Rabu, 08 April 2020

Lupa Doa Pagar, Merawat 'Sangkar'

Kebersamaan, Guru dan Para Muridnya



Mari setia pada hal-hal yang kecil. Doa merupakan kesempatan bertemu Tuhan. Tuhan tidak pernah bermasalah yang bermasalah adalah manusianya. Lupa doa pagar dampaknya tidak ada bagi Allah tapi dampaknya kepada kita sendiri. Kenapa? Apa karena bodoh, tidak juga karena sudah diajari; lalai, mari kelalaian yang kecil kita perhatikan dan malas. Jangan merasa bisa tapi bisa merasakan.

Disini semuanya tidak dipaksakan, cinta itu penawaran bukan pemaksaan. Dalam keluarga Gantharwa tidak ada aturan yang diharuskan. Tata krama tetap dilaksanakan karena merupakan pancaran hati kita. Bebas bukan karena diatur tapi karena menyadari.

Renungan, gambaran pesta.  Didalam ruang pesta Bapak menyediakan makanan yang enak-enak; enak bagi Bapak tapi itu semua bukan selera orang-orang yang ada di pesta.

Sekarang dan untuk selama-lamanya, apakah dengan itu kita tetap dekat dengan Tuhan secara manusiawi, secara roh itu tak masalah. Sejauh mana kesungguhan, kepekaan hati kita sejauh itu pula kita gunakan untuk menyikapi hidup.

Anak Tangga Keimanan,

1.      Disiplin pada aturan, Syariat.

2.      Menyenangi, Tarekat.

3.      Mengerti makna, Hahekat.

4.      Menjalankan Pengertian utuh, Marifat

Kepada yang baru belajar berdoalah sebaik-baiknya, dalam sikap. Untuk menghadirkan dampak yang baik pada lingkungan.

Lanjutan doaMendoakan orang, bagaimana membuat orang komunikasi dengan Allah. 

Orang itu kepada Tuhan sehingga dia menerima berkat. Bisa dalam bentuk teguran atau bujukan, ”Buka hatimu terimalah kasih Tuhan”, bisa juga secara batin. Aktifitas waktu banyak gunakan untuk konsultasi, menyentuh orang itu dengan kesadarannya agar mau menerima kasih Allah. Pertolongan pada intinya adalah memberi Pengertian dan Kekuasaan. Buat cerita yang isinya Lima Langkah Doa.

Kebingungan, bagaimana menolong orang sakit, yang hanya diam tidak bisa menasehati?

Tantangan. Tegur atau sentuh, dalam batin, agar menerima cahaya dari Gusti. Tugas dari Allah tidak dituntut hasilnya, berikanlah dimana kita punya.

Diperlukan kemauan, kemampuan dan kesetiaan untuk menyampaikan Pengertian agar dia mau menerima kasih Tuhan, sehingga orang itu manunggal dengan Tuhan.  Perlunya kelemah-lembutan, lebih kearah fisik, berhasil tanpa merusak, mengambil ikan tanpa membuat air menjadi keruh; menyindir dan yang disindir tidak marah tapi senyum.

Secara dalam adalah Rendah Hati, ketemu yang lebih rendah tidak sombong dan ketemu yang lebih tinggi percaya diri. Dengan keberadaan kita ia menjadi senang, masuk lewat pintu dia dan keluar lewat pintu kita.

Hormat itu kepada,

1)      Yang menegur kita –pelajari cara menegur dan situasi yang di tegur.

2)      Yang bekerja keras diladang tuhan.

3)      Guru –orang tua, guru sekolah, dosen.

Bereaksi positif, menegur, menasehati itu tanda Cinta biar kita selamat.

Langkah Menginduksi :

a.      Hadirkan Keheranan dengan kelebihan atau keunggulan (pengertian, tinggkah laku, sikap, pakaian, dsb).

b.      Dari heran akan membuat Kagum.

c.       Kekaguman menimbulkan Kepercayaan.

d.     Dalam kepercayaan ia akan meng-iya-kan, nurut.

Memegang yang ia cari, mencari sesuatu yang orang lain butuh. Sesuatu yang mendasar harus kita miliki. Seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dan kelebihan itu dibutuhkan. Mengetahui secara umum sifat dari manusia, manusia menginginkan keindahan, kenyamanan, pintar, aman, keceriaan juga kebersihan. Orang yang berhasil (dihadapan manusia-pen) ialah yang mengetahui sifat manusia. Mau tampil menang harus tahu andalannya apa? Terjadi benturan karena tidak tahu andalannya.

 Mengenal Allah sejauh Allah memperkenalkan Diri, orang yang berhasil dihadapan Allah. Apa yang anda mampu dengar, yang anda mengerti dari yang disampaikan. Mengerti dihadapan Allah yang dimengerti. Membuka diri agar Allah memberi tahu apa yang harus dimengerti secara pribadi. Yang tidak mengerti jangan disampaikan, jangan ngaku-ngaku mengerti, sok tahu, ini yang kurang ajar, salah-salah akan menyesatkan orang. Pengetahuan yang sia-sia, misalnya menghitung bintang di langit, cepat-cepat di cut ini bisa mengacau, bisa menjadi liar.

Pengertian lebih ke arah tugas, sebagai seorang petani harus mengerti semua tentang pertanaian, sebagai pelaut mengerti tentang kelautan, sehingga pengertian terhadap tugas full.

Umumnya orang tidak mau disalahkan, menegur atau merubah orang jangan ditabrak, jangan ‘to the point’, mulai dari titik temunya dimana. Menunjukan bahwa berubah sikap bukan karena orang lain tapi berubah sikap karena dirinya sendiri, di ajak pada pemikiran yang benar.

Ditegur, berakhir dengan perdebatan, terjadi karena tidak mengerti apa yang dia mengerti (kesadaran yang ditegur dimana-pen); belajar menjadi orang lain.

Menyediakan diri, dengan telinga untuk mendengarkan; kaki tangan untuk melakukan Kebenaran. Menyediakan diri sehingga weruh meningkat merupakan proses pendewasaan. Pikiran-pikiran negatif tentang Allah muncul cepat-cepat di cut, mengenal diri saja tidak semua kok mengenal Allah utuh!?

Berbahagialah – diri, keluarga, masyarakat, negara- yang mendengarkan dan tekun melaksanakan Sabda Allah. Pelajaran 35 hari adalah kegiatan kita dalam keluarga, masyarakat sehari-hari yang utuh.

Merawat sangkar.

Bagaimana membuat sangkar? Membuatnya dengan, Pelajaran Dimengerti, merupakan Kawruh atau Desain.

Prosesnya? Kliwonan (politik, jumat/go public-pen) merupakan proses untuk mengerti.

Manjadi? Pengertian di-iya-kan, menjadi sangkar.

Merawat sangkar? Dengan setia, dihadapan Allah betapa pentingnya kesetiaan.

Bekerja dengan Allah dilihat karena Kasih, karena Kesetiaan bukan kwalitas. Tidak seperti Perusahaan yang menerima orang dengan kemampuan, dengan seleksi dan kwalitas. Justru mungkin orang yang rusak yang butuh Gantharwa, dengan resiko nama Gantharwa tercoreng.

Kalau kita tidak menggunakan kesempatan berarti itu suatu kehilangan, gunakanlah kesempatan sebelum menyesal. Jabatan dalam rohani itu bebas hambatan, ‘jadi Guru’ lebih kearah kwalitas kebenaran. Bersaing untuk makin berkwalitas bukan saling berebut kursi. Mission Tuhan harus tetap utuh. Kalau mau menjadi terbesar harus menjadi yang terkecil.

Focus kumpul lebih kearah ‘door prize’, seperti dalam gambaran pesta. Makna lebih dalam adalah Pesta yang membawa Hidup Abadi.


(Wejangan Kyai Ganjel pada Kliwonan 03 Februari 2000, di Padepokan Gantharwa, Cibolerang Indah Blok H1 Caringin, Bandung, Jawa Barat)
(http://gantharwa.org/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar