Senin, 21 Januari 2019

Delapan Bagian Yoga


        

Astanga Yoga, Delapan Bagian Yoga, merupakan sistem yoga yang diajarkan oleh Patanjali.
Pada umumnya terjadi kesalahan tafsir dianggap Patanjali sedang bicara tentang delapan langkah, atau delapan tahap. 
Patanjali jelas-jelas menggunakan istilah “angga” yang berarti bagian—seperti halnya kaki dan tangan dan wajah dan kepala merupakan bagian-bagian tubuh kita. Bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan—suatu kesatuan. Pegang salah satu di antara delapan bagian dan tujuh yang lainnya terpegang juga.
Delapan Bagian Yoga, yaitu:
        1. YAMA, Mengendalikan Diri, dipenuhi dengan:
-      Menghindari Kekerasan
-      Memahami Kebenaran
-      Membebaskan Diri dari Keserakahan
-      Menghindari Ekstemitas
-      Melepaskan Keterikatan

2. NIYAMA, Mawas Diri, harus dilaksanakan dengan:
-      Menjaga Kebersihan Diri
-      Merasa Puas dengan apa adanya
-      Memelihara Kesederhanaan
-      Mempelajari Diri
-      Berserah Diri kepada Kehendak Ilahi

          3. ASANA atau Postur yang Tepat.
Dimana punggung lurus sehingga tulang belakang kita tegak, dan tubuh mantab-tenang dalam posisi yang nyaman untuk meditasi.

Mempertahankan kenyamanan diri – itulah bagian ketiga.
(Patanjali Yoga Sutra II:46)

Asana tidak hanya berarti postur-postur yoga. Asana juga berarti “postur yang nyaman”—“pola hidup yang menyamankan”.
Tetapi ia tidak berhenti di situ saja. Ia menggunakan istilah “langgeng”—rasa nyaman yang langgeng, terus-menerus. Rasa nyaman yang Anda peroleh harus bersifatkan permanen, tidak temporer.

         4. PRANAYAMA atau Pengendalian Prana—Energi Kehidupan.
     
Yang keempat menyadari pola pikir berarti menyadari apa pun yang terjadi di luar dan di dalam diri.
(Patanjali Yoga Sutra II:51)

Pengendalian Aliran Kehidupan lewat Pengaturan Napas. Dengan menyadari proses pernapasan—penarikan dan pembuangan napas secara teratur, kita sebenarnya menyadari mekanisme mind, kita menyadari pola pikir kita, menyadari segala sesuatu yang ada di luar diri kita dan di dalam diri kita.
Demikian dengan berlatih terus-menerus seseorang dapat merasakan bila napasnya menjadi makin panjang dan halus.

5. PRATYAHARA, Pengendalian terhadap Keliaran Pikiran.
     Dengan sengaja menarik diri atau melepaskan diri dari keliaran pikiran.

Pelepasan diri dari keliaran terjadi, apabila panca indera tidak terikat pada objek-objek yang ada dan dapat dikendalikan oleh pikiran (mind).
(Patanjali Yoga Sutra II:54)
         
         6. DHARANA atau Kontemplasi.

Membatasi ruang gerak pikiran itulah yang disebut dharana atau kontemplasi.
(Patanjali Yoga Sutra III:1)

Kontemplasi pada diri yang sejati. Atau perenungan pada pertanyaan yang paling penting, yaitu “Aku Siapa—who am I?”.
Bagi mereka yang sulit melakukan dharana pada pertanyaan “Aku Siapa?”, cara termudah adalah melalui kontemplasi, perenungan pada salah satu sifat, salah satu atribut. Atau bagi mereka yang memiliki tradisi ista, maka perenungan pada Sang Ista, Ia Hyang menjadi Ideal-nya.
Japa, zikir, pengulangan mantra, dan sebagainya—semuanya adalah sarana untuk melakoni dharana. Sang Guru menjelaskan, “Dharana adalah penarikan manah, mind, gugusan pikiran serta perasaan dari sekian banyak hal pada satu hal, pada diri yang sejati, pada Tuhan.”

          7. DHYANA atau Meditasi.
Kita memasuki Alam Meditasi. Alam ini tidak dapat dijelaskan, dan hanya dapat di rasakan.

Menyadari sesuatu tanpa gangguan itulah meditasi.
(Patanjali Yoga Sutra III:2)

Apa yang Anda alami merupakan pengalaman pribadi Anda dan pengalaman setiap orang bisa berbeda-beda.
Berada pada Alam Meditasi, membuat Anda menjadi Wujud Kasih Ilahi. Allah, Ilahi dan Kasih-Nya sudah tidak dapat dipisah-pisahkan lagi. Anda mengalami kesatuan dan persatuan dengan Alam Semesta.
Merasakan kesatuan dan persatuan dengan Alam Semesta, dengan Keberadaan—yang digambarkan sebagai pertemuan antara Yang Dikasihi dan Yang Mengasihi, antara Shiva dan Shakti, antara Prinsip Maskulin dan Prinsip Feminin.
Dalam hal ini, Shiva atau Prinsip Maskulin adalah Keberadaan. Shakti atau Prinsip Feminin adalah kekuatan Kundalini dalam diri Anda yang sedang mengalami pembangkitan. Pertemuan antara kedua kekuatan yang terpisahkan oleh badan Anda selama ini merupakan tujuan akhir yoga.
What’s next?

          8. SAMADHI atau Keseimbangan Diri.
     Sebenarnya Samadhi atau Keseimbanggan Diri merupakan hasil akhir, bukan bagian akhir.

Apabila sesuatu yang yang disadari itu pun lenyap dan yang ada hanyalah kesadaran murni, maka tercapailah Keseimbangan Diri.
(Patanjali Yoga Sutra III:3)

Apabila itu yang terjadi, kau akan memancarkan Cahaya Pengetahuan Sejati.
(Patanjali Yoga Sutra III:5)

Seseorang yang telah mencapai tingkat ini tidak dapat menyembunyikan dirinya. Ia tetap berada di tengah masyarakat, ia akan menyebarkan gosip, kabar-angin tentang Seorang Raja dan Istana-Nya—tentang Tuhan dan Kerajaan Sorga-Nya, tentang keberadaan dan Alam Semesta.
Ia mengharapkan pada suatu ketika nanti ada seseorang, ada orang-orang yang tergiur dan akan menempuh perjalanan panjang untuk menemukan Sang Raja dan Kerajaan-Nya.
Dan setelah menempuh perjalanan itu, setelah menemukan istana  Sang Raja, sebenarnya Anda menemukan diri Anda sendiri. Tetapi janga puas dengan sekadar penjelasan. Anda harus menyadari hal ini anda harus mengalaminya sendiri. Inilah yoga. Inilah yang dimaksud pembangkitan Kundalini atau peningkatan kesadaran.


(Sumber: 1. Yoga Sutra Patanjali bagi Orang Modern, karya Anand Krishna
2. Kundalini Yoga dalam Hidup Sehari-hari, karya Anand Krishna
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama)

    
                  








Tidak ada komentar:

Posting Komentar