Selasa, 01 Januari 2019

BE HERE NOW


1971

RAM DASS



Kata-kata Bijak

Apakah Anda sungguh-sungguh mencari kebenaran yang lebih besar dalam kehidupan, atau hanya memainkan permainan pengakuan dan sukses?



BE HERE NOW

“Saya memiliki sebuah apartemen di Cambridge yang berisikan barang-barang antik, dan saya menyelenggarakan acara makan malam yang sangat memesona. Saya punya mobil Mercedes-Benz, sepeda motor Triump 500 cc, pesawat Cessna 172, mobil sport MG, perahu layar, dan sepeda. Saya berlibur di kepulauan Karibia, tempat di mana saya suka menyelam. Saya menjalani kehidupan saya sebagaimana seharusnya seorang profesor sukses menjalani kehidupannya di Amerika, dunia bagi ‘mereka yang berhasil’. Saya bukan benar-benar seorang sarjana, tetapi saya telah melewati seluruh perjalanan akademis. Saya telah memperoleh gelar Ph.D saya; saya menulis buku-buku..... Tetapi hasil dari semua itu adalah bahwa saya benar-benar seorang pemain yang sangat baik.”



P
rofesor psikologi yang masih muda, Dr. Richard Alpert, melakukannya dengan baik. Pada tahun 1961, ia menjabat di empat departemen di Harvard Universitas, dan menandatangani kontrak penelitian di Stanford dan Yale. Dengan status dan uang yang datang bersama posisi ini, ia menikmati hidup yang menyenangkan.
            Tetapi ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam dunianya, meski ia tidak bisa menunjukkan dengan tepat apa yang hilang itu. Teori tentang pencapaian, motivasi, dan kegelisahan yang ia ajarkan kepada muri-muridnya sepertinya tidak lebih dari goresan di permukaan misteri kehidupan. Ia dan orang lain di zamannya telah mempelajari segala sesuatu yang perlu diketahui tentang manusia. Hidup mereka kekurangan integritas dan pemenuhan, dan hanya sedikit yang bisa ditunjukkan Alpert selama lima tahunnya di psikoanalisis. Catatan kuliahnya, katanya, sebenarnya adalah, “Pemikiran orang lain, yang dihadirkan dengan tidak kentara”, dan penelitiannya tidak benar-benar memberikan sesuatu yang baru. Semua orang yang ada di sekelilingnya sangat cerdas, tetapi tidak bijaksana: “Aku bisa duduk dalam ujian doktoral, mengajukan pertanyaan yang sangat rumit dan terlihat sangat bijaksana. Ini sebuah penipuan.”

Dunia baru
            Retakan dalam kehidupan Alpert mulai melebar ketika tokoh legendaris, Timothy Leary (saat itu adalah psikolog Harvard, kelak menjadi tokoh counterculture tahun 1960-an) menjadi rekan kerja dan teman minumnya. Leary menemukan Tioananctyl, atau jamur ajaib, di Meksiko, dan Alpert tersengat dengan komentar Leary bahwa mengonsumsi jamur itu memberinya pengetahuan lebih banyak dibandingkan seluruh tahun-tahunnya sebagai psikolog. Kelak, Leary dan Aldous Huxley (saat itu adalah seorang peneliti tamu di Massachusetts Institute of Technology) berhasil memperoleh bentuk sintetis jamur ajaib yang disebut Psylocybin, dan Alpert diundang untuk mencobanya bersama mereka.
           Obat tersebut membangkitkan visiun, dan dalam visiun tersebut Alpert melihat hidupnya sebagai seorang profesor terhormat dengan sejumlah objektivitas. Ia merasakan kehadiran “Aku” di balik tampilan luar pengetahuannya, Aku yang dipenuhi kebijaksanaan dan kesadaran abadi. Inilah yang selama ini dicarinya.
         Kelompok ini terus meneliti keadaan ini, mengujicobakan obat tersebut pada orang lain, tetapi juga sering mengujicobakan pada diri mereka sendiri. Mereka menyadari bahwa tidak ada gunanya tetap bersikap objektif tentang suatu kesadaran berkembang yang sedang mengubah cara mereka melihat dunia, karena tidak ada hal dalam psikologi akademis, yang bisa menjelaskan pengalaman mereka ini. Alpert menulis sesuatu tentang sensasi ini, bahwa segala sesuatu yang ada di sekitarnya dilihat sebagai pola energi yang bervibrasi, berupa cahaya, bukan objek seperti yang biasa kita lihat. Dalam keadaan seperti itu, ia akan melihat kehidupannya sebagai seorang profesor tidak jujur dan restriktif, dan ia pun “turun” dengan penyesalan. Semakin sering ia menelan obat-obatan psikedelik, ia semakin merasa terganggu sehingga terpaksa meninggalkan dunia astral yang indah itu dan kembali ke realita dunia.
         Alpert, Leary dan kelompoknya tentu tampak sangat aneh bagi rekan-rekan kerja lain, dan mereka mulai dikucilkan. Semua itu memuncak ketika Alpert dipecat dari jabatan akademiknya, memulai babak baru di mana ia tidak lagi merasa terhubung dengan lembaga akademis dan tidak bisa menemukan cara untuk mempertahankan tingkat kesadaran yang pernah ia rasakan.

Tidak ada jalan kembali
            Ketika seorang kenalan mengajak Alpert pergi ke India, ia pun mempergunakan kesempatan ini. Rencananya adalah berwisata keliling dengan menggunakan Land Rover dan mencari orang suci, tetapi ketika rencana itu dikombinasi dengan ganja dan LSD, Alpert semakin merasa depresi. Ia mencari seseorang yang “tahu”—tahu rahasia kehidupan internal dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang mengganggu orang biasa— tetapi ternyata ia hanya menjadi seorang turis spiritual, sama seperti ribuan orang lainnya.
            Ada kata pepatah: “Jika murid siap, guru akan muncul.” Dalam kebingungannya, Alpert duduk di sebuah kafe hippie di bagian utara India. Seorang pria barat bertubuh jangkung dengan rambut panjang dan tasbih berjalan masuk ke kafe itu. Alpert langsung merasa bahwa pria ini, yang dipanggil dengan sebutan Begawan Dass dan oleh orang-orang setempat dipandang sebagai guru, “tahu”. Ia pergi ribuan kilometer hanya untuk menemukan bahwa gurunya ternyata adalah seorang pemuda California!
        Mengikuti sang guru berkeliling negeri itu, mempelajari lagu dan mantra-mantra suci, tanpa membawa uang, Alpert mulai memahami apa arti hidup di waktu sekarang, meninggalkan pemikiran bahwa kejadian dalam kisah kehidupan kita adalah penting. Ketika di tanya berapa lama lagi menurutnya mereka akan berkeliling, Begawan Dass menjawab, “Jangan berpikir tentang masa depan. Nikmati saja saat ini.”

Dari identitas diri ke kesadaran
            Ketika Richard Alpert berubah menjadi Ram Dass (sebuah nama yang berarti “hamba Tuhan”), wawasan apa saja yang ia peroleh? Mungkin tidak mengejutkan, ia memiliki kesadaran tentang hakikat identitas itu sendiri. Ia mengamati bahwa identitas mengenai siapa diri kita terus berubah dari waktu ke waktu. Ada banyak “Anda” dan masing-masing merupakan identifikasi Anda dengan suatu  pikiran atau hasrat tertentu. Pikiran kita menjadi kepribadian kita, dan kita mengidentifikasikan kepribadian kita di suatu waktu sebagai siapa diri kita. Tetapi semakin kita bisa melihat diri  yang berbeda-beda ini secara sadar dan dari jarak tertentu, maka mereka akan semakin tampak seperti ilusi.
      Dass mempelajari bahwa cara untuk mengenali diri kita yang berbeda-beda ini adalah dengan berperan sebagai saksi yang netral, mengamati semua diri kita beraksi. Mengamati pikiran kita juga memungkinkan kita melihat bahwa mereka tidak permanen, dan bahwa ada bagian dalam diri kita yang bukan pikiran kita. Ia menemukan bahwa tujuan meditasi adalah agar terbebas dari pikiran-pikiran yang biasanya kita berikan kepada diri kita sendiri, pikiran yang mengabadikan penderitaan kita. Dalam meditasi, hubungan kita dengan ego dan indra kita terputus. Kalau pun kita memiliki pikiran selama melakukan meditasi, pada akhirnya pikiran tersebut akan datang hanya sebagai intuisi atau panduan, bukan pikiran yang merusak.

Melampaui rasionalitas
            Dass mengamati bahwa pikiran rasional bekerja dengan cara memisah-misahkan  dunia ini menjadi objek-objek; artinya yang mengetahui terpisah dari yang diketahui. Meski sebagian pencapaian peradaban tidak akan terjadi tanpa cara pikir yang satu ini, ia tetap memiliki keterbatasan. Einstein, misalnya, berkata bahwa Anda tidak bisa memecahkan persoalan hari ini jika menggunakan cara pikir yang sama dengan yang menciptakan persoalan. Dass menulis bahwa pikiran rasional kesulitan mengatasi informasi yang paradoks atau tidak logis, dan bahwa terobosan besar dalam ilmu pengetahuan biasanya menyebutkan bahwa yang menuntun pada penemuan adalah sejumlah kilasan intuisi atau gambar tentang kebenaran, bukan kerangka pikir analitis. Einstein sesungguhnya mengakui: “Saya memahami hukum alam yang fundamental bukan dengan melalui pikiran rasional saya.”
            Menjalani sebagian besar hidupnya dalam budaya yang mengagungkan pikiran rasional, Ram Dass dibebaskan oleh pemikiran bahwa diri kita bukan sekadar diri dengan sekumpulan pikiran. Dengan pengetahuan ini, ia tidak lagi bisa terus mempelajari kesadaran dari kacamata seorang pengamat ilmiah yang objektif; ia sekarang bisa memandang ilmu pengetahuan dan psikologi sebagai konstruksi di dalam kesadaran yang lebih besar yang mulai ia rasakan.

Kata penutup
Be Here Now adalah karya klasik tentang spiritualitas hippie, tetapi dari era mana pun buku ini bisa dipandang sebagai salah satu karya istimewa tentang transformasi spiritual. Perjaanan Dass dari tokoh akademis Harvard menjadi seorang guru dipaparkan dengan indah; dan dalam pelariannya dari kehidupan lamanya yang tidak bermakna, seperti kulit mati, Alpert mengingatkan kita pada St. Agustinus dalam Confessions.
             Edisi terdahulu buku ini yang beredar pada tahun 1970-an merupakan karya tentang sejarah sosial. Diterbitkan oleh Hanuman Foundation milik Dass, edisi ini tidak mencantumkan nomor halaman hingga dua pertiga bagian, dan sebagian besar teksnya menggunakan tinta biru atau coklat. Meski bagian pertama buku ini memaparkan riwayat kehidupan Alpert yang dikisahkan dengan relatif terbuka, ditulis secara kronologis dari sudut pandang seorang barat, bagian utamanya adalah suara manusia baru yang telah menemukan keberanan spiritual dan ingin menceritakanya kepada dunia. Dijilid di tengah dengan mantra dan kutipan, serta dengan penggambaran yang liar dan sering kali indah, buku ini mungkin terlalu manis bagi sebagian pembaca. Tetapi jangan Anda terganggu dengan frekuensi penggunaan kata-kata “cinta” dan “guru” yang sering serta gambar dewa-dewi Hindu. Justru inilah inti buku ini, dan jika Anda berada dalam kerangka berpikir yang tepat, buku ini akan membuat Anda menikmati suatu “perjalanan” yang luar biasa.
            Bagian terakhir dari Be Here Now, “Resep memperoleh kehidupan yang suci”, menghadirkan kematangan pengalaman Dass dengan sadhana, atau praktik spiritual, dan membahas semua cara yang mungkin untuk mengalami kesadaran, mulai dari meditasi hingga mengonsumsi obat-obatan.*  Saat membahas berbagai hal tentang sadhana, Dass menulis bahwa setelah mengalami kesadaran, Anda mungkin merasa putus asa karena kembali ke sesuatu yang rasanya seperti diri Anda yang lama—maju satu langkah ke depan, mundur dua langkah kebelakang. Tetapi saat Anda menjadi lebih terang secara spiritual, kemurnian Anda yang lebih besar akan memunculkan aspek diri Anda yang “lebih Besar” ke permukaan. Sebagian besar orang yang ada di jalan spiritual memulainya dengan mencurahkan waktu dan tenaga untuk hal-hal spirituaal, tetapi kemudian menyadari bahwa seluruh kehidupan ini sebenarnya adalah spiritual—tidak ada yang tidak spiritual. Kesimpulan Dass lainnya adalah jangan terlalu serius menanggapi diri Anda sendiri; saat Anda berada di rantai makanan kesadaran yang lebih tinggi, ukuran ego Anda yang sesungguhnya akan terlihat dan Anda akan bisa menertawakan kesombongan Anda sendiri.

                                                                                                                                                          



 

* Ram Dass mengutip kalimat seorang bernama Hari Dass Baba, yang meyakini bahwa LSD adalah cara Tuhan untuk membuat orang Amerika melewati jalan yang lebih spiritual dan membuka pikiran mereka pada cara-cara yang tidak materialistis. Kesimpulan Ram Dass sendiri adalah bahwa obat-obatan tersebut hanyalah sebuah pintu untuk memasuki pengetahuan yang lebih tinggi, ditunjukan dalam kalimat: “Tujuan dari jalan tersebut adalah MENJADI tinggi bukan MERASA tinggi (mabuk).”


(50 Spiritual Classics – Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 Buku Legendaris Dunia, karya Tom Butler-Bowdon, diterbitkan oleh PT BHUANA ILMU POPULER KELOMPOK GRAMEDIA)





2 komentar:

  1. dapatkah saya mendapatkan file ebooknya yg berbahasa indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya belum menemukan file ebooknya...Terimakasih.

      Hapus