Senin, 21 Januari 2019

Janji-Nya


Janji Sri Krsna di Medan Perang Kurukshetra, 3000 tahun Sebelum Masehi.


“Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata,
Abhyutthānam adharmasya tadātmānam srjāmy aham.
Paritrānāya sādhunām vināsāya ca duskrtām,
Dharma-samsthāpanārthāya sambhavāmi yuge yuge.”

“Wahai Bharata (Arjuna, keturunan Raja Bharat), 
Ketika dharma, kebajikan dan keadilan, mengalami kemerosotan; dan Adharma, kebatilan dan ketidakadilan merajalela – maka Aku menjelma.”
“Guna melindungi para sadu, para bijak—membimbing dan mengembalikan mereka pada jalan yang lurus, untuk menjernihkan kembali pandangan mereka; membinasakan mereka yang berbuat batil;
Dan, meneguhkan kembali dharma, kebajikan –
Aku datang menjelma dari masa ke masa.”

Ketika adharma merajalela – ketika kebatilan dan ketidakadilan berkuasa, maka di manakah dharma, dimanakah kebajikan dan keadilan?
Apakah dharma, kebajikan dan keadilan, lenyap sama sekali? Apakah sirna? Apakah punah tanpa bekas?
Dharma adalah energi, adharma pun sama, energi. Dan energi tidak pernah punah. Energi hanya berubah wujud saja.
Ketika adharma merajalela, maka setelah mencapai tingkat jenuh, terjadilah gejolak sosial. Berkuasanya adharma menciptakan ketidakseimbangan. Dalam keadaan seperti itu, sudah pastilah muncul seorang penggerak revolusi untuk melawan kebatilan dan ketidakadilan. Ini hukum alam. Tidak bisa tidak

Menjelmanya Krsna adalah fenomena yang terjadi setiap kali ada kebutuhan untuk itu. Kadang ia berupa Gandhi, kadang Soekarno, kadang Martin Luther King Jr., kadang Mandela, kadang siapa saja. Kadang barangkali sebagai Anda!
Krsna adalah berita perubahan zaman – Di luar itu, masih banyak perwujudan-perwujudan minor yang membawa perubahan-perubahan kecil tapi signifikan. Misalnya, dalam hal memerdekakan negara, dalam hal membangun masyarakat, dalam hal mengubah tatanan sosial. Sungguh tak terhitung manifestasi Sang Jiwa Agung.

Setiap percikan Sang Jiwa Agung, termasuk Anda dan saya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi perwujudan-Nya Hyang sama Nyata seperti Krsna. Ya, kita semua memiliki potensi tiu.

Perang Bharata-Yuddha – Perang dahsyat yang betul terjadi. Bukan perang khayalan. Mahabharata adalah sejarah, bukan dongeng. Jika kemudian sejarah disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain dalam bentuk wayang, maka sah-sah saja.

Penjelmaan Jiwa Agung untuk meneguhkan kembali dharma, kebajikan, keadilan – memang terjadi dari masa ke masa, dan bisa dimana saja.
Walau, “kadar” penjelmaan bisa berbeda dari masa ke masa, dari tempat ke tempat – berdasarkan tuntutan masa dan kebutuhan.

Dunia tidak selalu membutuhkan para Avatāra atau Penjelmaan Purna seperti Krsna. Saat itu, peradaban manusia sedang menghadapi perang nuklir. Maka dibutuhkan Penjelmaan Purna.
Lebih sering, kita membutuhkan Amśa Avatāra – Penjelmaan bagian. Sebagian dari Kekuatan Agung pun sudah cukup untuk mengatasi rezim yang zalim dan menindas rakyatnya, apalagi jika terkait dengan satu negara saja, tidak melibatkan seluruh peradaban.
          Maka, jumlah Amśa Avatāra tak terhitung. Mereka ada dimana-mana. Bisa dimana-mana, tentunya, lagi-lagi sesuai kebutuhan.
          Bahkan, jika Anda seorang aktivis yang sedang berkarya untuk mengubah tatanan sosial yang sudah usang – maka ketahuilah bila Jiwa Agung, “sebagian” dari Kekuatan Jiwa Agung telah mewujud lewat diri Anda.


(Bhagavad Gita karya Anand Krishna, Pusat Studi Veda dan Dharma Indonesia 2014, hal 168-170)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar