Selasa, 21 April 2020

Hening, Apakah benar Tuhan tidak tampak? Apakah umat manusia maju?


Wayang Kulit dibawah ini merupakan Wayang Purwa  Pandawa Lima                     Prabu Yudhistira                   Raden Bima            R...
Wayang Purwa Pandawa Lima Prabu Yudhistira



Sikap batin seorang Dermawan, ”Dengan kehadiranku apa yang dapat kuberikan kepada sesama !”.

“Apa yang akan kudapat !”, ini sikap seorang yang cinta diri, Egois, seorang pengemis.

Perumpamaan, mengambil air dengan kaos, tidak ada hasil, tanpa disadari baju jadi bersih(:pikiran, pengertian, laku).

 Hening.

            Sunya Suri - sunyi senyap. Bahasa umum, terasa tidak ada. Ini cuek tingkat tinggi, dalam hidup merasakan guncangan atas pembedaan panas dan dingin, kawan dan lawan; secara pribadi, kemauan dan perasaan; dan dalam keheningan merasa terbebaskan –sementara - dari penderitaan semua itu, bahkan merasa manunggal dengan Tuhan. Kita sering merasa hening saat tidur, tidak semua tidur ada dalam doa.

Dalam Kesadaran Tinggi kita tetap sadar saat tidur, mimpi dan saat kematian. Beberapa bentuk pembebasan palsu dari penderitaan yaitu tidur, gila, pingsan, dan meditasi hening.  Buddha Siddarta bukan meditasi ‘heneng-hening’ seperti diatas, tapi go public memberi pengertian yang benar. Penderitaan ada disekitar kita dan kita cuek, misal kita punya teman seperti itu, apakah berkesan dia baik? Umat manusia, alam, binatang semuanya mengalami penderitaan ternyata Tuhan pun tidak cuek, maka diturunkanlah Nabi.

            Hening itu bagaimana? Ada tiga faktor mau, mau meng-iya-kan dan hanya . “Tuhan memerintahkan kita meng-iya-kan dan hanya itu”, isinya hanya itu, meng-iya-kan sepenuhnya. Keheningan diisi secara full atau utuh. Tanpa itu, kita memiliki telinga tidak mendengarkan, memiliki mata tidak melihat dan memiliki pikiran tidak untuk merenungkan. ... Kepenuhan…

Mencintai Allah dalam keheningan, “Cintailah Allah Tuhanmu dengan segenap jiwamu, segenap akal budimu, segenap hatimu dan segenap kekuatanmu”. Kalau kita menghayati benar-benar, disitulah keheningan, disitulah kita mencapai Kemurnian, kejernihan. Banyak diantara kita,”… mau…, tapi…”, ini tanda ragu-ragu atau tidak full.

            Bingung, kita menyerahkan ‘diri’ tapi kita jadi ’kosong’, gimana?

            Men-iya-kan itu bukan konflik, menyerahkan ‘diri ‘ dalam personifikasi, dalam penghayatan, menghadirkan Allah sebagai Damai , Cinta Kasih dan Sejahtera, lebih kearah ‘rasa’, ‘… nanging ana’, Tuhan itu Ada. Dalam Perjanjian Lama, Yahwe, ‘ Aku adalah yang Ada’.

Apa benar Allah tidak tampak? Salah, Allah nampak tapi kita yang tidak dapat, tidak mampu melihat 100%. Yesus melihat Elia, Musa melihat ‘Cahaya Terang’, Saul setelah melihat jadi buta, (Arjuna melihat wujud ‘Semesta Krishna’ saat di medan perang Kuruksetra, BG XI-pen), tergantung Tuhan mau menyampaikan apa?, apakah dengan kehebatan atau yang lain sesuai misi Tuhan. Adaptasi Tuhan itu luar biasa.

Dalam keheningan menghadap Allah, Allah dalam bentuk ‘pengertian’, ‘Akulah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan’, hidup adalah terang, jelas, tidak gelap. Ada tiga faktor/tanda kita melihat atau merasakan Tuhan, pertama dalam Terang atau Kawruh; kedua dalam Kebenaran; ketiga jalan/action/proses. Allah itu kawruh dan laku.  ‘Menjalankan kawruh sing bener’, menjalankan pengetian yang benar. Laku sama dengan mengerti Kebenaran. Kalau tidak itu iblis, kesesatan, menjalankan pengertian yang tidak benar. Dapat membedakan yang benar dan salah (wiweka-pen).

Siapakah Aku? Akulah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan. (Tradisi bharat-India, perjalanan ‘kedalam diri’ dimulai dengan bertanya ‘ko ham’-Siapakah Aku?, dan di akhiri dengan ‘so ham’- Itulah Aku! , Tat Tvam Asi- Itulah Engkau!-pen)

Sesuatu itu dikatakan Benar jika, ‘1 CD ukuran S’, 1-Manunggal, C-Cinta kasih, D-Damai, dan S-Sejahtera. Praktis, secara kongkrit mencintai Allah adalah mencintai ciptaan-Nya, alam, binatang, manusia, dan malaikat. Iptek, mencintai Tuhan dengan makin sehat, makin sejahtera, tanpa disadari mengarah pada kebenaran. Kembali ke basic, Jawa. ‘Aja keladuk wani kurang duka’, berjalan dengan persiapan, kita sering menekankan yang satu dan merusak yang lain. Action penyampaian tetap menjaga keseimbangan.

Keterkaitan Teknologi dan manusia. (Kemajuan di bidang teknologi bagaikan pisau bermata dua, jika dimanfaatkan dengan tepat dapat  memfasilitasi perkembangan jiwa manusia, tapi jika tidak, dapat mengakibatkan kemunduran bagi kemanusiaan-pen), seperti munculnya ketergantungan dan kemalasan.

Apakah Umat Manusia maju? Secara sederhana, umur makin pendek, ada hajatan kematian yang melayat sedikit, tanda solidaritas dan kebersamaan kurang. Hubungan antar manusia bukan lagi dengan ‘rasa’ tapi lebih kearah seperti mesin, hanya ‘fungsional’ belaka, terjadi Pergeseran Zaman, banyak waktu yang disia-siakan untuk mengerjakan hal-hal yang juga sia-sia, makin banyak keterikatan tanpa disadari. Ini tantangan bagi kita. Saat ini Tuhan mengirim banyak Nabi. Keadaan masyarakat, kerja terlalu keras seperti mesin seolah-olah tidak ada hari esok. Keluarga hanya sebagai tempat untuk numpang tidur, anak diasuh oleh baby sister, tata krama yang merupakan ekspresi pribadi hilang, sikap kurang ajar dan tidak menghargai campur aduk.

Menghormati Guru dengan memahami ajaran dan melaksanakan. Tugas Guru adalah menyampaikan buku dan tongkat, setelah itu terserah murid. Gantharwa sebagai pengertian benar-benar luar biasa, sampai-sampai mendapatkan ‘piala’. Kita terlalu sering bermain-main tentang lisensi, menganggap ‘pengertian’ itu main-main. Lisensi itu untuk hal-hal yang besar. Kita terlalu banyak diberi kesempatan.

Standarisasi hal yang besar tiap orang berbeda ?

Hal besar dihadapan Allah, secara volume, kwalitas, dan dampaknya. Misal untuk urusan politik dampaknya  adalah 220 juta orang Indonesia. Tahunya saat masuk ujian, finish baru terasa. Kalau kemampuan ditingkat Nasional, lalu kenapa tidak berkecimpung disitu? Pakailah kesempatan(: waktu, sarana, pengertian, lisensi) secara maksimal.  Intinya kalau maju majulah bersama. Adanya Hukuman menandakan cinta kehabisan jalan. Bukan masalah hukuman tapi bagaimana menjadi baik, kalau bisa jangan sampai menghukum. Bicara disini luas, secara pengertian roh, pekerjaan, teknologi.

§         Kecewa, jenuh, tidak sabar, perbaikan sifatnya pribadi. Mengingatkan secara serius hubungan antara dua pribadi.

§         Minder mengungkapkan permasalahan, mau maju atau tidak?. Kalau mau maju ya resikonya malu dan minder. Kalau kita mengakui Gantharwa adalah  keluarga mengapa harus malu dan minder? Mau maju, kawruh dan disiplin pelaksanaannya harus meningkat, misalnya ‘saya bukan Jokonya, tapi sebagai alat dari Tuhan’.      Hebat = f(Benar), kehebatan seseorang tergantung dari peningkatan kebenarannya.

§         Boleh belajar dari yang lain? Basicnya Kebenaran, itu kita pegang, Boleh, dalam belajar yang sama kwalitasnya, dalam Kebenaran. Tidak, jika ajaran itu bertentangan.

Yang disampaikan hanya sebagian dari pada contoh, kesuksesan ada pada diri sendiri.

-------------

Malam itu kita kehadiran dua ‘Pribadi Murni/Utama’ yang mau berbagi kepada kita.

Pesan Bapak Dharma dari India.

1.      Melihat ke dalam hati masing-masing, membuka diri, tanamkan apa yang telah disampaikan Guru.
2.      Jangan menutup diri, percaya kepada Guru Yang Sejati. Jangan mengeraskan hati. Masuklah kedalam diri sendiri.
3.      Perbaiki cara berdoa, berpikir positif, siapkan hati untuk menerima berkat.
4.      Kekerasan hati adalah hal yang sia-sia, bukalah pintu hati kalian.
5.      Sesuatu yang utuh, kemanunggalan, keseimbangan dimasukan ke dalam hati. Keluar dari diri sendiri, terimalah ungkapan keseimbangan Tuhan.
6.      Antara pikiran dan hati harus seimbang. Satu pikiran dan hati.
7.      Mencintai diri sama dengan mencintai orang lain, Hukum Cinta Kasih.
8.      Jangan ragu-ragu, percaya pada Guru Sejati, ada disini. Biarkan berkarya dalam diri.
9.      Membuka diri bagi Allah seutuhnya. Pasrah, menyerah pada Tuhan.
10.  Jangan biarkan kita dikuasai oleh pikiran. Suara hati yang seharusnya di ekspresikan.
11.  Jangan ada jarak dengan Guru. Jangan ada pertentangan antar saudara, kita adalah satu keluarga.
12.  Bekerjasamalah dengan saudara dan sesama dalam kesatuan yang utuh dan seimbang.

Pesan Sri Krishna.
            “….. sering kita tidak mau mendengar, asik dengan kerja masing-masing. Lihatlah kembali apa yang telah menjadi pilihan dan keputusan kita! dan sadarilah mengapa kita sering ditegur dengan keras, supaya kalia menyadari bahwa ini adalah suatu hal yang serius bukan permainan.
            Masing-masing diantara kita punya tugas masing-masing. Apa jadinya jika kita tahu tugas tapi tidak melangkah. Apa artinya pengertian itu? Itu bukan hiasan. Kesempatan ini tidak dapat ditemui dalam waktu yang dekat. Kapan kalian mau menyadari dan melaksanakan pengertian yang didapat?


(Wejangan Kyai Ganjel pada Kliwonan 14 Desember 2000, Padepokan Gantharwa, Cibolerang Indah Blok H1 Caringin, Bandung, Jawa Barat)
(http://gantharwa.org/)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar