind atau pikiran. Dan mind yang sudah meningkat kekuatannya akan menjadi kebal terhadap upaya-upaya peningkatan kesadaran sebelumnya.

5
Karena itu, dibutuhkan seorang Guru, seorang Master, seorang Murshid yang sudah bebas dari wabah ketidaksadaran, dan dapat menegurku, menunjukan kesalahanku, entah melalui teguran langsung atau dengan menciptakan keadaan tertentu, sehingga aku bisa menilai diri sendiri, bisa melakukan introspeksi diri, bisa mawas diri.

6
Pertanda terjadinya kemerosotan kesadaran yang cukup parah adalah ketika teguran seorang Guru membuatku tersinggung, hal mana membuktikan bahwa penglihatanku sudah kabur, perasaanku sudah mencapai titik minimum, sehingga tidak dapat merasakan kasihnya.

7
Jika demikian yang terjadi, dengan sisa kesadaran yang masih ada aku harus melupakan segala pekerjaan dan mendekatkan diri dengan Sang Guru. Aku yakin, berada di sekitarnya selama beberapa hari saja bisa membebaskan diriku dari penyakit ketidaksadaran.

8
Selama berada dekat Sang Guru, hendaknya kita tidak merasa pintar. Apalagi bertindak “sok pintar”. Serahkan urusan dunia kepadanya. Kita cukup mengurusi diri sendiri.

9
Guru adalah jembatan antara manusia dan Tuhan. Dalam diri Guru, kemanusiaan dan ketuhanan—dua-duanya tampak jelas. Jembatan yang selalu ada, tidak pernah tidak ada. Berbahagialah dia yang telah menemukan jembatannya.


     (Novel Spiritual, “Shangrila - Mencecap Sorga di dunia”, karya Anand krishna. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar